Cacing Pita pada Salmon: Risiko dan Fakta di Baliknya

Cacing pita atau Diphyllobothrium nihonkaiense, sering ditemukan pada salmon liar di kawasan Pasifik Utara, khususnya salmon dari Amerika Utara dan Asia. Parasit yang dikenal sebagai Japanese broad tapeworm, menjadi perhatian dalam dunia kesehatan karena kemampuannya menginfeksi manusia melalui konsumsi ikan mentah.

cacing pita pada salmon

Cacing pita atau Diphyllobothrium nihonkaiense, sering ditemukan pada salmon liar di kawasan Pasifik Utara, khususnya salmon dari Amerika Utara dan Asia. Parasit yang dikenal sebagai Japanese broad tapeworm, menjadi perhatian dalam dunia kesehatan karena kemampuannya menginfeksi manusia melalui konsumsi ikan mentah.

Sumber: id.pinterest.com

Apa Itu Diphyllobothrium nihonkaiense?

Diphyllobothrium nihonkaiense adalah jenis cacing pita yang menjadi salah satu penyebab utama infeksi diphyllobothriosis pada manusia. Infeksi ini terjadi ketika manusia mengonsumsi ikan mentah atau setengah matang yang mengandung larva cacing pita (plerocercoid). Parasit ini pertama kali diidentifikasi di Jepang dan kemudian penemuannya terjadi di wilayah lain akibat meningkatnya perdagangan ikan dan popularitas makanan berbasis ikan mentah, seperti sushi dan sashimi.

Salmon sebagai Vektor Parasit

Penelitian menunjukkan bahwa beberapa jenis salmon seperti chum salmon (Oncorhynchus keta), pink salmon (O. gorbuscha), dan sockeye salmon (O. nerka) merupakan inang utama dari larva cacing pita ini. Larvanya sering ditemukan dalam otot ikan atau dekat dengan tulang belakang, dan larva tersebut dapat bertahan hidup meski ikan telah melalui proses pembekuan pada suhu tertentu.

Bagaimana Cacing Pita Menginfeksi Manusia?

Cacing pita ini menginfeksi manusia melalui larva aktif yang tidak dimatikan selama proses pengolahan makanan. Jika larva ini masuk ke tubuh manusia, mereka dapat berkembang menjadi cacing dewasa di usus dan menyebabkan gejala seperti:

  • Gangguan pencernaan (mual, muntah, diare).
  • Kekurangan vitamin B12, yang dapat menyebabkan anemia.
  • Rasa tidak nyaman di perut.

Temuan Ilmiah Utama

Penelitian pada salmon liar di Alaska menunjukkan adanya larva D. nihonkaiense dalam daging ikan. Larva ini berada di jaringan otot ikan dan memiliki kemampuan motilitas yang tinggi, membuatnya sulit terdeteksi secara kasat mata. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa salmon liar dari wilayah Pasifik sering menjadi bahan ekspor dalam kondisi dingin tetapi tidak beku, sehingga larva cacing pita dapat bertahan hidup selama transportasi.

Salmon liar, terutama yang berasal dari Pasifik Utara, dapat menjadi inang bagi cacing pita D. nihonkaiense. Risiko infeksi dapat diminimalkan melalui pengolahan makanan yang tepat, seperti memasak ikan hingga matang sempurna atau pembekuan yang sesuai. Sebagai konsumen, penting untuk memahami risiko dan memastikan ikan yang dikonsumsi telah melalui prosedur keamanan pangan yang ketat. Cacing pita pada salmon bukanlah alasan untuk menghindari konsumsi ikan sepenuhnya, melainkan dorongan untuk lebih berhati-hati dalam memilih dan mengolah makanan laut agar tetap aman dan sehat.

Epidemiologi Cacing Pita Diphyllobothrium nihonkaiense

Cacing pita Diphyllobothrium nihonkaiense merupakan penyebab utama infeksi diphyllobothriasis di Jepang. Penelitian yang berlangsung dari tahun 2001 hingga 2016 mencatat 825 kasus dari total 958 kasus cestodiasis, dengan proporsi 86,1%. Penyebaran infeksi ini terkait erat dengan kebiasaan mengonsumsi salmon mentah, seperti dalam sajian sushi dan sashimi.

Pola Kejadian

Infeksi D. nihonkaiense terjadi sepanjang tahun dalam durasi 2001- 2006 dengan puncak kasus pada Maret hingga Juli. Musim ini bertepatan dengan masa penangkapan salmon ceri (Oncorhynchus masou) dan salmon chum muda (O. keta), yang merupakan inang perantara kedua parasit ini. Meskipun demikian, kasus infeksi juga terjadi di luar musim tersebut, mengindikasikan keterlibatan ikan lain sebagai sumber infeksi.

Distribusi Geografis

Infeksi ini dilaporkan di 40 dari 47 prefektur di Jepang. Wilayah dengan kasus tertinggi meliputi Tokyo, Saitama, dan Hokkaido, seiring dengan tingginya konsumsi salmon mentah di daerah ini. Sistem transportasi makanan yang canggih telah memungkinkan terjadinya penyebaran infeksi dari wilayah utara Jepang ke kota besar seperti Osaka dan Tokyo.

Karakteristik Pasien yang Terinfeksi Cacing Pita

Studi demografis menunjukkan sebagian besar pasien berusia 20–60 tahun dengan proporsi pria lebih banyak daripada wanita (61%). Sebagian besar pasien menyadari keberadaan cacing melalui ekskresi segmen tubuh cacing (strobila). Gejala yang muncul umumnya ringan, seperti diare dan nyeri perut, meskipun sebagian pasien lainnya tidak menunjukkan gejala.

Siklus Hidup dan Sumber Infeksi

Cacing pita D. nihonkaiense memerlukan dua inang perantara untuk melengkapi siklus hidupnya. Procercoid berkembang di copepod, yang kemudian dimakan oleh ikan salmon. Larva berkembang menjadi plerocercoid dalam tubuh salmon sebelum menginfeksi inang definitif, termasuk manusia.

Tindakan Pencegahan untuk Konsumen

Berikut adalah bentuk tindakan yang memungkinkan kita untuk mencegah infeksi cacing pita, meliputi:

  • Hindari Konsumsi Ikan Mentah Tanpa Sertifikasi: Jika ingin mengonsumsi sushi atau sashimi, pastikan ikan berasal dari pemasok terpercaya yang mematuhi standar keamanan pangan.
  • Masak Ikan dengan Suhu Tinggi: Memasak ikan hingga suhu internal 63°C dapat membunuh larva parasit.
  • Pembekuan dengan Suhu Ekstrem: Membekukan ikan pada suhu -20°C selama tujuh hari atau -35°C selama 15 jam efektif untuk membunuh larva.

Perspektif Global

Globalisasi perdagangan ikan, khususnya salmon, berkontribusi pada penyebaran D. nihonkaiense ke wilayah lain di luar Asia Timur dan Amerika Utara, termasuk Eropa dan Selandia Baru. Peningkatan wisatawan ke Jepang juga meningkatkan risiko penyebaran infeksi ini. Oleh karena itu, perlu peningkatan edukasi mengenai risiko parasit ini, terutama kepada konsumen, produsen makanan, dan pelaku industri kuliner. Infeksi cacing pita D. nihonkaiense tidak hanya menjadi isu kesehatan di Jepang, tetapi juga ancaman global yang perlu progra antisipasinya melalui strategi pencegahan yang komprehensif.

Referensi

Kuchta, et al. 2017. Diphyllobothrium nihonkaiense Tapeworm Larvae in Salmon from North America. Diakses pada 20 November 2024 dari https://wwwnc.cdc.gov/eid/article/23/2/16-1026_article

Ikuno, et al. 2018. Epidemiology of Diphyllobothrium nihonkaiense Diphyllobothriasis, Japan, 2001–2016. Diakses pada 20 November 2024 dari https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC6056094/pdf/17-1454.pdf

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top