Alarm di Orbit: Astronaut NASA Terjebak, Solusi Masih Dicari

Apakah kalian mengenal Butch Wilmore dan Suni Williams? Beliau merupakan dua astronaut NASA yang saat ini sedang menjalankan misi di ISS

Apakah kalian mengenal Butch Wilmore dan Suni Williams? Beliau merupakan dua astronaut NASA yang saat ini sedang menjalankan misi di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS), harus bersabar lebih lama sebelum dapat kembali ke Bumi. Situasi ini disebabkan oleh perubahan jadwal peluncuran misi berikutnya yang direncanakan NASA. Perubahan ini memengaruhi rencana rotasi kru di ISS, sehingga mereka harus memperpanjang masa tinggal di luar angkasa.

Penundaan ini mencerminkan tantangan dalam eksplorasi luar angkasa, di mana setiap misi sangat bergantung pada koordinasi yang tepat antara peluncuran, logistik, dan kesiapan teknologi. Dalam hal ini, NASA memutuskan untuk menunda misi berikutnya guna memastikan semua aspek teknis—termasuk persiapan roket dan kapsul yang akan digunakan—telah diuji dan siap sepenuhnya. Keputusan seperti ini adalah langkah penting untuk menjaga keselamatan kru di luar angkasa, meskipun itu berarti menambah waktu tunggu bagi astronaut yang sudah lama berada di orbit.

Awalnya, NASA merencanakan peluncuran misi Crew-10 menggunakan roket Falcon 9 dan kapsul Crew Dragon dari SpaceX pada Februari 2025. Namun, jadwal ini ditunda untuk memberikan waktu tambahan kepada SpaceX untuk menyelesaikan pengembangan kapsul Crew Dragon baru yang akan digunakan dalam misi tersebut. Kapsul ini dirancang untuk membawa astronaut ke ISS dengan teknologi dan fitur keselamatan yang lebih mutakhir.

Astronot NASA Suni Williams meniru lengan seperti tentakel dari demonstrasi teknologi Astrobee-REACCH di Stasiun Luar Angkasa Internasional.

Dalam pengumuman terbarunya, NASA menyatakan bahwa peluncuran misi Crew-10 kini dijadwalkan ulang menjadi paling cepat akhir Maret 2025. Misi ini direncanakan membawa empat awak: astronaut NASA Anne McClain dan Nichole Ayers, astronaut Jepang Takuya Onishi, serta kosmonaut Rusia Kirill Peskov. Pengumuman ini dikutip dari laporan Space.

Penundaan seperti ini adalah hal yang tidak jarang dalam eksplorasi antariksa, terutama karena keselamatan dan keberhasilan misi selalu menjadi prioritas utama. Namun, bagi astronaut yang masih berada di ISS, seperti Wilmore dan Williams, ini berarti mereka harus menghadapi tantangan fisik dan psikologis tambahan akibat tinggal di luar angkasa untuk waktu yang lebih lama dari yang direncanakan. NASA dan SpaceX kini bekerja keras untuk memastikan misi ini berjalan lancar, sehingga para astronaut dapat kembali ke Bumi dengan selamat.

Baca Juga: Keberanian di Orbit: Astronaut China Memimpin Rekor Space Walk Dunia

Akibat penundaan peluncuran misi Crew-10, para astronaut yang tergabung dalam misi Crew-9 harus tinggal lebih lama di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS). Penundaan ini memperpanjang masa tinggal mereka di orbit setidaknya satu bulan tambahan. Meskipun kapsul Crew Dragon yang akan membawa mereka pulang sudah berada di ISS, mereka baru dapat meninggalkan laboratorium luar angkasa itu setelah kru misi Crew-10 tiba untuk menggantikan mereka.

Di antara para astronaut yang akan kembali ke Bumi bersama Crew-9 adalah Butch Wilmore dan Suni Williams. Kedua astronaut ini awalnya terbang ke ISS pada awal Juni 2024 menggunakan kapsul Boeing Starliner dalam misi uji coba singkat yang dirancang hanya berlangsung sekitar 10 hari. Namun, karena kapsul Starliner mengalami masalah teknis yang memaksanya kembali ke Bumi tanpa penumpang, Wilmore dan Williams dimasukkan ke dalam misi Crew-9 untuk melanjutkan tugas mereka di ISS.

