Kasus bullying di Indonesia telah menjadi isu yang semakin mendesak, terutama di lingkungan sekolah. Mengutip berita dari tempo.co, data terbaru dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menunjukkan bahwa pada awal tahun 2024, terdapat 141 pengaduan kekerasan terhadap anak, di mana 35 persen di antaranya terjadi di sekolah. Hal ini menyoroti pentingnya perhatian terhadap fenomena bullying yang kerap terjadi di kalangan siswa.
Statistik Kekerasan Anak di Sekolah
Menurut Aris Adi Leksono, komisioner KPAI, kekerasan yang terjadi di satuan pendidikan sering kali dilakukan secara berkelompok. Lemahnya deteksi dini terhadap interaksi sosial yang negatif berkontribusi pada meningkatnya kasus bullying. Dampak dari kekerasan ini sangat serius, mulai dari luka fisik dan psikologis, trauma berkepanjangan, hingga kasus ekstrem seperti kematian. Pada awal 2024, tercatat 46 kasus anak yang mengakhiri hidup, dengan 48 persen di antaranya merupakan siswa yang masih mengenakan seragam sekolah.
Salah satu kasus yang mencuat adalah yang terjadi di SMA Binus School Serpong. Pada Maret 2024, Polres Tangerang Selatan menetapkan delapan anak sebagai pelaku dalam kasus ini setelah melakukan penyelidikan mendalam. Kasus ini menarik perhatian publik karena menunjukkan betapa seriusnya masalah ini di kalangan remaja.
Dampak Psikologis Bullying
Bullying memiliki dampak psikologis yang mendalam bagi korban. Anak-anak yang mengalami perundungan sering kali mengalami stres, kecemasan, dan depresi. Dalam jangka panjang, mereka dapat menghadapi masalah kesehatan mental yang serius dan kesulitan dalam berinteraksi sosial. Oleh karena itu, penting bagi pihak sekolah untuk menciptakan lingkungan belajar yang aman dan mendukung bagi semua siswa.
Lembaga pendidikan perlu menyadari bahwa tidak hanya memberikan fasilitas pendidikan, tetapi lembaga ini juga memiliki peran dalam melindungi anak-anak dari segala bentuk kekerasan. Lingkungan belajar yang aman dan nyaman sangat penting untuk mendukung proses belajar mengajar.
Kasus bullying di Indonesia, khususnya di lingkungan sekolah, memerlukan perhatian serius dari semua pihak terkait. Dengan meningkatnya jumlah pengaduan kekerasan anak, penting untuk mengambil tindakan proaktif dalam mencegah dan menangani kasus-kasus ini. Sekolah sebagai institusi pendidikan harus berperan aktif dalam menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi semua siswa agar mereka dapat belajar tanpa rasa takut akan perundungan atau kekerasan lainnya.
Pencegahan Bullying: Strategi dan Tantangan Baru
Bullying adalah masalah global yang berdampak serius, terutama pada masa remaja. Perilaku ini melibatkan kekerasan fisik, verbal, maupun relasional, serta dapat terjadi di dunia nyata maupun secara daring. Menurut penelitian Salmivalli et al. (2021), pencegahan bullying memerlukan pendekatan strategis yang melibatkan seluruh elemen masyarakat.
