Sebuah sistem kecerdasan buatan (AI) yang dapat belajar secara mandiri berhasil mempelajari reaksi kimia pemenang Nobel. Tidak hanya itu, kecerdasan buatan tersebut dapat merancang prosedur dan tahapan langkah eksperimen yang dapat mengantarkan suatu riset menuju keberhasilan. Sistem AI yang disebut “Coscientist,” mencapai prestasi tersebut dalam hitungan menit, menjadi kali pertama kecerdasan buatan merencanakan, merancang, dan melaksanakan reaksi kimia kompleks yang diciptakan oleh manusia. Hal ini dinyatakan oleh Gabe Gomes, seorang ahli kimia dan insinyur kimia dari Universitas Carnegie Mellon yang memimpin tim penelitian sistem AI tersebut.
Reaksi paling rumit yang berhasil dilakukan oleh Coscientist disebut sebagai persilangan catalyzed palladium. Reaksi yang telah dianugerahi Nobel Kimia tahun 2010 karena peran besar reaksi tersebut dalam pengembangan farmasi dan industri lain yang menggunakan molekul berbasis karbon. Dipublikasikan dalam jurnal Nature berjudul Autonomous chemical research with large language models pada 20 Desember 2023, kemampuan yang ditunjukkan oleh Coscientist menunjukkan potensi bagi umat manusia untuk memanfaatkan kecerdasan buatan dalam mempercepat penemuan ilmiah, meningkatkan reproduktibilitas, dan meningkatkan kehandalan hasil eksperimen.
Pengembangan Coscientist melibatkan penggabungan model bahasa besar seperti GPT-4 dan berbagai modul perangkat lunak yang memungkinkan tugas-tugas yang umumnya dilakukan oleh ahli kimia penelitian. Tugas-tugas tersebut mencakup pencarian informasi publik tentang senyawa kimia, membaca dokumen teknis, menulis kode komputer untuk eksperimen, dan menganalisis data yang dihasilkan. Kecerdasan buatan Coscientist menunjukkan “pemikiran kimia,” menggunakan informasi kimia yang dienkripsi untuk menyesuaikan rencana eksperimental berdasarkan detail molekul tertentu.
Kemampuan Coscientist diuji lebih lanjut dalam mengendalikan peralatan kimia robotik berteknologi tinggi yang umumnya digunakan di laboratorium. Hal ini menjadi kali pertama robot-robot tersebut dioperasikan dengan kode yang dihasilkan oleh kecerdasan buatan. Tim secara bertahap memperkenalkan Coscientist pada tugas-tugas yang lebih kompleks, mencapai puncaknya dengan berhasil melaksanakan reaksi Suzuki dan Sonogashira, menunjukkan kapasitasnya untuk berkontribusi pada kemajuan ilmiah.
Para peneliti dari riset Coscientist menekankan pentingnya penggunaan yang bertanggung jawab dari teknologi kecerdasan buatan, memahami kemampuan dan batasnya. Gomes yang merupakan ketua tim peneliti membayangkan asisten riset AI seperti Coscientist sebagai cara untuk mempercepat penemuan ilmiah, mendemokratisasi sumber daya, dan mengembangkan proses ilmiah yang lebih inklusif dan efisien.
Referensi
Boiko, D. A., MacKnight, R., Kline, B., & Gomes, G. (2023). Autonomous chemical research with large language models. Nature, 624(7992), 570-578.