Lompat ke konten

Ternyata, Einstein pernah Meledakkan Laboratorium. Begini Kisahnya!

blank

Hallo Sahabat Warstek, siapa nih di sini yang suka baca kisah-kisahnya Einstein? Pernah baca kisahnya yang ini belum? jika belum, mari simak kisahnya berikut ini. cekidot! kisah einstein

Jean Pernet, Professor Fisika Einstein

Jean Pernet merupakan Professor fisika yang membimbing Einstein dan bertanggung jawab dalam tugas eksperimen serta laboratorium. Pernet juga telah menarik perhatian sejarah, lantaran tak meluluskan Einstein dalam salah satu kuliah fisika. Dalam kuliah Fisika Eksperimen untuk Pemula, Einstein diberi nilai 1, nilai terendah. Hal itu sebagian karena Einstein jarang masuk kuliah. Berdasarkan permintaan tertulis Pernet, pada Maret 1899, Einstein mendapat sebuah “teguran resmi dari direktur karena kurang rajin dalam praktikum fisika”.

“Mengapa kau mengambil spesialisasi fisika? Mengapa bukan kedokteran atau hukum?” tanya Pernet suatu hari kepada Einstein. “Sebab, saya kurang berbakat di bidang-bidang tersebut. Mengapa saya tidak mencoba peruntungan saya dengan fisika?” jawab Einstein.

Dalam berbagai kesempatan ketika Einstein muncul di lab Pernet, sikap cueknya terkadang mendatangkan masalah. Contohnya, ketika suatu hari ia mendapat lembar petunjuk tentang suatu eksperimen. “Dengan gaya cuek seperti biasa, Einstein membuang kertas tersebut ke tempat sampah,” kata teman dan penulis biografi awal Einstein, Carl Seelig. Lalu, ia melanjutkan eksperimen dengan caranya sendiri. “Apa pendapatmu tentang Einstein? Ia selalu mengerjakan sesuatu yang berbeda dengan perintah saya.” tanya Pernet kepada asistennya. “Memang Professor, tetapi solusinya benar dan metode yang digunakannya sangat menarik,” jawab asistennya.

Insiden Ledakan

Einstein terkenal dengan sikap cueknya, ia hanya suka melakukan sesuatu yang ia sukai saja, jika tidak suka maka ia akan mengabaikannya. Dan akhirnya, pada Juli 1899, ia pun kena batunya, laboratorium Professor fisika-nya itu meledak, menyebabkan tangan kanannya terluka parah dan harus dijahit di klinik. Cedera tersebut membuatnya sulit menulis paling tidak selama dua minggu dan berhenti main biola lebih lama lagi. Semuanya terjadi karena ia selalu melakukan eksperimen dengan caranya sendiri, lembar kertas petunjuk yang diberikan selalu dibuangnya ke tempat sampah.

Germany was at the center of scientific development in the first decades of the 20th century. When Einstein accepted a teaching position at the University of Berlin, eight of the twelve people in the world interested in the theory of relativity were already there. Einstein in his office at the university, 1920
Sumber: https://segulamag.com/wp-content/uploads/2017/07/4.jpg

Dan sepertinya, karena insiden ledakan tersebut membuat ia lebih setia berperan sebagai teoretisi daripada eksperimentalis. Kekuatan Einstein sebagai teoretikus adalah kemampuan yang lebih tajam daripada ilmuwan lain dalam memikirkan hal-hal yang ia sebut sebagai “postulat dan prinsip umum yang bertindak sebagai titik tolak”. Biasanya ia memulai dengan postulat yang ia abstraksikan dari pemahamannya akan dunia nyata, seperti kesetaraan antara gravitasi dan percepatan. Kesetaraan itu bukanlah sesuatu yang ia pikirkan dengan mempelajari data empiris.

“Seseorang yang tidak pernah melakukan kesalahan berarti tidak pernah mencoba sesuatu yang baru.” ~Albert Einstein

“Saya tidak menemukan pengertian saya pada hukum universal hanya dengan pikiran analitis. Satu-satunya hal yang berharga adalah intuisi.” ~Albert Einstein

Referensi

  1. Walter Isaacson. 2012. Einstein, Kehidupan dan Pengaruhnya bagi Dunia. Terjemahan oleh Mursid Wijanarko & Word++ Translation Service. Bentang Pustaka

2. Perhimpunan Pelajar Indonesia. 2017. Explore: 20 Kisah Para Perantau Ilmu. Penerbit PT Elex Media Komputindo

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *