Praktik Skin-to-Skin Contact Bagi Bayi Baru Lahir dan Manfaatnya

Skin-to-skin contact (SSC), atau kontak kulit langsung antara ibu dan bayi, adalah praktik klinis yang banyak didukung oleh bukti ilmiah […]

skin-to-skin contact

Skin-to-skin contact (SSC), atau kontak kulit langsung antara ibu dan bayi, adalah praktik klinis yang banyak didukung oleh bukti ilmiah sebagai metode optimal perawatan pasca-kelahiran. Jurnal “Skin-to-Skin Contact the First Hour After Birth: Underlying Implications and Clinical Practice” menguraikan pentingnya skin-to-skin contact , khususnya pada satu jam pertama setelah kelahiran, sebagai masa sensitif untuk membangun hubungan ibu dan bayi, serta meningkatkan kesehatan jangka panjang keduanya.

Manfaat Skin-to-skin contact pada Jam Pertama

Praktik skin-to-skin contact memberikan sejumlah manfaat signifikan, baik bagi ibu maupun bayi. Beberapa keuntungan utamanya adalah:

  1. Regulasi Fisiologis: Bayi yang ditempatkan dalam skin-to-skin contact menunjukkan peningkatan regulasi suhu tubuh, stabilisasi detak jantung, dan adaptasi pernapasan lebih baik daripada bayi yang tidak mendapat SSC.
  2. Peningkatan Menyusui: Metode ini mempercepat inisiasi menyusui dan meningkatkan keberhasilan menyusui eksklusif, berkat stimulasi hormon oksitosin pada ibu dan bayi.
  3. Pengurangan Stres pada Bayi: Kontak langsung mengurangi “stres kelahiran” melalui pengurangan kadar kortisol bayi.
  4. Peningkatan Kesejahteraan Ibu: Skin-to-skin contact membantu ibu mengurangi tingkat stres, memperkuat ikatan emosional, dan meningkatkan rasa percaya diri dalam merawat bayi.

Tahapan Skin-to-skin contact

Sumber: canva.com

Berdasarkan penelitian, bayi melewati sembilan tahap instingtif saat berada dalam SSC dengan ibunya, yang meliputi:

  1. Tangisan Kelahiran: Penyesuaian pertama bayi dengan kehidupan di luar rahim.
  2. Relaksasi: Bayi beristirahat tanpa gerakan signifikan.
  3. Kesadaran: Mulai gerakan kecil pada kepala dan anggota tubuh.
  4. Aktivitas: Gerakan lebih aktif untuk mencari puting ibu.
  5. Pengenalan: Bayi mencium dan menjilat puting untuk mengenali aroma dan rasa.
  6. Menyusui: Bayi mulai menyusui secara mandiri.
  7. Tidur: Bayi masuk ke fase tidur nyenyak setelah menyusui.

Setiap tahapan ini menunjukkan kemampuan alami bayi untuk menyusu tanpa bantuan berlebihan dari ibu atau tenaga medis, asalkan proses ini tidak terganggu.

Praktik Klinis dan Tantangan Implementasi

Walaupun manfaat skin-to-skin contact telah diakui secara luas, masih terdapat kesenjangan dalam penerapannya di fasilitas kesehatan. Tantangan utama termasuk kurangnya pemahaman staf medis tentang pentingnya skin-to-skin contact, intervensi medis yang mengganggu, dan budaya kerja rumah sakit yang tidak mendukung praktik ini.

Untuk mengatasi tantangan ini, diperlukan pelatihan intensif bagi staf medis mengenai prosedur skin-to-skin contact. Praktik ini harus mencakup edukasi ibu selama kehamilan tentang manfaat skin-to-skin contact, serta panduan praktis untuk menciptakan lingkungan yang mendukung, seperti memposisikan bayi dengan aman, memastikan saluran pernapasan bayi tidak tertutup, dan memprioritaskan skin-to-skin contact selama dua jam pertama pasca-kelahiran.

