Robot Pemanen Jamur Kancing: Inovasi untuk Budi Daya Jamur Kancing Modern

  Inovasi bisa terinpirasi dari kegiatan sehari-hari. Bahkan dari hal-hal sederhana yang sering luput dari perhatian manusia. Hal inilah yang kemudian […]

blank

  Inovasi bisa terinpirasi dari kegiatan sehari-hari. Bahkan dari hal-hal sederhana yang sering luput dari perhatian manusia. Hal inilah yang kemudian mejadikan ilmu pengetahuan tidak sebagai ulasan teoritis belaka, melainkan bisa menghasilkan suatu manfaat nyata bagi kehidupan di alam semesta.

Robot Pemanen Jamur Kancing

  Seperti halnya sebuah prototipe robot sederhana yang lahir dari keinginan sekelompok untuk mengefektifkan pemanenan jamur kancing. Penelitian ini dikembangkan oleh peneliti dari Penn State’s College of Agricultural Sciences yang dipimpin oleh Long He, seorang asisten professor Teknik Pertanian dan Biologi.

  Jamur kancing (Agaricus bisporus) adalah jenis jamur yang dapat dimakan, dan cukup familiar di masyarakat. Bahkan di Amerika Serikat, konsumsi jamu kancing mencapai 891 juta atau setara dengan $ 1,13 miliar pada tahun 2017 hingga 2018. Dari jumlah ini diketahui bahwa 91% dipetik dengan tangan satu per satu, dan dipilih kualitas serta umur simpannya secara manual. Oleh karena itu, biaya upah tenaga kerja untuk menanem jamur kancing ini dapat mencapai 15% hingga 30% dari nilai produksi, yang tentu dapat mengurangi nilai laba petani jamur.

blank

Gambar 1. Petani sedang memanen jamur kancing hasil budidaya

Sumber : https://www.antarafoto.com/mudik/v1367639735/panen-jamur-kancing

  Meski terdengar sederhana, pembuatan robot untuk memetik jamur memerlukan mekaninsme yang kompleks. Prinsip kerja yang dilakukan yakni pertama-tama, robot pemetik akan mencari jamur dewasa dan melepasnya dengan satu tangan, tepatnya dengan menggunakan 3 jari. Kemudian sebuah pisau yang terletak di sisi lain pemetik akan menghilangkan ujung jamur yang tidak dapat dikonsumsi. Terkadang, robot pemetik akan menunggu jamur hingga berjumlah dua atau tiga buah untuk kemudian dipotong satu per satu. Setelah dipotong, jamur akan diletakkan pada kotak tertentu [1].

Gambar 2. Ilustrasi robot pemanen jamur kancing.

Sumber: https://news.psu.edu/story/660326/2021/06/01/research/researchers-develop-prototype-robotic-device-pick-trim-button

       Mekanisme pemetikan ini menggunakan sistem “end-effector”, yakni pemetikan dengan gerakan membungkuk menggunakan 4 posisi derajat kebebasan yakni untuk menggerakkan end-effector pemetik, stipe-jamur, end-effector pemangkasan, dan sistem kontrol elektro-pneumatik.

End-effector

  End effector biasa disebut sebagai tangan robot, yakni mekanisme yang dipasang pada ujung bebas manipulator dari lengan robot untuk menangani objek secara langsung. Kegunaannya termasuk sangat penting karena menyangkut dengan kegunaan robot itu sendiri. Di negara Amerika dan Eropa telah banyak penelitian tentang end-effector robot bioproduksi.

  Mayoritas penelitian memanfaatkan robot end-effector ini untuk mengambil atau memanen hasil pertanian. Penelitian Reed et.al., (1996) merancang robot penghisap jamur merang. Robot ini mampu menggunakan bagian penghisap yang dikendalikan pneumatic silinder yang dapat berputar 120˚. Sebuah suction inducer kemudian dikombinasikan sehingga robot dapat berubah dari kondisi vakum ke kondisi menghembuskan hasil jamur merah ke wadah penampungan [2].

        Penelitian (2011) membuat prototipe end-effector robot untuk memanen buah paprika berupa dua jari grip yang dikombinasikan denga pemotong. Hasil percobaan dari prototipe yang diujikan menunjukkan bahwa pada kemiringan 20˚, end-effector 80,6% mampu menggenggam tangkai buah selama 15 menit [3].

Pemetik Jamur Masa Depan

  Setelah pembuatan prototipe, robot ini kemudian diuji cobakan di penanaman jamur Pusat Penelitian Jamur Penn State, University Park. Sebanyak 70 kali pengambilan jamur dilakukan untuk mengevaluasi sistem kerja robot, sehingga diperoleh kesimpulan bahwa end-effector pengambilan mencapai keberhasilan 90% pada pengambilan pertama dan meningkat menjadi 94,2% setelah pengambilan kedua. Selain itu, end-effector pemangkasan mencapai tingkat keberhasilan hingga 97% secara total. Hal ini mendorong keyakinan para peneliti untuk mengembangkan robot end-effector pemanen jamur ini sebagai alat otomatis.

  Jika kita melihat dengan lebih seksama, maka ini adalah salah satu contoh hal-hal sederhana yang dapat dikembangkan menjadi penemuan IPTEK yang berguna. Begitupun dengan end-effector yang sebenernya juga memungkinkan untuk diaplikasikan pada robot pemanen kelapa misalnya. Di masa yang akan datang, sangat mungkin robot-robot sederhana ini dapat melakukan hal-hal yang saat ini tidak pernah kita pikirkan sekarang. Wah, kira-kira adakah sobat warstek yang tertarik untuk membuat robot dengan kegunaan serupa? Hihi

REFERENSI

[1] sciencedaily.com. 2021. Prototype of robotic device to pick, trim buttom mushroom. URL: https://www.sciencedaily.com/releases/2021/06/210601165047.htm Diakses 30 Juni 2021 .
[2] Reed, J.N., W. He, dan R. D. Tillett. 1995. Picking Mushrooms by Robot. Proceedings of the International Symposium on Automation and Robotics in Bioproduction and Processing, Vol.1 hal.27 – 34. Tokyo: Japanese Society of Agricultural Machinery.
[3] Subrata, I. D. M., dan Nurfitra, I. 2011. Rancangan End-effector untuk Robot Pemanen Buah Paprika. Jurnal Keteknikan Pertanian, Vol. 25 No. 2: 87-94

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Yuk Gabung di Komunitas Warung Sains Teknologi!

Ingin terus meningkatkan wawasan Anda terkait perkembangan dunia Sains dan Teknologi? Gabung dengan saluran WhatsApp Warung Sains Teknologi!

Yuk Gabung!

Di saluran tersebut, Anda akan mendapatkan update terkini Sains dan Teknologi, webinar bermanfaat terkait Sains dan Teknologi, dan berbagai informasi menarik lainnya.