Strategi Pencegahan Bullying
Kejadian yang semakin memprihatinkan pada lingkungan belajar ini sudah seharusnya mendapatkan langkah antisipasi agar dapat meminimalisir risiko kejadian. Berikut beberapa strategi dalam upaya pencegahan tidak kekerasan ini:
- Program Pencegahan di Sekolah
Program berbasis sekolah, seperti KiVa di Finlandia, telah terbukti efektif mengurangi prevalensi bullying dan korban bullying. Program ini mencakup pembelajaran sosial-emosional, aktivitas kelompok, serta keterlibatan seluruh komunitas sekolah. Meski demikian, efektivitasnya lebih kuat pada anak-anak daripada remaja​. Hal ini memberi pesan bahwa program pencegahan kekerasan ini akan lebih efektif jika penerapannya pada usia dini di fase yang tepat. - Keterlibatan Teman Sebaya
Penelitian menunjukkan bahwa melibatkan teman sebaya dalam pencegahan bullying efektif pada remaja. Strategi seperti “peer-led interventions” memanfaatkan pengaruh siswa yang populer untuk mendorong perilaku positif. Contohnya, program NoTrap! di Italia menunjukkan hasil positif dalam mengurangi bullying​. - Peran Orang Tua
Memberikan informasi kepada orang tua tentang cara mendukung anak mereka di rumah penting dalam pencegahan bullying. Namun, tetap perlu penyesuaian terkait keterlibatan orang tua dengan usia anak untuk meningkatkan efektivitas​. - Pelatihan Guru dan Staf Sekolah
Guru dan staf sekolah membutuhkan pelatihan untuk mengenali, mencegah, dan menangani insiden bullying. Pelatihan ini meliputi teknik intervensi yang mendukung korban sekaligus tidak memprovokasi pelaku​.
Tantangan dalam Pencegahan
Meskipun demikian, pencegahan bullying ini tetap memiliki tantangan yang mungkin dihadapi, yaitu:
- Respons yang Beragam terhadap Intervensi
Efektivitas program pencegahan pada remaja lebih rendah daripada anak-anak. Hal ini disebabkan oleh kompleksitas hubungan teman sebaya dan norma status yang lebih mendukung bullying pada usia remaja​. - Dampak Defending (Membela Korban)
Membela korban sering dianggap sebagai solusi, tetapi bisa memiliki konsekuensi negatif. Penelitian menunjukkan bahwa pembela mungkin menghadapi risiko seperti menjadi korban berikutnya atau kehilangan status sosial​. - Paradox Healthy Context
Dalam konteks dimana bullying secara umum menurun, korban yang tersisa mungkin mengalami dampak yang lebih parah karena merasa lebih terisolasi​. - Motivasi Status pada Remaja
Remaja yang berusaha memperoleh status di antara teman sebaya cenderung menggunakan bullying sebagai alat untuk mencapai tujuan tersebut. Hal ini membuat intervensi menjadi lebih sulit, terutama jika norma pada kelompok sekitar mendukung adanya perilaku agresif​.
Kesimpulan
Pencegahan bullying membutuhkan pendekatan yang menyeluruh dan adaptif. Selain program berbasis sekolah, keterlibatan komunitas, guru, orang tua, dan teman sebaya sangat penting. Penelitian selanjutnya dapat bertujuan untuk memahami faktor-faktor yang memengaruhi efektivitas program dan mengembangkan intervensi yang lebih relevan dengan perkembangan remaja. Dengan kombinasi strategi ini, harapannya insiden bullying dapat ditekan, sehingga tercipta lingkungan sosial yang lebih sehat bagi anak-anak dan remaja​.
Referensi
Tempo. 2024. KPAI Terima 141 Aduan Kekerasan Anak Sepanjang Awal 2024, 35 Persen Terjadi di Sekolah. Diakses pada 8 Desember 2024 dari https://www.tempo.co/arsip/kpai-terima-141-aduan-kekerasan-anak-sepanjang-awal-2024-35-persen-terjadi-di-sekolah-78415
APA. 2011. How parents, teachers, and kids can take action to prevent bullying. Diakses pada 8 Desember 2024 dari https://www.apa.org/topics/bullying/prevent
Salmivalli, C., Laninga-Wijnen, L., Malamut, S.T. and Garandeau, C.F. 2021. Bullying Prevention in Adolescence: Solutions and New Challenges from the Past Decade. J Res Adolesc, 31: 1023-1046. Diakses pada 8 Desember dari https://doi.org/10.1111/jora.12688