Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mendengar istilah peluang. Kemudian peluang itu sering dikaitkan dengan peristiwa ‘acak’ atau ‘random’. Tidak jarang kita mengambil peluang dari sekian peristiwa yang terlihat acak. Akan tetapi ide tentang peluang dan acak itu sendiri tidak kita ketahui secara mendalam. Sebenarnya apa itu peluang? Bagaimana kita dapat membentuk pola-pola acak? Dan bagaimana kita dapat mengenal pola-pola acak pada saat kita dikonfrontasikan dengan pola-pola tersebut?
Pengertian
Teori Peluang yang merupakan cabang ilmu matematika yang berdasarkan konsep kombinatorik yang digunakan untuk ilmu statistika, menitikberatkan perhatian pada analisis gejala-gejala acak. Objek-objek utama Teori Peluang adalah variabel-variabel acak, proses-proses stokastik, dan kejadian-kejadian (abstraksi matematika dari kejadian non deterministik) [1].
Dalam bahasa yang lebih sederhana, peluang adalah harapan terjadinya suatu kejadian yang akan berlaku atau telah terjadi. Peluang memiliki keterkaitan antara konsep kesempatan (kemungkinan) dengan kejadian. Jika mendapatkan peluang besar maka kesempatan yang terjadi juga akan besar, jika mendapatkan peluang kecil maka kesempatan yang terjadi juga akan kecil. Peluang juga dapat disebut sebagai probabilitas yang artinya sebagai ilmu kemungkinan. Peluang memiliki ruang dan titik sampel. Ruang sampel artinya hasil percobaan dari semua kemungkinan yang telah terjadi sedangkan titik sampel artinya anggota-anggota dari ruang sampel yang akan muncul [2]
Sejarah
Ide utama tentang keacakan ini adalah ide tentang ‘unpredictability’. Sebuah pola acak sering digambarkan sebagai sesuatu yang tidak bisa diprediksi. Sebenarnya, sudah berapa lamakah penelitian mengenai pola-pola acak ini?
Para arkeologi sudah menemukan bukti-bukti prasejarah yang muncul dan dapat dibandingkan dengan permainan dadu saat ini. Gigitan pada tulang dan keratan pada batu-batu secara jelas diciptakan atau diletakkan di satu sisi untuk sebuah maksud. Objek-objek ini, menurut bukti, memiliki makna bagi pemakai dan menyerupai objek yang terakhir digunakan dalam permainan papan, misalnya, masyarakat Mesir kuno. Bukti-bukti ini sulit diinterpretasikan. Tanpa catatan tertulis, sangat sulit menemukan makna penemuan-penemuan tersebut.
Satu dari alat-alat pertama yang memproduksi pola-pola acak adalah astragalus. Astragalus adalah sebuah tulang yang terdapat pada tumit rusa, biri-biri, anjing dan mamalia lainnya. Banyak astragalus yang ditemukan pada zaman prasejarah. Hal ini berarti, benda ini sudah digunakan sejak 5000 tahun yang lalu, di zaman Mesir kuno dalam permainan kesempatan (peluang). Terdapat gambar-gambar masyarakat Mesir kuno yang melambunglambungkan astragalus saat bermain permainan papan. Sayangnya, tidak ada catatan bagaimana memainkan permainan ini dan bagaimana pola-pola hasil lambungan astragalus-astragalus tersebut. Gambar di bawah ini merupakan bukti prasejrah mengenai adanya permainan tersebut.
Permainan pertama mengenai peluang yang dapat dipahami dengan baik adalah yang berasal dari Mesopotamia. Salah satu kota penting di Mesopotamia saat itu adalah Ur. Saat melakukan penggalian di awal abad 20, para arkeolog menemukan sebuah permainan papan yang tertimbun dengan pemakainya. Permainan papan dengan pahatan yang bagus tersebut sudah berusia sekitar 4500 tahun. Permainan ini dapat diphami dengan baik krena catatan kuno mengenainya juga diperoleh dari penggalian. Permainan ini dinamakan Permainan dari 20 Persegi. Pemainnya terdiri dari dua orang. Masing-masing percaya pada sebuah kombinasi keberuntungan dan sebuah strategi kecil untuk menang. Pada bagian keberuntungan, dilambungkan sebuah dadu untuk menentukan berapa banyak persegi untuk setiap pemain agar dapat menggerakkan bagiannya. Keterampilan yang harus dimiliki adalah memilih bagian yang harus digerakkan.
Permainan di atas menunjukkan adanya proses acak karena banyaknya bagian yang dapat dilompati setiap pemain ditentukan oleh hasil lambungan sebuah dadu. Permainan ini terkenal sampai Mesir dan India. 250 tahun setelah penemuan Permainan 20 Persegi, budaya Mesopotamia semakin berkurang pengaruhnya. Yang paling dominan saat itu adalah budaya Romawi dengan permainan judinya. Judi dapat dianggap sebagai permainan papan tanpa papan. Keterampilan pemain diabaikan dan peserta hanya bertaruh untuk hasil lambungan astragalus yang keluar. Raja Agustus dan Vitellius dikenal sebagai raja-raja yang gila judi.
Teori Peluang dikemukakan oleh Chevalier de Mere yang merupakan bangsawan asal Perancis tahun 1601-1665. Chevalier
mengajukan beberapa pertanyaan kepada Blaise Pascal. Pertanyaanpertanyaan tersebut lalu dikembangkan kembali oleh Pascal dan Fermat menjadi sebuah teori Peluang yang dipakai sampai sekarang.
Tokoh
Ronald Aylmer Fisher (1890-1962)
Ronald Aylmer Fisher, seorang statistikawan Inggris, memberikan kontribusi penting untuk perkembangan statistika modern. Fisher dilahirkan di London, Inggris. Ia memiliki masa kecil yang indah. Meskipun penglihatannya kurang baik, ia merupakan siswa yang matang sebelum waktunya dengan memenangkan Medali Neeld (sebuah kompetisi essay dalam matematika) pada usia 16 tahun. Oleh karena penglihatannya yang buruk itu juga ia diajar matematika tanpa bantuan buku dan pena. Ia mengembangkan kemampuannya memvisualisasikan masalah-masalah geometri dengan menggunakan manipulasi-manipulasi aljabar. Ia juga sangat menyukai biologi, terutama evolusi.
Tahun 1909 Fisher memenangkan beasiswa untuk masuk Gonville and Caius Colledge, Cambridge. Ia lulus dari Cambridge University pada tahun 1912 dalam bidang astronomi. Ada kemungkinan dari bidang inilah muncul ketertarikannya pada statistika. Para astronom umumnya membuat banyak pengukuran dan kemudian menggunakan ide-ide dan tekhnik-tekhnik statistika untuk menginterpretasikan pengukuran-pengukuran mereka. Satu dari buku-buku yang pernah dibaca Fisher saat di Cambridge adalah Theory of Errors yang ditulis George Biddel Airy, seorang astronom Inggris terkenal. Sejak saat itu, Fisher tidak lagi bekerja sebagai astronom. R.A. Fisher Setelah lulus, Fisher mendapat kesulitan dalam masalah keuangan. Saat itu ia memutuskan bekerja di sebuah peternakan di Kanada selama beberapa bulan. Setelah kembali ke London, ia bekerja sebagai statistikawan di Mercantile and General Investment Company. Saat pecah Perang Dunia I (1914), ia berhasrat sekali untuk menjadi tentara. Akan tetapi karena penglihatannya yang buruk, ia ditolak. Akhirnya ia menjadi guru matematika dan fisika antara 1915 sampai 1919. Pada akhirnya Fisher memutuskan untuk bekerja penuh sebagai saintis karena mendapat dua tawaran bersamaan. Tawaran pertama dari Karl Pearson, yang sudah lebih dahulu terkenal, dan yang kedua dari Rothamsted Agriculture Experiment Station. Fisher memilih tawaran kedua dan di sana ia memberi kontribusi penting dalam statistika terutama dalam desain dan analisis eksperimen.
Fisher mempelajari desain berbagai eksperimen dengan terlebih dahulu membuat konsep randomisasi dan analisis varians. Pada tahun 1912, ia memperkenalkan konsep Maximum Likelihood. Sedangkan pada tahun 1922, ia memberi definisi baru tentang statistika. Tujuannya adalah untuk mengurangi data (pada saat itu semua statistikawan dan ilmuwan selalu melibatkan data yang besar dalam penelitian-penelitian mereka). Ia mengidentifikasikan tiga masalah mendasar, yaitu: karakteristik populasi yang diamati, estimasi, dan distribusi. Fisher mempublikasikan buku Statistical Methods for Research Workers pada tahun 1925 yang merupakan buku terlaris sepanjang masa. Buku ini dicetak ulang selama lebih dari 50 tahun. Fisher pun mempublikasikan buku The Design of Experiments (1935) dan Statistical Table (1947). Semuanya ini memberikan kontribusi penting dalam perkembangan statistika modern.
Referensi:
[1] Anggoro, B. S. (2015). Sejarah Teori Peluang dan Statistika. Al-Jabar: Jurnal Pendidikan Matematika, 6(1), 13-24.
[2] Lumbantoruan, J. H. (2019). BUKU MATERI PEMBELAJARAN TEORI PELUANG DAN KOMBINATORIKA.