Kecerdasan buatan adalah kecerdasan yang ditambahkan kepada suatu sistem yang bisa diatur dalam konteks ilmiah atau bisa disebut juga inteligensi artifisial (bahasa Inggris: artificial intelligence) atau hanya disingkat AI. Andreas Kaplan dan Michael Haenlein mendefinisikan kecerdasan buatan sebagai “kemampuan sistem untuk menafsirkan data eksternal dengan benar, untuk belajar dari data tersebut, dan menggunakan pembelajaran tersebut guna mencapai tujuan serta tugas tertentu melalui adaptasi yang fleksibel”. Sistem seperti ini umumnya dianggap komputer.
Kecerdasan diciptakan dan dimasukkan ke dalam komputer agar dapat melakukan pekerjaan seperti yang dapat dilakukan manusia. Beberapa macam bidang yang menggunakan kecerdasan buatan antara lain sistem pakar, permainan komputer, logika kabur, jaringan saraf tiruan dan robotika. Secara teknis, kecerdasan buatan adalah model statistik yang digunakan untuk mengambil keputusan dengan menggeneralisir karakteristik dari suatu objek berbasis data yang kemudian dipasang di berbagai perangkat elektronik.
Banyak hal yang kelihatannya sulit untuk kecerdasan manusia, tetapi untuk informatika relatif tidak bermasalah. Seperti contoh: mentransformasikan persamaan, menyelesaikan persamaan integral, atau membuat permainan catur. Di sisi lain, hal yang bagi manusia kelihatannya menuntut sedikit kecerdasan, sampai sekarang masih sulit untuk direalisasikan dalam Informatika. Seperti contoh: Pengenalan Objek/Muka, bermain sepak bola. Walaupun AI memiliki konotasi fiksi ilmiah yang kuat, AI membentuk cabang yang sangat penting pada ilmu komputer, berhubungan dengan perilaku, pembelajaran dan adaptasi yang cerdas dalam sebuah mesin.
Penelitian dalam AI menyangkut pembuatan mesin dan program komputer untuk mengotomatisasikan tugas-tugas yang membutuhkan perilaku cerdas. Termasuk contohnya adalah pengendalian, perencanaan dan penjadwalan, kemampuan untuk menjawab diagnosa dan pertanyaan pelanggan, serta pengenalan tulisan tangan, suara dan wajah. Hal-hal seperti itu telah menjadi disiplin ilmu tersendiri, yang memusatkan perhatian pada penyediaan solusi masalah kehidupan yang nyata. Sistem AI sekarang ini sering digunakan dalam bidang ekonomi, sains, obat-obatan, teknik dan militer, seperti yang telah dibangun dalam beberapa aplikasi perangkat lunak komputer rumah dan video game.
Aplikasi berbasis artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan seperti ChatGPT dapat membuat draf surat, artikel, bahkan memberikan nasihat hukum, namun hanya dalam bentuk teks yang terkomputerisasi. Kini, para ilmuwan menciptakan AI yang dapat meniru tulisan tangan manusia. Hebatnya, hasil ‘tulisan tangan’ AI ini hampir tidak bisa dibedakan dengan hasil karya tangan manusia yang sebenarnya.
Tidak percaya? Coba lihat gambar di bawah ini. Pada gambar, terlihat ada dua kolom tulisan tangan hasil AI dan kolom lainnya ditulis oleh manusia. Bisakah kalian temukan mana yang ditulis AI?

Kalau kalian menebak kolom kiri ditulis oleh AI dan kolom kanan ditulis oleh manusia, kalian benar! Kolom kanan adalah contoh tulisan tangan dari enam penulis manusia berbeda yang dilatih oleh tim AI. Sedangkan kolom kiri merupakan tiruan tulisan tangan masing-masing orang oleh AI baru yang disebut HWT.
