Mager Belajar? Maka, Jatuh Cintalah pada Belajar!

Kata orang, belajar tak melulu harus di Sekolah, belajar bisa di mana saja, bisa di rumah, di tempat kerja, di […]

blank

Kata orang, belajar tak melulu harus di Sekolah, belajar bisa di mana saja, bisa di rumah, di tempat kerja, di komunitas, dan lain sebagainya. Apalagi sekarang sedang pandemi “covid-19”, tentunya belajar di Sekolah juga sudah dibatasi karena harus mematuhi protokol Kesehatan.

Jangan karena pandemi ini kita lantas bersantai-santai, lantas mager (malas gerak) untuk belajar. Berada di zona nyaman sangat berbahaya, apalagi sampai menyepelekan pelajaran, belajarlah yang rajin sambil berdoa semoga pandemi ini lekas berakhir, Aamiin. Kita adalah generasi penerus bangsa ini, kita tak boleh malas-malasan, harus bangkit dan bergerak. Siapa lagi yang akan mengambil estafet kepemimpinan jika bukan kita?

Hanya mereka yang rajin belajarlah yang akan menjadi the next leader, hanya mereka yang peduli dengan negeri ini, mereka yang tak patah semangat untuk terus mengobarkan semangat belajarnya di tengah pandemi ini, pandemi tak lantas membuatmu beralasan untuk mager. Jangan terlena, jangan lalai wahai generasi muda, kamu punya kewajiban untuk belajar dengan keras, Indonesia ke depannya adalah PR besar untuk kalian, PR besar untuk kita bersama.

Main sosmed boleh-boleh saja, asal tak lupa tugas utama, tak lupa menjadi bermanfaat, tak lupa siapa kita, tak lupa Indonesia sedang menunggu kita, hargai waktu, perbanyak baca buku, perbanyak baca artikel kayak warstek.com ini, perkaya otak dengan ilmu yang bermanfaat. Indonesia butuh generasi cerdasnya agar bisa maju. Ayo ambil bagianmu, jadilah bagian dari Indonesia maju tersebut, jadilah the next Habibie, kamu bisa. Nothing impossible, if you dream it you can do it !

Lalu, mager belajar apa hubungannya dengan jatuh cinta? Kamu pasti bertanya-tanya kan sejak baca judul artikel ini? Hehehe…baiklah…mari kita coba telusuri 😀

Mager Belajar

Ketika lagi buka buku, mencoba fokus buat baca isinya, beberapa menit kemudian pikiranmu mulai melayang-layang, memikirkan ini, memikirkan itu, chat whatsappku sudah dibalas belum yah? Ah, dia kok lama balasnya, kamu jadi suntuk, akhirnya buka sosmed ini sosmed itu, update status, balas komen-komenan temanmu. Akhirnya, kamu lupa buku yang sedang kamu baca tadi, kasihan sekali bukunya, beruntung sekali bukunya bukan perempuan, kalau perempuan bisa kacau, mana ada perempuan yang mau dibuat menunggu. Hahaha…yang baca jangan baper, cukup penulis saja, wkwkwk.

Nah, dari contoh di atas, terbuktikan sosmed lebih asyik dibandingkan dengan buku? Apalagi kalau pikiranmu sedang tidak fokus buat belajar, dan akhirnya kamu ngomong gini, “duuhh…kok susah sekali sih buat fokus? Apa otakku yang sudah lemot yah? Kenapa baca buku bikin ngantuk? sedangkan baca sosmed malah bikin melek terus, sampai berjam-jam pula”. Aku akan mencoba jawab pertanyaanmu di sini, jangan dulu diskip, jangan dulu mulai bosan baca tulisanku yah, hehehe…nanti kamu takkan menemukan jawabannya 😀

Jatuh Cinta

Kamu pernah jatuh cinta? Gimana rasanya? Yang pernah jatuh cinta pasti tahu dong jawabannya. Jatuh cinta akan membuat seseorang merasa bersemangat, merasa dunia seolah tersenyum padanya, bunga-bunga bak bermekaran di musim semi, senyuman mengembang terus, mood jadi bagus, apapun rela dilakukan demi yang dicintai. Cinta adalah sebuah rasa kasih sayang (kecenderungan) terhadap sesuatu. Orang yang jatuh cinta biasanya akan senantiasa mengingat hal yang dicintainya. Tanpa adanya rasa cinta, seseorang akan merasa mager untuk melakukan sesuatu, semuanya terasa serba terpaksa. Jatuh cintalah yang membuat seseorang menjadi bersemangat, buka buku tidak lagi malas-malasan, yang ada malah penasaran dengan isi bukunya.

Mager belajar? Maka, jatuh cintalah! Jatuh cintalah pada pelajaranmu, jatuh cintalah pada buku-bukumu, dengan jatuh cinta kamu akan merasa bersemangat terus, kamu akan merasa kasmaran terus.

Seperti kata Pak Iwan Pranoto, Guru Besar Matematika ITB, “Pendidikan seharusnya membebaskan, bukan memaksa dan mewajibkan. Dan titik awal pembebasan itu adalah rasa kasmaran seorang pelajar terhadap ilmu. Pendidikan seharusnya membuat orang mencintai ilmu. Perasaan jatuh cinta dan hasrat menggebu-nggebu saat ia berinteraksi dengan buku, dengan ruang kelas, dan dengan mimbar akademik lainnya”.

Siswa yang berfisika belum takjub dan kasmaran terhadap rumus F=m.a. Kebanyakan siswa belum mencapai jenjang kasmaran terhadap rumus sederhana yang memodelkan pena jatuh sampai pergerakan benda di angkasa itu.

Kebanyakan siswa belum kasmaran terhadap rumus Bernoulli yang memungkinkan sayap sederhana berpenampang gemuk di tengah dapat mengangkat pesawat dengan beban berton-ton. Ilmu pengetahuan masih sekadar dikumpulkan, disimpan, dan ditumpahkan lagi saat ujian. Belum mengubah jati diri pembelajar dalam berperilaku dan berpikir.”

Rasa kasmaran itu ada pada antusiasme Newton saat kejatuhan apel yang menginspirasinya untuk merumuskan teori gravitasi, atau pada Archimedes yang berteriak ‘Eureka !’ di tengah asyiknya ia berendam hingga terinspirasi untuk menghitung massa jenis benda, atau pada Al-Ghazali yang tak lelah mengembara menuntut ilmu dari Baghdad sampai Yerusalem.

Dalam buku Mantappu Jiwa, Jerome Polin Sijabat mengatakan, “Aku sadar belajar nggak akan pernah ada ruginya. Kalaupun kita tidak bisa menggunakan ilmunya saat ini, bukan mustahil kita akan membutuhkannya di masa yang akan datang”.

Referensi :

  1. Qowi Alta Az Zahra. 2014. Ya Allah, Aku Jatuh Cinta. Penerbit PT Elex Media Komputindo
  2. Perhimpunan Pelajar Indonesia. 2017. Explore: 20 Kisah Para Perantau Ilmu. Penerbit PT Elex Media Komputindo
  3. Jerome Polin Sijabat. 2019. Buku Latihan Soal Mantappu Jiwa. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *