Ampas Tebu (Baggase), Potensi dan Pemanfaatannya

Ampas tebu atau lazimnya disebut bagas, adalah hasil samping dari proses ekstraksi (pemerahan) cairan tebu.Kebutuhan energi di pabrik gula dapat dipenuhi oleh sebagian ampas dari gilingan akhir.

Tebu ialah suatu tanaman jenis rumput-rumputan, termasuk kelas Monocotyledonae, ordo Glumiflorae, keluarga Gramineae dengan nama ilmiah Saccharum officinarum L. Terdapat lima spesies tebu, yaitu Saccharum spontaneum (glagah), Saccharum sinensis (tebu Cina), Saccharumbarberry (tebu India), Saccharum robustum (tebu Irian) dan Saccharum officinarum (tebu kunyah) (Sastrowijoyo, 1998).

Tebu merupakan salah satu jenis tanaman yang hanya dapat ditanam di daerah yang memiliki iklim tropis. Sifat morfologi tebu diantaranya bentuk batang konis, susunan antar ruas berbuku, dengan penampang melintang agak pipih, warna batang hijau kekuningan, batang memiliki lapisan lilin tipis, bentuk buku ruas konis terbalik dengan 3-4 baris mata akar, warna daun hijau kekuningan, lebar daun 4-6 cm, daun melengkung kurang dari ½ panjang daun. Dalam pemanfaatan tebu, terdapat ampas tebu yang disebut dengan bagasse atau bagas.

Potensi

Luas areal tanaman tebu di Indonesia mencapai 375 ribu hektar pada tahun 2012 yang tersebar di Medan, Lampung, Solo, Tegal, dan Mojokerto. Pada tahun 2012 produksi tebu Indonesia mencapai dua juta ton (Li-An’Amie, 2014).

Sari tebu merupakan hasil utama dari tebu yang kemudian dijadikan bahan utama dalam pembuatan gula. Dalam skala besar, mayoritas penggunaan tebu adalah untuk pembuatan gula di pabrik pabrik gula putih namun tak jarang ditemukan dalam skala kecil tebu juga digunakan dalam pembuatan gula merah. Dalam proses produksinya, tebu menghasilkan 90% ampas tebu, 5% molase dan 5% air.

Limbah ampas tebu yang tidak dimanfaatkan biasanya ditumpuk di sekitaran penggilingan atau dalam skala pabrik, ampas tersebut disusun berupa blok blok kubus. Dengan prosentase jumlah ampas tebu yang mencapai 90% per batangnya, hal ini menjadi dampak negatif bagi produsen gula jika tidak mampu mengelola limbah yang dihasilkan, seperti penutupan pabrik karena permasalahan pengelolaan limbah.

Pengertian

Ampas Tebu (Baggase)

Ampas tebu atau lazimnya disebut bagas, adalah hasil samping dari proses ekstraksi (pemerahan) cairan tebu.Kebutuhan energi di pabrik gula dapat dipenuhi oleh sebagian ampas dari gilingan akhir. Sebagai bahan bakar ketel jumlah ampas dari stasiun gilingan adalah sekitar 30 % berat tebu dengan kadar air sekitar 50 %. Berdasarkan bahan kering, ampas tebu adalah terdiri dari unsur C (carbon) 47 %, H (Hydrogen) 6,5 %, O (Oxygen) 44 % dan abu (Ash)2,5 %. Menurut rumus Pritzelwitz (Hugot, 1986) tiap kilogram ampas dengan kandungan gula sekitar 2,5 % akan memiliki kalor sebesar 1825 kkal.

Selain itu, ampas tebu pada mengandung 48% serat. Ampas tebu merupakan salah satu sumber serat
alam terbanyak yang terdapat di Indonesia. Selain ketersediannya yang melimpah, ampas tebu berpotensi karena
memiliki sifat yang tahan kelembapan, tahan terhadap jamur, awet dan memiliki rasa manis. Dalam sebuah penelitian,
abu pembakaran ampas tebu terbukti dapat membantu memperlambat pembusukan buah dan menjaga suhu kelembapan
yang ideal.

Bahaya

Kelebihan ampas (bagasse) tebu dapat membawa masalah bagi pabrik gula, ampas bersifat bulky (meruah) sehingga untuk menyimpannya perlu area yang luas. Ampas mudah terbakar karena di dalamnya terkandung air, gula, serat dan mikroba, sehingga bila tertumpuk akan terfermentasi dan melepaskan panas. Terjadinya kasus kebakaran ampas di beberapa pabrik gula diduga akibat proses tersebut. Ampas tebu selain dijadikan sebagai bahan bakar ketel di beberapa pabrik gula mencoba mengatasi kelebihan ampas dengan membakarnya secara berlebihan (inefisien).

Pemanfaatan

Dari satu pabrik dihasilkan ampas tebu sekitar 35 – 40% dari berat tebu yang digiling (Penebar Swadaya,1992). Sedangkan Menurut Mui (1996) bagas tebu yang dihasilkan dari produksi gula jumlahnya 30% dari tebu yang diolah, dan menurut Gandana (1982), bagas tebu yang dihasilkan dari produksi gula jumlahnya 31,34% dari tebu yang digiling. Husin (2007) menambahkan, berdasarkan data dari Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI) ampas tebu yang dihasilkan sebanyak 32% dari berat tebu giling. Namun, sebanyak 60% dari ampas tebu tersebut dimanfaatkan oleh pabrik gula sebagai bahan bakar, bahan baku untuk kertas, bahan baku industri kampas rem, industri jamur, dan lain-lain. Oleh karena itu diperkirakan sebanyak 45% dari ampas tebu tersebut belum dimanfaatkan (Husin, 2007).

Baca juga: Bahan Bakar Bio-Limbah Batang Tebu: Alternatif Solusi Untuk Mengatasi Menipisnya Bahan Bakar Minyak – Warung Sains Teknologi (warstek.com)

Referensi

  • Aulia, Willy. 2010. “Pengaruh ukuran partikel ampas tebu sebagai baha penyerap asam lemak tak jenuh (asam oleat, asam linoleat, Asam lonolenat) dan minyak pelikan dalam minyak jelantah tahu. Other Thesis, Fakultas FMIPA., Universitas Andalas.
  • Darmawan S. 2006. Pembuatan Minyak Kemiri dan Pemurniannya dengan Arang Aktif dan Bentonit. Jurnal Penelitian Hasil Hutan24:413-423.
  • Djatmiko B, S Ketaren. 1985. Pemurnian Minyak. Bogor: Agroindustri Press.
  • Fessenden RJ., 1996. Organic Chemistry. 2nd Edition. Willard Grant Press/ PWS Publisher, Massachusetts, USA.
  • Freedman, B., Pryde, EH., Mounts, TL., 1984. Variable Affecting the Yields of Fatty Esters From Transesterification Vegetable Olis. J Am Oil Chem Soc 61:1638-1643.
  • Heyne, K., 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia. Terjemahan Badan Peneltian dan Pengembangan Kehutanan. Koperasi Karyawan Departemen Kehutanan. Vol 3. Jakarta.
  • Li-An’Amie, N. L., & Nugraha, A. (2014). Pemanfaatan Limbah Ampas Tebu Melalui Desain Produk Perlengkapan Rumah. Product Design3(1), 180028.
  • Ketaren, S., 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. UI pRess. Jakarta.
  • Kirk, RE dan Othmer, D.F., 1982. Encyclopedia of Chemical Technology, vol 8-9 third edition, John Wiley and Sons, New York.
  • Kusuma, I.G.B.W., 2003,” Pembuatan Biodiesel dari Minyak Jelantah dan Pengujian terhadap Prestasi Kerja Mesin Diesel”, Poros, volume 6 no 4 2003, hal 227-234
  • Ma, Fangrui dan Milford A. Hanna, (1999), “Biodiesel Production : A review”, ELSEVIER.
  • Ozgul S, Turkay S., 2002. Vegetables Affecting the Yields of Methyl ester Derived from in situ Esterification of Rice Bran oil. J Am Oil Chem. 79:611-614.
  • SNI.2006.SM 07 182-2006. Biodiesel. Badan Standardisasi Nasional
  • Sudradjat, R., Setiawan, D.,2004, Laporan hasil penelitian pembuatan biodisel dari tanaman jarak pagar (Lanjutan). Pusat Litbang Hasil Hutan. Bogor. Tidak diterbitkan.
  • Widiono, B., 1995, “ Alkoholisis Minyak Biji Jarak dalam reaktor Kolom Berpulsa secara Sinambung Ditinjau Dari Segi Kinetika”, Tesis diajukan kepada Fakultas Pasca Sarjana UGM, Yogyakarta.
  • Wijayanti, Ria 2009.”Arang Aktif dari Ampas Tebu sebagai Adsorben pada Pemurnia Minyak Goreng Bekas’. Departemen Kimia, FMIPA,, Institut Pertanian Bogor.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top