HWT dikembangkan oleh para ilmuwan di Mohamed bin Zayed University of Artificial Intelligence (MBZUAI) di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab. Menurut para ahli, ‘tulisan tangan’ yang dihasilkan oleh HWT terlihat jauh lebih realistis dibandingkan AI lain yang sudah ada. Dalam penelitiannya, mereka menunjukkan tulisan hasil HWT dan dua teknologi AI pembuat tulisan tangan lainnya kepada 100 orang dan menanyakan mana yang mereka sukai.
Hasilnya menunjukkan bahwa 81% peserta lebih memilih hasil HWT dibandingkan AI pembuat teks lainnya. Terlebih lagi, para peserta tidak bisa membedakan tulisan tangan yang ditiru dengan tulisan tangan sebenarnya. Pendekatan sebelumnya untuk meniru tulisan tangan seseorang telah dikembangkan menggunakan model pembelajaran mesin yang disebut generative adversarial network (GAN). Teknik ini menjadi terkenal dalam beberapa tahun terakhir karena menciptakan wajah palsu dan membuat musik baru dengan melatih sampel yang sudah ada.
Tulisan tangan yang dihasilkan oleh GAN menangkap gaya umum seorang penulis secara keseluruhan, misalnya kemiringan atau lebar huruf. Namun GAN kesulitan untuk menciptakan kembali cara orang membuat karakter individu, serta garis-garis kecil, yang dikenal sebagai pengikat, yang mengikat karakter menjadi satu.
Alih-alih GAN, para peneliti menggunakan ‘vision transformator‘, sejenis jaringan saraf yang dirancang untuk tugas-tugas visi komputer. Transformator visi mampu memahami bahwa bagian-bagian gambar yang secara fisik berjauhan satu sama lain terhubung secara seragam. “Untuk meniru gaya tulisan tangan seseorang, kami perlu melihat keseluruhan teks, dan baru setelah itu kami akan mulai memahami bagaimana penulis mengikat karakter, bagaimana penulis menghubungkan huruf, atau spasi,” kata Fahad Khan, salah satu penulis dan ilmuwan di MBZUAI, seperti dikutip dari Daily Mail, Kamis (18/1/2024).
Potensi Dipakai untuk Membuat Dokumen Palsu Penulis
Hisham Cholakkal, asisten profesor visi komputer di MBZUAI dan salah satu penemunya, mengakui potensi teknologi ini dipakai untuk membuat dokumen palsu. “Penting untuk menyadari bahwa AI dapat digunakan untuk menghasilkan tulisan tangan yang sesuai dengan gaya seseorang,” katanya. Namun para penciptanya menyebut AI semacam ini dapat mengungkap isu-isu baru terkait penipuan dan dokumen palsu. Selain itu, teks tulisan tangan yang dibuat oleh AI dapat bermanfaat bagi penyandang disabilitas atau cedera yang tidak bisa memegang pena. HWT juga dapat digunakan untuk menghasilkan data dalam jumlah besar guna meningkatkan kemampuan model pembelajaran mesin dalam memproses skrip tulisan tangan.
“Kami ingin tahu apakah Anda memberikan beberapa contoh tulisan tangan seseorang kepada model AI, apakah model tersebut dapat mempelajari gaya orang tersebut dan kemudian menulis apa pun dengan gaya tulisan tangan orang tersebut,” ujarnya.
Meskipun penelitian ini berfokus pada menghasilkan tulisan tangan dalam bahasa Inggris, para peneliti kini tertarik untuk menerapkan teknologi mereka ke bahasa lain, seperti bahasa Arab. Studi ini telah dipublikasikan sebagai makalah pra-cetak, yang berarti belum ditinjau oleh rekan sejawat, di repositori akses ilmiah terbuka arXiv.
REFERENSI:
- Andreas Kaplan; Michael Haenlein (2019) Siri, Siri in my Hand, who’s the Fairest in the Land? On the Interpretations, Illustrations and Implications of Artificial Intelligence, Business Horizons, 62(1), 15-25
- Sue, Peggy (2023-02-03). “Sisi Gelap AI dalam Layanan Publik”. scienceblog. Diakses tanggal 30 Januari 2024