Menyaring Air Kotor dengan Metode Sederhana, Solusi Atasi Kelangkaan Air Bersih

Air merupakan sumber daya yang dapat diperbaharui namun terbatas. Siklus air membuatnya tersedia dalam jumlah tertentu setiap tahun di sebuah […]

blank
Air bersih

Air merupakan sumber daya yang dapat diperbaharui namun terbatas. Siklus air membuatnya tersedia dalam jumlah tertentu setiap tahun di sebuah lokasi tertentu. Dengan kata lain, setiap daerah (lokasi) tertentu memiliki jumlah air yang sama setiap tahunnya.[1]

Praktek-praktek pembuangan liar limbah/sampah ke perairan (seperti sungai, waduk, dan danau) mengakibatkan air dalam perairan yang sebelumnya bersih menjadi kotor dan keruh hingga memotong pendeknya ketersediaan air bersih. Air sumur pun turut serta tercemar. Mengingat air sumur berasal dari resapan sumber-sumber air disekitarnya. Bukan tidak mungkin, tanpa disadari air yang kita konsumsi ternyata menggulingkan kekebalan tubuh kita.

Penurunan kualitas air yang terjadi ada yang disebabkan tercemarnya air sumur oleh bakteri golongan coliform yang diakibatkan dari kepadatan penduduk, buruknya sistem pembuangan limbah masyarakat, pembuatan wc, septik tank dan sumur resapan yang kurang memenuhi persyaratan dengan baik ditinjau dari kualitas maupun tata letaknya terhadap sumber pencemar.

Bakteri coliform adalah golongan bakteri intestinal, yaitu hidup dalam saluran pencernaan manusia. Bakteri coliform merupakan bakteri indikator keberadaan bakteri patogenik dan masuk dalam golongan mikroorganisme yang lazim digunakan sebagai indikator, di mana bakteri ini dapat menjadi sinyal untuk menentukan suatu sumber air telah terkontaminasi oleh patogen atau tidak. [2] Banyaknya bakteri coliform dalam air mengindikasikan bahwa air tersebut mengandung patogen ( bibit penyakit ).

Selain bakteri coliform, penurunan kualitas air disebabkan pula oleh adanya kekeruhan. Kekeruhan terjadi disebabkan oleh adanya zat tersuspensi dalam air. Zat tersuspensi yang terdapat dalam air terdiri dari berbagai macam zat, misalnya lumpur, pasir halus, lempung dan sebagainya. [2]

Kelangkaan air bersih menjadi masalah serius dalam hidup. Pasalnya air bersih banyak digunakan dalam berbagai kegiatan. Diantaranya mencuci, mengepel, mandi, minum, dsb. Mandi dan minum, kedua kegiatan ini selalu menggunakan air bersih dan dilakukan setiap manusia. Sehingga semakin banyak populasi manusia, semakin meningkat pula kebutuhan akan air bersih.

Oleh karena itu, perlu adanya solusi untuk mengatasi fenomena langkanya air bersih ini dengan mengurangi pasokan air kotor. Salah satunya ialah dengan memfiltrasi (menyaring) air yang kotor menjadi air bersih dengan metode saringan pasir lambat yang relatif sederhana. Selain air yang bersih, air tersebut juga memiliki dampak baik bagi kesehatan.

blank

Saringan Pasir Lambat

Slow Sand filter atau saringan pasir lambat adalah bak saringan yang menggunakan pasir sebagai media penyaringan dengan ukuran butiran sangat kecil, namun mempunyai kandungan kuarsa yang tinggi. Proses penyaringan berlangsung secara gravitasi, sangat lambat, dan simultan pada seluruh permukaan media. Proses penyaringan merupakan kombinasi antara proses fisis (filtrasi, sedimentasi dan adsorbsi), proses biokimia dan proses biologis. Saringan pasir lambat lebih cocok mengolah air baku, yang mempunyai kekeruhan sedang sampai rendah, dan konsentrasi oksigen terlarut (dissolved oxygen) sedang sampai tinggi.

Ukuran media pasir yang sangat kecil akan membentuk ukuran pori-pori antara butiran media juga sangat kecil.Meskipun ukuran pori-porinya sangat kecil, ternyata masih belum mampu menahan partikel koloid dan bakteri yang ada dalam air baku. Akan tetapi dengan aliran yang berkelok-kelok melalui pori-pori saringan dan juga lapisan kulit saringan, maka gradien kecepatan yang terjadi memberikan kesempatan pada partikel halus, untuk saling berkontak satu sama lain, dan membentuk gugusan yang lebih besar, yang dapat menahan partikel sampai pada kedalaman tertentu, dan menghasilkan filtrat yang memenuhi persyaratan kualitas air minum.

Sejalan dengan proses penyaringan, bahan pencemar dalam air baku akan bertumpuk dan menebal di atas permukaan media pasir. Setelah melampaui periode waktu tertentu, tumpukan tersebut menyebabkan media pasir tidak dapat merembeskan air sebagai mana mestinya, dan bahkan menyebabkan debit effluent menjadi sangat kecil, dan air yang ada di dalam bak saringan mengalir melalui saluran pelimpah. Kondisi ini mengindikasikan bahwa media pasir penyaring sudah mampat (clogging). Untuk memulihkan saringan yang mampat, pengelola harus segera mengangkat dan mencuci media pasir menggunakan alat pencuci pasir. Saringan pasir lambat akan beroperasi secara normal kembali, kurang lebih dua hari setelah melakukan pengangkatan atau pencucian media pasir.[3]

Ketebalan media pasir mempengaruhi kualitas air yang dihasilkan. Berdasarkan penelitian, semakin tebal media pasir, semakin baik kualitas air bersih. Namun, kecepatan penyaringan semakin lambat.

Referensi

[1]Lester R. Brown, dkk. , 1999. Masa Depan Bumi. Jakarta:Yayasan Obor Indonesia, Terjemahan

[2]Dwi Maryani, dkk., 2014. Pengaruh Ketebalan Media dan Rate filtrasi
pada Sand Filter dalam Menurunkan Kekeruhan dan Total Coliform. Jurusan Teknik Lingkungan. Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, ITS diakses dari 162078-ID-pengaruh-ketebalan-media-dan-rate-filtra.pdf pada 30 November 2019

[3]Rachmat Quddus, 2014. Teknik Pengolahan Air Bersih dengan Sistem Saringan Pasir Lambat (downflow) yang Bersumber dari Sungai Musi. Jurusan Teknik Sipil. Fakultas Teknik, Universitas Sriwijaya  diakses dari 212134-teknik-pengolahan-air-bersih-dengan-sist.pdf pada 23 Desember 2019

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *