Tahukah kamu, seseorang terutama usia bayi dapat mengalami alergi akibat mengonsumsi susu sapi!. Alergi tersebut disebabkan oleh biomolekul protein kasein dan whey pada susu sapi. Alergi susu sapi merupakan kondisi di mana sistem kekebalan tubuh pada seseorang merespon protein dalam susu sapi sebagai zat yang berbahaya, sehingga menghasilkan respon alergi. Sedangkan Intoleransi laktosa bukanlah bentuk dari alergi susu sapi, melainkan karena sistem pencernaan tubuh tidak memiliki enzim untuk memecah biomolekul tersebut.
Kehidupan anak di masa emas merupakan masa penting dalam kehidupan manusia, dan membutuhkan perhatian yang lebih. Hal ini karena pada masa tersebut anak sedang mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi dengan pesat. Salah satu faktor utama yang mempengaruhinya adalah pemberian nutrisi dan gizi yang tepat. Susu merupakan cairan makanan yang diproduksi oleh kelenjar susu mamalia betina, terutama untuk memberi nutrisi bagi bayi mereka. Susu mengandung berbagai nutrisi penting yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan anak seperti; protein, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral dan air.
Kenapa seseorang bisa alergi susu sapi?
Air susu ibu (ASI) adalah makanan utama yang baik untuk bayi. Namun, pada kondisi tertentu, bayi tidak diperbolehkan untuk mengonsumsi ASI sehingga diperlukan susu formula. Susu formula yang direkomendasikan sebagian besar adalah susu sapi. Secara umum, susu sapi memiliki komposisi nutrisi yang mirip dengan kebutuhan nutrisi manusia. Namun, hal tersebut tidak menutup kemungkinan anak mengalami alergi akibat mengonsumsi susu sapi. Alergi susu sapi merupakan salah satu alergi makanan yang paling sering terjadi pada anak. Efek utama dari alergi susu sapi pada anak adalah kurangnya sumber nutrisi, sehingga perlu mendapat nutrisi dari sumber yang lain.
Alergi susu sapi pada anak merupakan reaksi yang tidak diinginkan terhadap makanan yang mekanismenya bergantung pada sistem kekebalan tubuh. Dikatakan bahwa protein susu sapi yang paling bersifat alergenik adalah dari golongan kasein dan whey yang dapat menyebabkan reaksi alergi. Sistem kekebalan tubuh mengira protein tersebut adalah suatu kandungan zat berbahaya, sehingga sel tubuh melepaskan histamin untuk perlindungan. Selain karena protein kasein, gejala yang mirip alergi susu sapi disebabkan oleh laktosa atau Intolerin laktosa. Intoleransi laktosa merupakan kondisi dimana tubuh tidak dapat mencerna laktosa, yaitu gula alami yang ada pada susu sapi. Hal ini dapat terjadi karena tubuh kekurangan enzim laktase. Laktosa yang tidak dicerna oleh tubuh akan mencapai usus besar tanpa dicerna sepenuhnya. Sehingga bakteri pada usus besar mencerna laktosa ini, akibatnya sistem percernaan menghasilkan gas, dan zat asam yang memicu gejala diare.
Ada beberapa alasan seorang anak dapat mengalami alergi susu sapi: 1) Faktor keturunan; 2) Ketidakmatangan sistem kekebalan tubuh, terutama pada bayi dan balita; 3) Penurunan sistem kekebalan tubuh dan pencernaan pada lansia; 4) Kurangnya beberapa enzim di sistem pencernaan; 5) Permeabilitas usus; dan 6) Lingkungan peternakan sapi juga mempengaruhi, dimana tingkat polusi yang meningkat juga menjadi faktor masuknya zat lain pada tubuh sapi sehingga ditakutkan menghasilkan protein alergen lainnya pada susu sapi.
Gejala alergi pada susu sapi pada bayi dapat menghilang ketika ia berusia 3 – 5 tahun. Hal ini karena tubuh sudah mulai resisten terhadap protein kasein dan peningkatan produksi enzim laktosa. Namun, bukan tidak mungkin di usia remaja dan dewasa mengalami alergi susu sapi kembali.
