Pendahuluan
Teknologi kecerdasan buatan atau yang lebih terkenal dengan AI (Artificial Intelligence), baik kita sadari maupun tidak, sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan kita. Setiap kata yang kita masukan ke mesin pencari, setiap chat yang kita kirim ke teman kita, setiap foto yang kita unggah ke media sosial, setiap rupiah yang kita transfer ke rekening lain; semua itu mendapatkan sentuhan dari AI. Namun, kondisinya tidak selalu seperti itu. Ratusan tahun yang lalu, AI hanyalah hidup di dalam kepala para filsuf. Bahkan, puluhan tahun yang lalu, AI masih terbatas pada tulisan-tulisan para ahli komputer. Sekarang, dunia akan benar-benar kacau jika AI tiba-tiba hilang begitu saja. Untuk mengenal secara umum bagaimana AI bisa berkembang sangat cepat, mulai sebagai konsep para filsuf sampai menjadi penolong semua orang, kita perlu melihat sejarah kecerdasan buatan.
Apa itu Artificial Intelligence ?
Sebelum mengenal sejarahnya, kita perlu mengenal apa itu Artificial Intelligence atau Kecerdasan Buatan. Dalam Britannica, AI didefinisikan sebagai kemampuan suatu komputer digital atau robot yang dikontrol dengan komputer untuk menjalankan berbagai pekerjaan yang biasa dihubungkan dengan kecerdasan. Konsep kecerdasan di sini merujuk ke karakteristik perilaku manusia. [1] Sementara itu, menurut Cambridge Dictionary, AI adalah suatu studi untuk menghasilkan mesin yang memiliki kualitas seperti pikiran manusia, seperti kemampuan untuk memahami bahasa, mengenali gambar, menyelesaikan masalah, dan belajar. [2]
Ada banyak definisi lain dari para ahli. Baik sebagai suatu kemampuan, maupun suatu bidang studi, atau bahkan suatu benda; para ahli umumnya mendefinisikan AI dengan kecerdasan manusia sebagai tolak ukurnya. Namun, perlu diperhatikan bahwa apa yang sering disebut sebagai AI masih sangat jauh dari kecerdasan manusia secara umum. Karena hal itu, beberapa ahli sebenarnya mengkritisi penamaan dengan istilah artificial intelligence ini [3].
Sejarah AI: Sebelum Abad ke-20
Peradaban Yunani Kuno
Peradaban Yunani Kuno penuh dengan filsuf-filsuf besar yang karyanya masih bisa menjangkau kita. Filsuf besar memang tidak terbatas pada peradaban Yunani Kuno, namun tidak banyak yang karyanya sampai pada kita. Namun, konsep terkait AI dari Yunani Kuno kali ini lebih menuju ke mitos daripada pemikiran para filsuf mereka.
Dalam peradaban Yunani Kuno, terdapat mitos tentang Hephaestus, seseorang yang membuat pelayan-pelayan mekanis, menunjukkan konsep robot/mesin cerdas pada masa itu. Ini menunjukan bahwa orang-orang saat itu sudah memiliki gambaran terkait makhluk cerdas yang fisiknya tidak terbuat dari daging sebagaimana manusia dan binatang. Banyak pula mitos-mitos lain yang serupa dengan itu. [4]
Peradaban Islam di Abad Pertengahan
Pada tahun 1206, Al-Jazari mengembangkan robot humanoid pertama yang bisa diprogram dan berkerja secara mekanis [4]. Pada masa itu, peradaban Islam memang menghasilkan banyak temuan menarik yang bekerja secara mekanis. Banyak pula temuan alat-alat mekanis yang bekerja secara otomatis. Namun, Al-Jazari bisa selangkah lebih maju dengan mengembangkan tidak hanya alat otomatis, namun juga berbentuk humanoid dan dapat diprogram oleh penggunanya.
Filsuf di Masa Enlightment
Pada masa enlightment, peradaban Barat menghasilkan filsuf-filsuf besar setelah berabad-abad sebelumnya terkekang dalam Dark Ages. Di antara filsuf yang terkenal dan banyak mempengaruhi peradaban Barat masa kini adalah Rene Descartes dan Thomas Hobbes.
Terkait kecerdasan buatan ini, Descartes menyatakan bahwa binatang pada dasarnya tidak lebih dari suatu mesin yang kompleks. Sementara itu, Thomas Hobbes mempublikasikan The Leviathan yang memuat teori berpikir secara mekanis dan kombinatoris. [4]
Sejarah AI: Abad ke-20
Pada abad ke-20 ini, komputer mulai banyak digunakan. Bahkan, pada Perang Dunia I dan II, komputer memegang peranan penting. Perang tersebut juga memicu temuan-temuan baru dalam bidang ilmu komputer. Ketika perang tersebut berakhir, perkembangan ilmu komputer pun menjadi makin cepat, termasuk pembahasan terkait AI ini.
1943
Pada tahun 1943, Warren McCulloch dan Walter Pitts mempublikasikan A Logical Calculus of the Ideas Immanent in Nervous Activity. Karya ini memberikan dasar untuk konsep neural networks yang sangat vital bagi perkembangan AI. [4] Bahkan, jika kita meninjau AI dan machine learning di zaman sekarang, konsep dasarnya tetaplah neural networks.
1950
Tahun 1950, A. M. Turing memperkenalkan Turing Test, sebuah tes untuk menguji kecerdasan dari mesin. Sebelumnya, Alan Turing juga mengemukakan konsep Universal Turing Machine yang menjadi konsep penting untuk pengembangan komputer. [4] Sampai sekarang, istilah Turing Test dan Universal Turing Machine tersebut masih sering digunakan dalam ilmu komputer dan AI.
Pada tahun ini, Isaac Asimov juga mempublikasikan tiga hukum robotika yang menyatakan bahwa suatu robot [4][5]:
- tidak boleh menyakiti manusia atau mengizinkan tersakitinya manusia
- harus mematuhi perintah dari manusia, kecuali jika itu bertentangan dengan hukum pertama
- harus mempertahankan keberadaan dirinya selama itu tidak bertentangan dengan hukum pertama dan kedua
Bagaimana pun juga, hampir semua terobosan terkait AI sampai titik ini masih berada di tataran konsep/teori. Meski komputer sudah ditemukan, ide mengenai AI sangat sulit untuk diterapkan. Itu karena sebelum tahun ini, komputer belum memiliki memori untuk menyimpan perintah. Selain itu, harga komputer masih sangat mahal. [6] Semua berubah ketika komputer mulai menggunakan memori dan harga komputer menjadi makin murah.
1955 – 1956
Pada tahun 1955, Allen Newell, Cliff Shaw, dan Herbert Simon mengembangkan program komputer bernama Logic Theorist dengan dana dari RAND Corporation. Program ini sering disebut sebagai program AI pertama.
Di tahun 1956, Logic Theorist itu dipresentasikan di sebuah konferensi bernama DSRPAI. [6] Saat konferensi inilah, istilah “artificial intelligence” pertama kali muncul. Pada saat itu pula, AI secara formal menjadi suatu bidang studi. [7]
1956 – 1974
Setelah munculnya Logic Theorist, perkembangan AI pun terus berlanjut dengan makin cepat. Pada masa ini, AI berkembang makin cepat karena komputer makin terjangkau dan pendanaan untuk risetnya makin besar. Banyak orang yang berekspektasi tinggi terhadap AI ini. Bahkan, tahun 1970, Marvin Minsky menyatakan, “Dalam tiga sampai delapan tahun, kita akan memiliki mesin dengan kecerdasan seperti manusia rata-rata”. [7]
1974 – 1980
Meski di periode sebelumnya AI berkembang sangat cepat, bahkan memberikan harapan besar, ternyata perjalanannya tidak bisa semulus itu. Pada periode ini, AI justru tidak bisa berkembang lebih jauh karena kemampuan komputer saat itu masih sangat rendah dan pendanaan untuk riset juga menurun. [6] Karenanya, masa ini disebut sebagai “AI Winter”. [7]
1980 – 1987
Pada periode ini, John Hopfield dan David Rumelhart memperkenalkan algoritma Deep Learning yang saat ini banyak digunakan. John Hopfield juga terkenal dengan penemuan model neural network yang saat ini dikenal sebagai Hopfield Network.
Sementara itu, Edward Feigenbaum memperkenalkan Expert System, suatu program komputer yang mendapat pelatihan oleh orang-orang yang expert pada suatu bidang sehingga program itu bisa memberi saran pada orang awam di bidang itu. Industri juga banyak menggunakan expert system ini. [6]
1987 – 1993
Pada periode ini, kembali terjadi AI winter bersamaan dengan jatuhnya pasar beberapa jenis komputer dan berkurangnya pendanaan dari pemerintah. [7]
1997
Setelah sebelumnya terjadi AI winter, pada tahun ini terdapat pencapaian yang sangat fantastis. Pencapaian besar ini sangat dipengaruhi oleh kemampuan komputer yang telah meningkat dari sebelumnya [6]. Bahkan, kemampuan komputer meningkat sesuai hukum Moore yang mana hal ini masih kita rasakan.
Pencapaian itu adalah kemenangan program komputer buatan IBM, bernama Deep Blue, dalam permainan catur melawan Gary Kasparov, juara catur dunia pada saat itu. Dengan pencapaian besar ini, AI pun menjadi kembali populer. [6]
Sejarah AI: Abad ke-21
Faktor Perkembangan AI di Abad ke-21
Meski baru berlangsung dua dekade, perkembangan AI pada abad ini jauh lebih hebat dari sebelumnya. Terkait hal itu, ada dua faktor utama: penemuan kartu grafis atau GPU (graphic processing unit) dan sangat masifnya data yang tersedia. [3]
GPU meski sesuai namanya berkaitan dengan pengolahan objek grafis, ternyata sangat cocok untuk diterapkan pada AI. Ini karena AI, terutama yang berbasis neural network, memerlukan banyak operasi dengan sifat paralel yang mana GPU didesain untuk mengoptimasi operas paralel semacam itu. Sampai sekarang pun, GPU masih menjadi sering pilihan untuk mengembangkan AI.
Hal yang kedua adalah sangat masifnya data. AI yang berbasis machine learning atau deep learning sangat bergantung pada banyaknya data yang diberikan padanya. Makin banyak data yang ada, AI akan makin banyak belajar dan bisa menguasai hal-hal yang makin kompleks.
Perkembangan AI di Abad ke-21
Karena dua hal itu, tentu dengan berbagai faktor lainnya, terdapat pergeseran paradigma yang cukup signifikan. Sebelumnya pada expert system, para expert melatih AI secara langsung. Dengan masifnya data dan tingginya performa komputasi, AI bisa didesain agar belajar sendiri. Dengan cara itu, pada 2012, Google berhasil membuat AI yang mampu mengenali kucing pada sebuah video. [3] Sebuah pencapaian besar oleh perusahaan besar yang sekarang bisa dicapai dengan mudah oleh seorang mahasiswa biasa. Itu menunjukkan betapa pesatnya AI berkembang pada masa ini.
Dalam beberapa tahun terakhir, perkembangannya lebih cepat dan lebih meluas lagi. Pada 2018 lalu, nilai pasar dari perangkat lunak berbasis AI mencapai 9,5 miliar. Prediksi menyatakan bahwa itu akan meningkat 13 kali lipat menjadi 118,6 miliar pada 2025. [8]
Kemudian pada 2019, sebanyak 168,6 juta perangkat smart home dikirim ke seluruh dunia pada tiga bulan pertama saja, naik 37,3% dari tahun sebelumnya. [9] Di tahun 2019 ini, penggunaan AI di perusahaan besar memang baru sekitar 14%. Namun, perkiraan menyatakan bahwa angka itu akan meningkat pesat pada 2021 menjadi 67%. [8] Di tahun 2019 pula, terdapat 340,1 juta prosesor yang didesain memanfaatkan AI, meningkat 170% dari tahun sebelumnya. Prediksi menyatakan bahwa angka itu dapat menjadi sebanyak 1,5 miliar pada 2023.
Semua pencapaian dalam dua dekade ini menunjukan bagaimana AI berkembang sangat cepat secara eksponensial. Dengan itulah, saat ini AI bisa sangat dekat dengan kehidupan kita sehari-hari.
Penutup
Kecerdasan buatan atau AI yang saat ini terdapat di sekitar kita, sebagaimana teknologi lainnya, merupakan hasil dari perjalanan panjang yang belum berakhir. Mulai dari angan-angan yang tidak lebih dari mitos, penjelasan ilmiah yang masih sebatas konsep, perkembangan komputer yang memicu pengembangan awal, sampai masifnya data yang juga memasifkan penerapan AI. Yang disampaikan di tulisan ini tentu hanyalah bagian kecil dari perjalanan panjang itu. Harapannya, bagian kecil itu tetap dapat memberikan gambaran besarnya.
Kita dapat melihat bagaimana perkembangan teknologi AI ini sangat dipengaruhi oleh perkembangan teknologi komputer. Perkembangannya terhenti sejenak ketika mencapai batas kemampuan komputer dan tumbuh pesat ketika terdapat inovasi di bidang komputer. Sekarang ini, perkembangan teknologi komputer dan masifnya data masih terus tumbuh sehingga AI pun masih akan terus berkembang. Bahkan, di masa ini suatu AI bisa membuat AI lain.
Bagaimana pun juga, kita masih belum mencapai harapan Marvin Minsky yang pada 1970 menyatakan bahwa mesin dengan kecerdasan seperti manusia rata-rata akan hadir dalam delapan tahun. Kita masih cukup jauh untuk mencapai mesin dengan kecerdasan persis seperti manusia. Namun, sudah banyak mesin yang dalam hal tertentu bekerja jauh lebih baik dari manusia. Mesin berbasis AI juga banyak membantu manusia dalam pencapaian-pencapaian besar. Untuk mengenal lebih dalam, Warstek memiliki berbagai artikel terkait kecerdasan buatan.
Referensi
[1] B. Copeland, “Artificial Intelligence,” Britannica, 2020. [Online]. Available: https://www.britannica.com/technology/artificial-intelligence. [Diakses 10 November 2020].
[2] Cambridge Dictionary, “artificial intelligence,” Cambridge Dictionary, [Online]. Available: https://dictionary.cambridge.org/dictionary/english/artificial-intelligence. [Diakses 10 November 2020].
[3] AI Topics, “A Brief History of AI,” AI Topics – Association for the Advancement of Artificial Intelligence (AAAI), [Online]. Available: https://aitopics.org/misc/brief-history. [Diakses 12 November 2020].
[4] Edward Seiler, “Frequently Asked Questions about Isaac Asimov,” 11 July 2014. [Online]. Available: http://www.asimovonline.com/asimov_FAQ.html#series13. [Diakses 13 November 2020].
[5] R. Anyoha, “The History of Artificial Intelligence,” Science in The News – Harvard University, 28 August 2017. [Online]. Available: http://sitn.hms.harvard.edu/flash/2017/history-artificial-intelligence/. [Diakses 10 November 2020].
[6] T. Lewis, “A Brief History of Artificial Intelligence,” Live Science, 2015. [Online]. Available: https://www.livescience.com/amp/49007-history-of-artificial-intelligence.html. [Diakses 10 November 2020].
[7] “History of Artificial Intelligence,” Council of Europe, [Online]. Available: https://www.coe.int/en/web/artificial-intelligence/history-of-ai. [Diakses 10 November 2020].
[8] P. Gralla, “AI by the numbers,” Hewlett Packard Enterprise (HPE), 20 August 2019. [Online]. Available: https://www.hpe.com/us/en/insights/articles/ai-by-the-numbers-1908.html. [Diakses 12 November 2020].
[9] G. Press, “45 Numbers Highlighting The State Of AI Today,” Forbes, 8 July 2019. [Online]. Available: https://www.forbes.com/sites/gilpress/2019/07/08/45-numbers-highlighting-the-state-of-ai-today/?sh=44a2ca43485d. [Diakses 12 November 2020].
Mahasiswa S-1 Teknik Elektro di Universitas Gadjah Mada. Tertarik pada semua bidang sains dan teknologi secara umum; terutama bidang Fisika, Sejarah Sains, dan Teknik Elektro
Izin buat referensi akun youtube saya pak.
makasih kak