Penundaan terbaru ini berarti durasi tinggal Wilmore dan Williams di ISS menjadi sekitar sembilan bulan—jauh lebih lama dari yang direncanakan. Tinggal di luar angkasa selama ini membawa tantangan fisik dan psikologis, seperti efek pada otot, tulang, dan kesehatan mental akibat lingkungan mikrogravitasi yang berkepanjangan. NASA, SpaceX, dan para astronaut di ISS terus bekerja sama untuk memastikan bahwa kebutuhan kesehatan dan keselamatan mereka terpenuhi hingga mereka dapat kembali ke Bumi dengan aman.

Perpanjangan durasi ini juga menyoroti kompleksitas operasional dalam program luar angkasa, di mana satu perubahan jadwal dapat berdampak besar pada berbagai misi yang saling terkait. NASA tetap berkomitmen untuk menyelesaikan tantangan ini sambil menjaga keselamatan astronaut sebagai prioritas utama.

Baca Juga: Bersiap Mendarat di Bulan, China Pamerkan Seragam Astronaut Berteknologi Tinggi

Astronaut biasanya menghabiskan sekitar enam bulan di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS), durasi standar yang dianggap optimal untuk menjalankan tugas ilmiah sekaligus meminimalkan efek samping tinggal di luar angkasa. Namun, dalam situasi tertentu, beberapa astronaut tinggal di orbit jauh lebih lama dari waktu yang direncanakan.

Sebagai contoh, astronaut NASA Scott Kelly pernah menghabiskan 340 hari di ISS pada tahun 2015-2016. Ia menjadi bagian dari penelitian yang dikenal sebagai “Twin Study,” di mana efek tinggal di luar angkasa dibandingkan dengan kondisi saudara kembarnya, Mark Kelly, yang tetap tinggal di Bumi. Studi ini membantu ilmuwan memahami bagaimana lingkungan mikrogravitasi yang berkepanjangan memengaruhi tubuh manusia, seperti pada tulang, otot, sistem kekebalan tubuh, dan bahkan ekspresi gen.

Lebih baru lagi, astronaut Frank Rubio mencetak rekor sebagai orang Amerika Serikat pertama yang menghabiskan lebih dari 365 hari berturut-turut di luar angkasa. Misi Rubio diperpanjang karena kapsul Soyuz yang seharusnya membawanya pulang mengalami kebocoran akibat tumbukan dengan mikrometeoroid. Keadaan darurat ini memaksa Rubio dan dua kosmonaut Rusia yang bersamanya untuk tetap tinggal di ISS lebih lama dari rencana awal. Mereka akhirnya menghabiskan lebih dari setahun di luar angkasa, mencatat sejarah dalam eksplorasi manusia di orbit.

Tinggal di luar angkasa untuk waktu yang lama seperti ini memberikan tantangan besar, baik secara fisik maupun psikologis. Tubuh manusia dirancang untuk hidup dalam gravitasi, sehingga lingkungan mikrogravitasi di ISS dapat menyebabkan hilangnya massa otot dan tulang, perubahan pada sistem kardiovaskular, serta dampak pada penglihatan dan keseimbangan cairan tubuh. Dari sisi mental, keterbatasan ruang, rutinitas yang monoton, dan keterpisahan dari keluarga dapat memengaruhi kesehatan psikologis.

Namun, misi panjang seperti ini juga memberikan peluang besar untuk mempelajari bagaimana manusia dapat hidup dan bekerja dalam jangka panjang di luar angkasa—sebuah pengetahuan yang sangat penting untuk misi masa depan, seperti perjalanan ke Mars. Penelitian dari pengalaman Kelly dan Rubio terus digunakan untuk meningkatkan teknologi dan strategi pendukung kehidupan bagi astronaut di masa mendatang.

Referensi:

Díaz, Alex García i. 2024. Study of commercial RLVs BM: Falcon 9 Heavy from SpaceX. Universitat Politècnica de Catalunya.

Mathewson, Samantha. 2024. NASA astronaut Suni Williams poses with adorable tentacle-armed Astrobee robot on ISS (photo). Space: https://www.space.com/space-exploration/tech/nasa-astronaut-suni-williams-poses-with-adorable-tentacle-armed-astrobee-robot-on-iss-photo diakses pada tanggal 23 Desember 2024.

Seedhouse, Erik. 2024. Orbital Operators. Commercial Astronauts: The Next Generation of Spacefarers, 57-81.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top