Skin-to-skin contact adalah praktik berbasis bukti yang menawarkan manfaat jangka pendek dan jangka panjang bagi ibu dan bayi. Implementasi ini memerlukan pendekatan holistik yang mencakup pelatihan tenaga medis, edukasi keluarga, dan protokol berbasis bukti di rumah sakit. Dengan perlindungan dan penerapan yang tepat, skin-to-skin contact dapat menjadi bagian integral dalam perawatan neonatal modern, memberikan awal yang optimal bagi kehidupan bayi baru lahir.

Baca juga: https://warstek.com/pewarisan-eksklusif-ibu-melalui-dna-mitokondria-mtdna/

Hasil Penelitian: Pengaruh Terhadap Bayi Baru Lahir

Penelitian berjudul “Evaluation of the Effects of Skin-to-Skin Contact on Newborn Sucking, and Breastfeeding Abilities: A Quasi-Experimental Study Design” telah menjadi salah satu penelitian yang mendukung manfaat SSC dengan mengkaji manfaat metode ini terhadap kemampuan menyusu bayi baru lahir dan kepercayaan diri ibu dalam menyusui. Studi ini dilakukan menggunakan desain kuasi-eksperimen pada 104 pasangan ibu dan bayi di Taiwan untuk mengevaluasi dampak durasi SSC yang berbeda terhadap keberhasilan menyusui.

Terdapat dua kelompok: kelompok intervensi yang menerima skin-to-skin contact selama 60 menit segera setelah kelahiran dan kelompok kontrol yang hanya menerima SSC selama 20 menit. Penilaian dilakukan menggunakan Infant Breastfeeding Assessment Tool (IBFAT) untuk mengukur kemampuan menyusu bayi dan Breastfeeding Self-Efficacy Scale – Short Form (BSES-SF) untuk mengukur kepercayaan diri ibu dalam menyusui. Data dikumpulkan pada beberapa titik waktu, termasuk 5 menit setelah SSC, setelah selesai SSC, 24 jam pascakelahiran, dan sebelum dipulangkan dari rumah sakit.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa bayi dalam kelompok intervensi memiliki kemampuan menyusu yang lebih baik dibandingkan kelompok kontrol, terutama pada tahap awal pasca SSC. IBFAT pada kelompok intervensi meningkat signifikan (6,37 poin daripada 3,23 poin pada kelompok kontrol setelah SSC). Selain itu, lebih banyak bayi dalam kelompok intervensi berhasil menyusui setelah SSC (67,3%) diaripada kelompok kontrol (28,8%).

Kepercayaan diri ibu dalam menyusui juga terbukti lebih tinggi pada kelompok intervensi. Analisis data menggunakan model Generalized Estimating Equations (GEE) menunjukkan bahwa SSC selama 60 menit memberikan dampak positif yang signifikan terhadap kemampuan menyusu bayi dan kepercayaan diri ibu.

Hasil penelitian ini mendukung implementasi SSC sebagai bagian dari perawatan rutin setelah kelahiran, terutama untuk memperpanjang durasinya hingga setidaknya 60 menit. Durasi SSC yang lebih panjang memberikan waktu yang cukup bagi bayi untuk beradaptasi dan membantu ibu dalam memulai proses menyusui.

Skin-to-skin contact selama 60 menit setelah kelahiran terbukti meningkatkan kemampuan menyusu bayi dan kepercayaan diri ibu dalam menyusui. Oleh karena itu, praktik ini perlu diprioritaskan dalam pelayanan kesehatan ibu dan anak untuk mendukung keberhasilan menyusui dan kesehatan jangka panjang bayi.

Referensi

Widström, et al. 2019. Skin-to-skin contact the first hour after birth, underlying implications and clinical practice. Acta Paediatr. 2019 Jul;108(7):1192-1204. doi: 10.1111/apa.14754. PMID: 30762247; PMCID: PMC6949952. Diakses pada 19 Januari 2025 dari https://doi.org/10.1111/apa.14754

Huang, et al. 2022. Evaluation of the Effects of Skin-to-Skin Contact on Newborn Sucking, and Breastfeeding Abilities: A Quasi-Experimental Study Design. Nutrients;14(9):1846. doi: 10.3390/nu14091846. PMID: 35565813; PMCID: PMC9101996. Diakses pada 19 Januari 2025 dari https://doi.org/10.3390/nu14091846

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top