Sebuah riset mengemukakan bahwa banyak remaja di Amerika Serikat lebih memilih rokok elektrik daripada rokok konvensional karena mereka berpikir akan aman dari zat-zat yang berbahaya. Namun benarkah hal tersebut?
Apa itu rokok elektrik?

Rokok elektrik, juga dikenal sebagai rokok elektronik atau e-rokok, adalah perangkat berbentuk seperti rokok yang dirancang untuk memberikan pengalaman merokok tanpa membakar tembakau. Perangkat ini bekerja dengan memanaskan cairan yang mengandung nikotin, propilen glikol, dan/atau gliserin, serta berbagai rasa dan aroma lainnya. Cairan ini dikenal sebagai “liquid.”
Sebagai alternatif rokok tembakau, rokok elektrik dianggap oleh beberapa orang sebagai opsi yang kurang berisiko karena tidak menghasilkan asap tembakau, tar, dan sejumlah senyawa kimia berbahaya lainnya yang dihasilkan oleh pembakaran tembakau konvensional. Benarkah hal tersebut?
Mengapa rokok elektronik berbahaya?
Salah satu zat yang sangat berbahaya dari Rokok Elektrik adalah Nikotin. Tidak seperti rokok biasa yang menghasilkan zat nikotin dari pembakaran tembakau. Rokok Elektrik menggunakan sebuah cairan yang mengandung nikotin dan tentu saja jauh lebih adiktif daripada yang alami (dihasilkan dari pembakaran tembakau). Vaping bisa membahayakan paru-paru karena paparan uap yang terhirup dapat menjadi racun. Bahan kimia pada vape (Rokok Elektrik) dapat merusak paru-paru, dan menimbulkan inflamasi (peradangan). Peradangan tersebut dapat menurunkan kemampuan paru-paru dalam bekerja dan menurunkan daya tahan terhadap kontaminasi bakteri serta virus.
Tahun 2016 Laura Crotty Alexander menunjukan bahwa aktivitas Vaping membuat tubuh lebih sulit untuk membunuh bakteri. Crotty Alexander merupakan seorang peneliti paru-paru sekaligus ilmuwan yang bekerja di The Veterans Administration San Diego Healthcare System. Laura Crotty meneliti Bakteri Staphycoccus aureus (yaitu bakteri yang menyebabkan paru-paru basah). Bakteri ini sejatinya akan mati oleh antibodi paru-paru manusia tanpa memerlukan bantuan medis. Dari hasil eksperimennya, Crotty Alexander memberikan paparan uap dari Rokok Elektrik ke bakteri ini dengan tujuan menciptakan reaksi bakteri yang sesuai dengan apa yang ada di dalam tubuh seorang pengguna Rokok elektrik. Ternyata uap tersebut membuat bakteri Staphlycoccus Aureus menutupi lapisan biofilm yang jauh lebih kuat dan sulit “dimusnahkan”oleh antibodi tubuh. Biofilm sendiri adalah kumpulan sel mikroorganisme yang melekat pada permukaan bakteri, adanya biofilm ini salah satu fungsinya adalah sebagai pertahanan bakteri terhadap sesuatu yang dianggap “perusak” baginya. Dengan semakin kuatnya lapisan biofilm pada bakteri Staphlycoccus Aureus membuat Sel imun pada paru-paru harus bekerja ekstra agar dapat membunuh bakteri ini.
Crotty menguji bakteri yang sudah terkena uap Vape tersebut dengan menyuntikannya ke seekor tikus. Alhasil, keesokan harinya jumlah bakteri pada tikus tersebut melonjak tiga kali lipat. Sistem imunitas tikus dan manusia yang tidak jauh berbeda membuat Crotty dapat menyimpulkan bahwa reaksi bakteri tersebut akan sama (bertambah banyak dengan jumlah tiga kali lipatnya) jika berada di dalam tubuh manusia.

Berbagai riset terkait bahaya rokok elektrik
Sebuah studi lain juga mempelajari bahaya Rokok Elektrik. Mereka menggunakan Tikus juga sebagai hewan percobaan. Dari hasil yang didapat dari penelitian tersebut, tikus percobaan yang terpapar uap rokok elektrik selama 2 minggu menghasilkan kandungan nikotin dalam darah yang sebanding dengan orang-orang yang terbiasa merokok.
Thomas Sussan yang berasal dari Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health yang menjadi salah satu tim penelitinya menyimpulkan bahwa paparan uap Rokok Elektrik dapat memberikan efek seperti peradangan dan penurunan protein.
Pemaparan penelitian terakhir berasal dari penelitian Irina Petrache, Universitas Indianapolis yang meneliti sel-sel paru-paru yang diberi asap rokok konvensional dan rokok elektrik. Hasil penelitian tersebut menyimpulkan bahwa nikotin (darimanapun sumbernya) tetap menimbulkan inflamasi pada jaringan paru-paru dan mengurangi kinerja jaringan paru-paru itu sendiri.
Bukan sebuah kebetulan bahwa Rokok Elektrik mengandung nikotin, karena rokok ini dibuat untuk melupakan rokok asli yang mengandung polutan lainnya seperti tar. Dari review TBEC/FLICKR (CC BY 2.0) Rokok Elektrik dapat menyebabkan paru-paru rentan terhadap penyerangan bakteri dan virus, karena dapat menurunkan sistem imunitas di Paru-paru.
Sumber + Referensi lanjut :
- Arrazola, dkk, Mordibity and Mortality Weekly Report, 17 April 2015, 64 (14), 381-385
- Sussan, dkk, 2015, PLoS ONE 10 (2), e0116861
- Cameron, dkk, 2014, Tobacco Control 23 (1), 77-78
- Raloff, J., 16 Juni 2014, ScienceNews
- Raloff, J., 4 Februari 2015, ScienceNews
- Raloff, J. & Mole, B., 29 Mei 2015, ScienceNews for Students
- Bridges, A & Raloff, J., 4 Februari 2015, ScienceNews for Students
Bagaimana penggunaan nikotin dalam Rokok Elektrik, yang dapat merusak paru-paru dan menimbulkan inflamasi, berbeda dengan rokok konvensional? Regard Telkom University