Rasa takut? Bersahabat? Apa hubungannya? Anda tidak salah membaca judulnya. Artikel ini akan membahas cara merangkul rasa takut tersebut, bukan malah menghindarinya. Pertama-tama, mari kita kenali dulu mengenai rasa takut. Pada dasarnya, rasa takut atau fear adalah rasa yang timbul ketika otak manusia mendeteksi adanya bahaya dan ketika otak merasakan antisipasi terhadap bahaya tersebut. Ada satu bagian otak bernama amigdala yang merespons berbagai emosi, salah satunya adalah respons terhadap rasa takut. Sebagai contoh, seekor biawak memasuki kamar Anda suatu hari. Wujud biawak dari indera penglihatan kemudian tersalurkan menuju amigdala, dan kemudian tingkat kewaspadaan otak semakin meninggi. Respons tubuh seperti pupil melebar, jantung berdetak lebih cepat dan nafas yang menjadi lebih pendek dan cepat kemudian mengikuti respons tersebut.
Terdapat bagian otak bernama hipokampus yang terhubung erat dengan amigdala. Hipokampus dan korteks prefrontal membantu otak menafsirkan ancaman. Hipokampus dan korteks prefrontal membantu proses konteks tingkat tinggi, yang membantu seseorang mengetahui apakah ancaman yang ada itu nyata.
Saat Anda melihat biawak di kebun binatang, respons otak pada biawak ini beda dengan pada saat biawak tersebut tiba-tiba muncul. Otak memproses konteks informasi yang berbeda, contohnya apabila kita melihat biawak di kebun binatang, maka otak akan memberi respons berupa rasa keingintahuan terhadap biawak tersebut. Hal ini terjadi karena hipokampus dan korteks frontal memproses informasi kontekstual, dan jalur peredam di otak meredam respons rasa takut ke amigdala. Pada dasarnya, sirkuit “berpikir” otak kita meyakinkan area “emosional” kita bahwa kita sebenarnya baik-baik saja dalam keadaan. Otak akan memberi respons bahaya atau kewaspadaan apabila objek tiba-tiba muncul memberikan stimulus dari indera manusia, dengan kata lain, otak tidak bisa meredam stimulus tersebut sehingga reseptor memberikan respons berupa kewaspadaan.
Seiring dengan kehidupan manusia modern yang tidak lagi berhadapan dengan alam liar dan hewan-hewan liar, rasa takut ini berkembang menuju benda-benda abstrak. Otak manusia berkembang dan mengenali berbagai macam ancaman. Selanjutnya, otak yang telah menerima rasa takut tersebut memprosesnya dan berkembang menjadi kecemasan. Apa beda kedua hal ini?
Rasa Takut dan Kecemasan
Mental Health Foundation United Kingdom mengartikan rasa takut (fear) sebagai respons tubuh dalam keadaan bahaya pada waktu singkat saat manusia dalam situasi membahayakan seperti kebakaran. Rasa takut muncul saat situasi yang tidak membahayakan secara fisik, seperti ujian, saat kita harus berbicara di depan umum, atau bahkan hal sederhana seperti bertemu orang lain. Respons ini adalah respons normal pada situasi yang ada pada saat itu atau yang berpotensi timbul.
Kata kecemasan atau anxiety adalah istilah untuk beberapa jenis ketakutan yang berkaitan dengan kekhawatiran akan datangnya ancaman atau sesuatu yang salah pada masa mendatang. Fear dan anxiety bisa berlangsung singkat dan kemudian berlalu begitu saja, tetapi juga bisa berlangsung lebih lama. Anda bisa hilang kendali dalam hidup dan kecemasan ini bisa menjebak Anda. Dalam beberapa kasus, hal ini dapat dapat mengambil alih hidup Anda, memengaruhi kemampuan Anda untuk makan, tidur, berkonsentrasi, bepergian, menikmati hidup, atau bahkan sekedar bamgkit dari tempat tidur, pergi ke sekolah atau kantor. Hal ini dapat menghambat Anda untuk melakukan hal-hal yang Anda inginkan dan perlu Anda lakukan, dan juga memengaruhi kesehatan Anda.
Kecemasan yang timbul dalam waktu lama bisa mengganggu aktivitas sehari-hari. Kecemasan ini menimbulkan gangguan fisik seperti sesak napas, gangguan pencernaan dan tangan yang bergetar. Banyak orang kewalahan menghadapi rasa cemas ini dan ingin menghindari situasi tersebut. Sulit untuk memutus siklus ini, karena mental Anda akan menghadapi sesosok ketakutan yang tidak berwujud, tetapi ada banyak cara untuk melakukannya.
Proses Menghadapi Rasa Takut
Untuk menghadapi rasa takut, Anda perlu mengetahui hal yang Anda takutkan. Anda bisa mengurai pertanyaan dalam diri Anda seperti:
- Ketakutannya apa?
- Apa yang Anda inginkan?
- Ke mana arah yang akan Anda tempuh?
- Bagaimana mengendalikannya?
Dalam tahap itu, Anda bisa menciptakan ruang tenang untuk diri Anda. Hal kedua yaitu hal yang tentu tidak terhindarkan: hadapi ketakutan itu apabila memungkinkan. Ketika Anda sudah berusaha dengan maksimal, beri batas pada diri sendiri. Namun ketika sudah tidak mampu menghadapinya, beristirahatlah. Setiap manusia berhak untuk mendapat ruang tenang saat berjuang.
Selebihnya, Anda dapat mempelajari lebih lanjut mengenai ketakutan dan kecemasan yang Anda hadapi. Pada saat Anda mengalami ketakutan atau cemas dalam mengerjakan suatu tugas dari kantor, Anda bisa mencari orang-orang yang kompeten dalam bidang tersebut, dan bertanya padanya mengenai kesulitan Anda. Menceritakan kepada orang-orang yang terdekat juga bisa membantu menguatkan mental Anda. Apabila mungkin, Anda bisa mencari komunitas pegiat kesehatan mental untuk berbagi. Tidak ada salahnya pula jika Anda berkonsultasi kepada psikolog atau psikiater yang bisa Anda jangkau. Menjalani hidup sehat dengan pola gizi seimbang dan aktivitas fisik ringan juga membantu proses ini.
Rasa takut adalah sesuatu alami yang ada di dalam manusia, perlu waktu yang panjang untuk menghadapi ketakutan dan kecemasan ini. Anda tidak perlu khawatir sebab manusia adalah makhluk yang dirancang untuk bisa menghadapi masalah yang ada di depannya, hanya saja ada proses yang ditempuh dan perkembangannya bertahap. Yang jelas, Anda tidak sendirian dalam menghadapi ketakutan ini. Anda dapat memahami kesehatan mental dari berbagai sumber, salah satunya di link ini.
Referensi
1. Healthline. (2018). Anxiety: Causes, Symptoms, Treatment, and More. Retrieved October 11, 2020, from https://www.healthline.com/health/anxiety#types
2. Javanbakht, A., Saab, L. (2017, October 27). What Happens in the Brain When We Feel Fear. Retrieved October 11, 2020, from https://www.smithsonianmag.com/science-nature/what-happens-brain-feel-fear-180966992/#:~:
3. Mental Health Foundation. (2018). Overcome fear and anxiety 1. 1–20. https://www.mentalhealth.org.uk/publications/overcome-fear-anxiety
4. Steimer, T. (2002). The biology of fear- and anxiety-related behaviors. Dialogues in Clinical Neuroscience, 4(3), 231–249.
Alumni S1 Sastra Jepang Universitas Brawijaya Malang. Menulis tentang hal random mengenai kehidupan di dandangrusak.wordpress.com