Pernahkah kalian minum jus jeruk? Atau limun? lemon? jeruk nipis? Bagaimana rasanya? Asam?
Jus jeruk, limun, lemon, atau jeruk nipis memiliki rasa yang asam karena alasan yang sama. Semuanya mengandung banyak asam.
Menurut teori asam-basa Bronsted-Lowry, asam merupakan spesi atau zat yang jika dilarutkan ke dalam air akan melepaskan proton (ion hidrogen), sedangkan basa merupakan spesi atau zat yang jika dilarutkan ke dalam air akan menangkap proton. Sebagai akibatnya, basa dapat menetralkan pengaruh asam. Iya kan? Nah, proses penetralan tersebut disebut netralisasi. Basa yang dapat larut dalam air disebut alkali.

Asam, basa, dan alkali terdapat di dalam makanan, lingkungan, dan di dalam tubuh kita sendiri. Contohnya? Di lambung kita. Di dalam lambung, terdapat cairan asam yang super kuat. Asam ini bahkan bisa membakar kulit manusia. Asam apakah itu? Jawabannya adalah asam klorida (HCl). Fungsi asam klorida di dalam lambung adalah untuk membantu menguraikan makanan. Jika asam klorida dapat membakar kulit manusia, kenapa kita tidak terbakar akibat dana asam klorida di dalam lambung? Hal ini terjadi karena lambung terlindungi dari asam klorida oleh selapis lendir. Lambung juga menghasilkan basa untuk mengendalikan asam. Jika demikian, bukankah lapisan lendir itu bisa saja habis karena terkikis oleh asam yang sangat kuat itu? Oh, tenang saja, sel-sel yang melapisi lambung diganti tiap tiga sampai lima hari sekali.
Kekuatan asam diukur menggunakan sebuah sistem angka yang disebut skala pH. Skala tersebut merupakan ukuran banyaknya proton dalam larutan air. Skala pH ini berkisar dari angka 0 sampai 14. Apabila diperoleh larutan dengan nilai pH antara 0 hingga 6, maka larutan tersebut bersifat asam. Jika diperoleh larutan dengan nilai pH sebesar 7, maka larutan bersifat netral, dan jika diperoleh larutan dengan pH 8 hingga 14, maka larutan bersifat basa.
Semakin kecil nilai pH, maka semakin besar sifat keasamannya, artinya, sifat asamnya semakin kuat. Misalnya asam sulfat dengan pH 2 memiliki sifat asam yang lebih kuat dibandingkan pH asam asetat dengan pH 6. Berbeda dengan asam, semakin besar nilai pH suatu basa, maka semakin kuat sifat basanya. Misalnya, larutan NH4OH dengan pH 8 memiliki sifat basa yang lebih lemah dibandingkan NaOH dengan pH 13.
Salah satu indikator yang umum digunakan untuk mengetahui sifat keasaman suatu larutan adalah kertas lakmus. Kertas lakmus diolah secara khusus dengan zat-zat yang dapat mendeteksi asam ataupun basa. Kertas lakmus ada dua jenis, yaitu kertas lakmus merah dan kertas lakmus biru. Jika kertas lakmus merah dicelupkan ke dalam larutan asam, maka tidak akan terjadi perubahan warna. Jika kertas lakmus merah dicelupkan ke dalam larutan alkali (basa yang larut dalam air), maka kertas lakmus akan berubah menjadi biru. Bagaimana dengan kertas lakmus biru? Jika dicelupkan ke dalam larutan asam, maka kertas lakmus biru akan berubah menjadi merah, sedangkan jika dicelupkan ke dalam larutan alkali, maka tidak akan terjadi perubahan warna.
Seperti yang dikatakan di awal tadi, jika asam dan basa terdapat di lingkungan kita. Misalnya metabolit sekunder tumbuhan yang digunakan sebagai pertahanan diri tumbuhan dari lingkungan yang kurang menguntungkan. Salah satu metabolit sekunder yang bersifat basa adalah alkaloid. Alkaloid sudah sejak dulu digunakan oleh manusia sebagai obat-obatan, seperti morfin dan kodein yang sangat mujarab sebagai pereda nyeri. Semut api menggunakan penyengat untuk menusukkan sejenis alkaloid kuat bernama solenopsin ke dalam tubuh korbannya. Sedangkan metabolit sekunder tanaman berupa asam adalah asam format yang digunakan oleh tumbuhan jelatang yang menyengat untuk melindungi dirinya dengan cara menyuntikkan asam format. Banyak semut menyemprotkan asam format dari bagian belakang tubuhnya ketika di serang.
Penerapan asam basa untuk kehidupan salah satunya adalah uji lahan untuk mengetahui tingkat keasaman lahan. Kenapa? Karena tumbuhan tertentu hanya hidup pada pH tertentu. Ada tumbuhan yang bisa hidup di lingkungan asam, basa atau netral. Tanah yang terlalu asam atau terlalu basa mungkin bisa mencegah tumbuhan menyerap nutrien-nutrien yang dibutuhkan oleh tanaman untuk bisa bertahan hidup. Zat-zat juga dapat ditambahkan ke tanah agar lebih cocok untuk tumbuhan. Misalnya, untuk tanah yang asam bisa dibuat lebih basa dengan menambahkan basa, seperti kapur.
Penerapan netralisasi asam dan basa dalam kehidupan sehari-hari mungkin sudah dilakukan bahkan sebelum istilah asam dan basa diperkenalkan. Misalnya pada kegiatan mencuci rambut yang dilakukan oleh orang-orang zaman dahulu menggunakan air abu dan juga jeruk nipis. Air abu yang bersifat basa lemah dinetralkan oleh air jeruk nipis yang bersifat asam lemah.
Sumber :
[1] Achmad, Hiskia. 2016. Ilmuwan Harus Jujur. Bandung : Penerbit Nusa Cendekia.
[2] Daniels, Patricia, Tom Jackson, Christina Wilsdon. 2016. Sainspedia. Jakarta : Kepustakaan Populer Gramedia.
[3] https://www.sciencenewsforstudents.org. Diakses pada 24 Mei 2021, pukul 13.45.