Pada Sabtu siang pukul 13.00 WIT (8/5), fenomena alam “Waterspout” yang terlihat di Manokwari, Papua Barat, menggegerkan warga pesisir pantai Manokwari. BMKG pun menyatakan bahwa hal tersebut cukup berbahaya bagi nelayan dan kapal. Penampakan “Waterspout” itu memang sempat diabadikan oleh warga melalui video pendek yang tersebar di media sosial.
Menurut kepala BMKG stasiun Rendani Manokwari yakni Daniel Tandi, “Fenomena waterspout sangat berbahaya bagi nelayan maupun kapal penumpang yang melakukan pelayaran bertepatan pada saat terjadi pusaran atau belalai angin itu“
Beliau menjelaskan bahwa fenomena “Waterspout” ataa belalai air sendiri biasanya terbentuk dari sistem awan Cumulonimbus. Namun tidak semua awan cumulonimbus dapat menimbulkan fenomena tersebut. Hal itu terjadi tergantung pada kondisi labilitas atmosfer. Dia pun menambahkan bahwa keberadaan awan tersebut juga mengindikasikan potensi hujan lebat disertai angin kencang dan kilatan petir. Pada kondisi tertentu hal itu dapat menimbulkan potensi terjadinya waterspout.
Nah, apa sih Waterspout itu?
Waterspout sendiri merupakan angin puting beliung  dengan bentuk kolumnar yang kuat dan berada di atas permukaan air. Waterspout terhubung dengan beberapa awan, seperti cumulus congestus, cumuliform, dan cumulonimbus. Dibanding angin puting beliung yang terjadi di daratan, daya waterspout itu lebih kecil dan lemah.
Fenomena waterspout biasa terjadi didaerah subtropis dan tropis, namun pernah terjadi di Selandia Baru, Australia, dan California. Daerah Antartika juga pernah mengalami hal ini. Tak hanya terjadi di laut, Waterspout juga terjadi danau-danau yang berukuran besar.

Ada beberapa tahapan pembentukan waterspout. Apa sajakah itu? Pertama-tama terjadinya pembentukan titik gelap, lalu terbentuknya pola spiral di permukaan air dengan diiringi oleh pembentukan cincin semprotan. Lepas itu, ada pengembangan corong kondensasi yang berakhir dengan menghilangnya waterspout tersebut. Nah biasanya Waterspout itu muncul pada pukul 2 siang pada akhir musim semi dan musim panas.
Diketahui ada 3 jenis Waterspout yang pernah muncul di dunia yaitu non-tornadic, tornadic dan snow spout.
Pertama ada Non-tornadic dimana ini yang paling sering terjadi. Biasanya sering ditemui di iklim tropis dan sub-tropis, dengan lebih dari 400 kejadian per tahun. Biasanya fenomena ini bergerak lambat dengan kecepatan 30 meter per detik dan berdurasi tidak lebih dari 20 menit.
Yang kedua adalah tipe tornadic. Tipe ini terbentuk dari mesocyclones dengan cara yang mirip tornado, namun terjadi di atas air. Waterspout jenis ini kerap ditemui di laut Adriatik, Aegean dan Ionia, dengan persentase jumlah lebih dari separuh dari jenis lainnya.
Yang ketiga ada snow spout, dikenal juga dengan tornado salju. Ini memang paling jarang ditemui daripada jenis lain. Sejauh ini hanya ada enam kejadian yang berhasil diabadikan, salah satunya terjadi didaerah Ontario, Kanada.
Mengapa Waterspout Berbahaya?
Meskipun Waterspout berada diperairan, ternyata masih berbahaya juga lho khususnya daerah pesisir pantai, mengapa? Karena hal tersebut bisa merusak rumah di pesisir seperti yang terjadi di Penang, Malaysia pada 1 April 2019. Setidaknya, 50 rumah rusak akibat waterspout yang melanda daerah Tanjung Tokong. Waterspout ini terlihat berputar di pantai selama 5 menit, sebelum akhirnya melanda daratan.

Selain itu seperti dijelaskan di atas terjadinya Waterspout di pesisir pantai Manokwari pada 8 Mei yang lalu.
Nah, jika di perairan maka apa pun yang ada di sekitarnya bisa terangkat ke udara. Baik itu ikan, katak dan kura-kura bisa terkena efek dari waterspout. Terkadang fenomena ini bisa menyedot hewan keluar dari air dan terus naik ke awan. Bahkan, jika berhenti berputar, ikan dapat terbawa angin, diterpa ke atas dan ke bawah, lalu terseret sejauh mana angin tersebut membawanya.
Feferensi:
- https://www.antaranews.com/berita/2147210/bmkg-fenomena-alam-waters-pout-di-manokwari-bahaya-bagi-nelayan akses terakhir : 15 Mei 2021, pukul 19.42 WIB
- https://www.idntimes.com/science/discovery/nena-zakiah-1/fakta-waterspout-angin-puting-beliung-di-laut/7 akses terakhir : 15 Mei 2021, pukul 19.40 WIB
- https://oceanservice.noaa.gov/facts/waterspout.html akses terakhir : 15 Mei 2021, pukul 20.00 WIB