Einstein terkenal dengan kegeniusannya dan juga gayanya yang nyentrik, tak banyak yang tahu masa kanak-kanaknya seperti apa. Kali ini, penulis akan mengupas sedikit kisah masa kanak-kanaknya. Cekidot!
Lambat Belajar Berbicara
Einstein baru mulai belajar berbicara sekitar usia 2 tahun, orang tuanya sempat sangat khawatir sampai-sampai berkonsultasi kepada seorang dokter. Saat belajar mengucapkan sesuatu, Einstein seringkali berlatih terlebih dahulu, berbisik pelan-pelan sampai terdengar cukup jelas bila diucapkan keras-keras. “Setiap kalimat yang ia ucapkan, tak peduli kalimat itu sering diucapkan, ia ulang-ulang sendiri pelan-pelan dengan menggerakkan bibirnya, ia menemui kesulitan dengan bahasa hingga orang-orang di sekitarnya takut kalau ia tak akan pernah belajar“, kenang adik perempuannya yang bernama Maja.
Mengidap Echolalia Ringan
Einstein memang mengidap echolalia (latah) ringan, yang membuatnya mengulang kata-kata dua atau tiga kali, terutama jika kata-kata tersebut membuatnya senang. Saat pertama kali melihat adik bayi perempuannya, Einstein yakin adiknya itu bagaikan mainan bagus yang akan ia sukai. Responsnya adalah ia memandangi adiknya dan berseru, “Ya, tapi mana rodanya?”. Itu mungkin bukan pertanyaan paling cerdas, tetapi sebenarnya menunjukkan bahwa pada umur 3 tahun hambatan bahasa tak mencegahnya untuk mengungkapkan komentar-komentar yang mengesankan.
Pernah Dikeluarkan dari Sekolah
Karena perkembangannya yang lambat, ditambah lagi ketidakpatuhannya pada aturan, membuat Einstein dikeluarkan dari Sekolah oleh kepala Sekolahnya sendiri. Bahkan seorang kepala Sekolah lain pernah mengatakan, bahwa Einstein takkan pernah menjadi orang yang berguna. Sikap-sikapnya yang seperti itu membuat seorang Einstein menjadi panutan suci bagi anak-anak Sekolah yang bermasalah di mana pun. Namun, sikap seperti itu pula yang diyakininya turut membentuk dirinya menjadi seorang genius sains paling kreatif pada era modern.
Pernah Melempar Kursi ke Guru Les Privatnya
Einstein kecil juga terkenal dengan sifatnya yang mudah marah, pada usia 5 tahun, ia pernah mengangkat dan melemparkan kursi ke seorang guru les privatnya, sampai guru lesnya tersebut lari dan tak pernah kembali lagi. Bahkan adiknya Maja pun kerap kali menjadi sasaran berbagai benda keras yang dilemparnya. “Butuh tengkorak yang kuat menjadi adik seorang yang sangat cerdas”, canda Maja suatu ketika. Namun, tak seperti ketekunan dan keuletannya, sifat pemarahnya itu lambat laun menghilang.
Penyendiri
Einstein dibesarkan di pinggiran Kota Munich, Jerman. Tinggal di sebuah rumah yang nyaman dengan pepohonan besar dan taman yang indah, halaman belakang rumahnya seringkali dipenuhi para sepupu dan anak-anak. Namun, Einstein selalu menghindar dari permainan mereka yang dianggapnya berisik, dan lebih memilih menyibukkan diri dengan hal-hal yang lebih tenang. Einstein suka bermain puzzle, membangun struktur kompleks dengan mainannya, bermain mesin uap hadiah pamannya, dan membangun rumah kartu. Dan menurut Maja adiknya, Einstein sanggup membangun bangunan kartu setinggi empat belas tingkat.
“Sejak awal, ia cenderung memisahkan diri dari anak-anak sebaya dan tenggelam dalam lamunan dan pikiran meditatif,” ujar Philipp Frank teman sejawatnya. Walau demikian, Einstein menjalin dan menikmati persahabatan intelektual.
Terlahir dari Keluarga yang Berpikiran Bebas, Cerdas, dan Menghargai Pendidikan
Ibunya bernama Pauline Koch, seorang pianis ulung, dan kemudian menjadi guru les pianonya. Ayahnya bernama Hermann Einstein, merupakan sosok yang cerdas, pintar matematika. Namun, sayangnya tak memiliki cukup biaya untuk melanjutkan kuliah, ayahnya memutuskan untuk menjadi pedagang. Kedua orang tuanya sering membelikan buku-buku pelajaran untuk Einstein pelajari dan pecahkan saat liburan musim panas. Dan beruntungnya lagi, Einstein memiliki Paman yang bernama Jakob, Paman Jakob merupakan seorang insiyur, beliau-lah yang memperkenalkan kenikmatan aljabar pada Einstein.
Paman Jakob terus memberikan tantangan yang lebih sulit, walau ada sedikit keraguan atas kemampuan Einstein. Setiap kali berhasil menyelesaikan tantangan yang diberikan oleh Pamannya, Einstein biasanya akan merasa sangat senang dan menyadari kemana arah bakat mengarahkannya. Di antara konsep-konsep yang diajarkan Paman Jakob kepada Einstein adalah Teorema Pythagoras (jumlah kuadrat sisi-sisi sebuah segitiga siku-siku sama dengan kuadrat panjang sisi miringnya).
“Setelah berusaha keras, saya berhasil ‘membuktikan teorema ini berdasarkan kesebangunan segitiga, tampak jelas bagi saya bahwa hubungan antara sisi-sisi segitiga siku-siku pasti akan ditentukan sepenuhnya oleh salah satu sudut lancip”, kenang Einstein.
Sejak kecil, rasa penasaran dan imajinasi Einstein ditunjukkan terutama dalam bentuk pemikiran visual gambaran jiwa dan eksperimen pemikiran bukannya lisan. Seperti kemampuannya membayangkan kenyataan fisika yang dilukis oleh sapuan kuas matematika. “Di balik sebuah rumus, ia dengan cepat melihat muatan fisika di dalamnya, sedangkan bagi kita rumus itu hanyalah rumus abstrak,” kata Mahasiswa Einstein suatu ketika.
Referensi:
1. Walter Isaacson. 2012. Einstein, Kehidupan dan Pengaruhnya bagi Dunia. Terjemahan oleh Mursid Wijanarko & Word++ Translation Service. Bentang Pustaka
2. ETH Zurich. Einstein’s youth (1879–1896) (https://library.ethz.ch/en/locations-and-media/platforms/einstein-online/jugend-1879-1896.html). Diakses 02 Juni 2024