Baca juga: Alergi dengan Susu Sapi? Coba Ganti dengan Susu Kambing (warstek.com)
Biomolekul pada Susu Sapi
Susu sapi mengandung berbagai macam biomolekul yang penting untuk nutrisi manusia. Biomolekul merupakan senyawa organik yang ditemukan dan dibutuhkan tubuh makhluk hidup. Biomolekul sangat penting bagi kehidupan karena membantuk organisme untuk melakukan proses biologi dasar seperti; pertumbuhan, perkembangan dan reproduksi. Berikut ini beberapa biomolekul utama yang ditemukan dalam susu sapi;
- Protein Hewani, susu sapi mengandung dua jenis protein utama yaitu kasein dan whey. Selain itu juga mengandung berbagai asam amino dan peptida bioaktif.
- Lemak pada susu sapi dalam bentuk trigliseralida dan juga terdapat asam lemak jenuh dan tak jenuh.
- Karbohidrat hewani seperti laktosa. Laktosa merupakan karbohidrat disakarida yang terdiri dari glukosa dan galaktosa. Laktosa memberikan rasa manis pada susu dan berperan sebagai sumber energi.
- Susu sapi mengandung berbagai vitamin penting seperti vitamin A, vitamin D, riboflavin (vitamin B2), vitamin B12, dan niacin (vitamin B3).
- Mineral seperti; kalsium, fosfor, magnesium, kalium, natrium, seng, dan selenium
- Air
- Enzim, seperti laktose
Biomolekul Protein; Kasein pada Susu Sapi
Kasein merupakan salah satu jenis protein yang ditemukan dalam susu mamalia, terutama dalam susu sapi. Kasein dapat dikategorikan sebagai protein hewani. Kasein merupakan protein globular, yang berarti memiliki struktur yang terlipat dan kompak dalam bentuk bulat. Hal ini yang membuatnya sulit untuk dicerna oleh enzim dalam sistem pencernaan. Ketika mengonsumsi susu, kasein akan membentuk partikel-partikel padat yang disebut kasein misel. Partikel ini terdiri dari rantai panjang kasein yang tergabung dalam bentuk partikel kompleks yang stabil di dalam susu. Pemecahan struktur kasein dilakukan oleh lambung melalui cairan asamnya. Kemudian, enzim pepsin dalam usus halus akan memecah rantai kasein menjadi peptida-peptida kecil.
Hampir semua jenis susu mamalia mengandung kasein. Bahkan, susu kambing memiliki kadar kasein 82% dari total protein susu. Sedangkan, kasein susu sapi hanya 80% dari total protein susu. Perlu dicatat bahwa persentase kandungan kasein dapat bervariasi tergantung pada jenis ras hewan, makanan yang dikonsumsi, dan faktor-faktor lingkungan lainnya. Setiap jenis susu memiliki komposisi nutrisi yang unik dan memberikan manfaat yang berbeda bagi konsumennya.
Biomolekul Karbohidrat; Laktosa pada Susu Sapi
Laktosa adalah gula alami yang hanya ditemukan dalam susu mamalia seperti; air susu ibu (ASI), susu sapi dan susu kambing. Laktosa adalah karbohidrat disakarida yang terdiri dari galaktosa dan glukosa. Kandungan laktosa dalam susu hewani adalah 2 – 8% dari keseluruhan. Sedangkan pada susu nabati, tidak ditemukan laktosa melainkan gula sukrosa. Sukrosa merupakan karbohidrat disakarida yang terdiri dari fruktosa dan glukosa.
Laktosa memiliki peran penting dalam susu yaitu sebagai sumber energi. Laktosa dalam tubuh manusia, akan dipecah menjadi galaktosa dan glukosa dibantu oleh enzim laktase. Keduanya didalam tubuh mengalami metabolisme melalui respirasi sel sehingga dihasilkan energi dalam bentuk ATP atau adenosine trifosfat. Secara umum, ATP dapat dianggap sebagai “mata uang energi” dalam sel karena kemampuannya untuk menyediakan energi yang diperlukan untuk melakukan berbagai tugas biologis di dalam tubuh.
Selain pada susu sapi, kasein dan laktosa juga terdapat pada produk turunan susu (dairy product) seperti; keju, yogurt, krim, supplement protein, susu bubuk, kental manis, dan produk kue ataupun roti yang mengandung susu hewani.
Gejala Alergi Susu Sapi pada Anak
Tingkat keparahan reaksi alergi yang dialami anak terhadap susu sapi dapat bervariasi. Meskipun satu reaksi awal cenderung ringan, tetapi reaksi selanjutnya bisa jadi lebih parah dan bahkan mengancam jiwa. Jadi, hal yang penting untuk memeriksakan anak ke rumah sakit jika tanda-tanda alergi susu ia alami. Nah, ini beberapa tanda anak alami alergi susu sapi:
- Diare parah
- Napas menjadi berbunyi akibat penolakan kasein dalam tenggorokan
- Perut kembung
- Bintik merah di kulit, akibat rilisnya hormone histamine
- Bengkak pada wajah
- Mata memerah
- Muntah-muntah
Produk pengganti Susu Sapi
Beberapa solusi untuk mencegah anak keracunan akibat alergi susu sapi yaitu; 1) Menghindari pemberian susu sapi ataupun produk makanan berbasis susu sapi, 2) Mengganti susu sapi dengan susu kambing maupun onta, cara ini terkadang berlaku untuk beberapa anak lainnya, dan 2) Mengganti susu sapi dengan susu jenis nabati.
Susu nabati memiliki tampilan yang sama dengan susu hewani, dimana kandungan biomolekulnya juga hampir mirip. Perbedaanya adalah jenis protein dan lemak didalamnya. Protein pada susu hewani berbentuk kasein, jadi susu nabati tidak akan mengandung kasein. Selain itu susu nabati juga tidak mengandung laktosa. Rasa manis dari susu nabati berasal dari karbohidrat sukrosa. Beberapa produk susu nabati yang dapat digunakan untuk mengganti susu sapi yaitu; susu kedelai (soya milk), susu oat (oat milk), susu kenari (nut milk), susu kacang (soy milk), dan susu kelapa (coconut milk). Selain itu, susu nabati juga dapat digunakan untuk membuat yogurt, keju, roti, kue dan berbagai produk olahan lainnya menggantikan susu sapi.
Susu kedelai adalah minuman nabati yang diproduksi dari kacang kedelai yang dihaluskan dan dicampur dengan air. Susu kedelai merupakan alternatif bagi mereka yang tidak mengonsumsi produk susu hewani atau memiliki alergi terhadap susu sapi. Berikut adalah kandungan biomolekul utama dalam susu kedelai; protein nabati, kaya akan lemak tak jenuh, serat, karbohidrat fruktosa, isoflavon, mineral dan air. Namun, perlu diperhatikan bahwa susu kedelai tidak mengandung vitamin B12 alami, sehingga penting untuk memastikan asupan vitamin dan mineral lain yang cukup melalui makanan lain atau suplemen jika perlu.
Alergi susu sapi merupakan bentuk alergi makanan yang paling sering terjadi pada anak, akibat tubuh tidak mengenal protein kasein. Efek utamanya adalah anak memerlukan sumber nutrisi pengganti. Walaupun demikian, kasus ini tidak dapat dianggap sepele karena tiap tahun banyak anak mengalami alergi terhadap susu sapi dan produk turunannya. Hal ini diduga, akibat bentuk perubahan iklim yang menyebabkan lingkungan di peternakan sapi juga berubah. Diduga terdapat paparan pada makanan sapi.
Referensi
Halodoc.com., 2023, 9 Tanda Mengenali Alergi Susu pada Anak. Diakses pada [21/07/2023] melalui: https://www.halodoc.com/artikel/7-tanda-mengenali-alergi-susu-pada-anak
Purnamawati, I.A.P., dan Ary Wlartika, I.G.N.K., 2023, Alergi Susu Sapi, Ganesha Medicina Journal, 3(1): 29-40.
Rafiq, S., Huma, N., Pasha, I., Sameen, A., Mukhtar, O., and Issa Khan, M., 2016, Chemical Composition, Nitrogen Fractions and Amino Acids Profile of Milk from Different Animal Species, Asian Australas. J. Anim. Sci., 29(7): 1022-1028.
Alumni Magister Kimia Universitas Gadjah Mada. Saat ini memiliki project menulis artikel ilmiah populer dengan tema Sains Kimia di Sekitar.