Danau bukan hanya sekadar bentangan air yang indah untuk dinikmati, melainkan juga cermin dari perubahan besar di bumi. Ketika sebuah danau menyusut, meluas, atau bahkan menghilang, itu sering kali menjadi tanda bahwa sesuatu sedang berubah — baik di alam maupun akibat ulah manusia. Penelitian terbaru oleh Haowei Xu dan rekan-rekannya (2025) dari jurnal Ecological Indicators menunjukkan bagaimana danau-danau di Tiongkok telah mengalami perubahan signifikan selama lebih dari tiga dekade terakhir.
Perubahan itu tidak seragam. Beberapa danau terus mengecil, sebagian lainnya meluas, dan beberapa tetap stabil. Namun di balik angka-angka itu, para peneliti menemukan kisah kompleks tentang bagaimana iklim, topografi, dan aktivitas manusia saling memengaruhi keseimbangan air di seluruh negeri.
Baca juga artikel tentang: Danau Natron: Laboratorium Alam Ekstrem yang Membatu dan Menghidupi
Danau sebagai Cermin Lingkungan
Danau memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan iklim dan ekosistem. Mereka menyimpan air tawar, mengatur suhu lokal, menjadi tempat hidup ribuan spesies, serta membantu mengatur siklus karbon dan air. Karena itu, perubahan luas danau adalah indikator penting bagi perubahan lingkungan global.
Sejak tahun 1990, Tiongkok mengalami perubahan besar dalam tata guna lahan dan iklim. Pertumbuhan kota, pertanian intensif, pembangunan bendungan, dan perubahan curah hujan membuat sistem danau menjadi sangat dinamis. Xu dan timnya berusaha menjawab pertanyaan mendasar: apakah penyebab utama perubahan luas danau di Tiongkok lebih banyak berasal dari alam, atau dari manusia?
Mengamati dari Langit
Untuk menjawabnya, para peneliti menggunakan kombinasi citra satelit Landsat dan Google Earth Engine (GEE) sebuah platform komputasi awan yang memungkinkan analisis spasial skala besar. Mereka memetakan lebih dari lima wilayah danau utama di Tiongkok, masing-masing memiliki karakteristik geografi dan iklim yang berbeda:
- Eastern Plain Lake Region (EP_LR) – dataran rendah yang padat penduduk.
- Northeast Plain and Mountain Lake Region (NPM_LR) – wilayah pegunungan dengan musim dingin ekstrem.
- Inner Mongolia-Xinjiang Plateau Lake Region (MXP_LR) – daerah kering dengan banyak danau garam.
- Qinghai-Tibet Plateau Lake Region (QTP_LR) – wilayah tertinggi di dunia dengan danau glasial.
- Yunnan-Guizhou Plateau Lake Region (YGP_LR) – kawasan subtropis dengan curah hujan tinggi.
Dengan menganalisis data antara tahun 1990 hingga 2023, tim ini dapat melacak perubahan luas permukaan danau yang lebih besar dari 50 km², serta mengaitkannya dengan berbagai faktor: suhu, curah hujan, kelembapan tanah, tutupan vegetasi, pertumbuhan penduduk, dan aktivitas ekonomi.
Danau yang Menyusut dan Meluas
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tren perubahan danau di Tiongkok sangat beragam.
- Di wilayah timur (EP_LR), danau cenderung menyusut terus-menerus sejak 1990. Ini disebabkan oleh peningkatan pembangunan perkotaan, ekspansi pertanian, dan eksploitasi air tanah yang berlebihan. Banyak danau di wilayah ini menyusut drastis karena digunakan untuk irigasi dan kebutuhan industri.
- Wilayah Mongolia Dalam dan Xinjiang (MXP_LR) justru mengalami ekspansi signifikan. Curah hujan yang meningkat dan berkurangnya penguapan akibat suhu yang lebih rendah berperan besar di sini.
- Dataran tinggi Qinghai-Tibet (QTP_LR) juga menunjukkan peningkatan luas danau, sebagian karena mencairnya gletser dan lapisan es akibat pemanasan global.
- Di wilayah NPM_LR, danau awalnya menyusut, tetapi kemudian kembali meluas setelah adanya kebijakan konservasi air dan penghijauan.
- Sementara YGP_LR, yang terletak di daerah tropis, relatif stabil tanpa perubahan ekstrem.
Alam dan Manusia: Dua Sisi Penyebab
Xu dan rekan-rekannya menggunakan pendekatan statistik canggih bernama Partial Least Squares Structural Equation Modeling (PLS-SEM) untuk menilai seberapa besar pengaruh faktor alam dan manusia.
Mereka menemukan bahwa pengaruh perubahan iklim paling dominan di wilayah dataran tinggi seperti Qinghai-Tibet. Di sana, mencairnya salju dan gletser menyebabkan air danau meningkat drastis. Sebaliknya, di daerah dataran rendah yang padat penduduk seperti wilayah timur, aktivitas manusia menjadi penyebab utama penyusutan danau.
Misalnya, perluasan lahan pertanian meningkatkan kebutuhan air untuk irigasi, sementara pembangunan kawasan industri mempercepat konversi lahan basah menjadi area ekonomi. Urbanisasi juga memperparah masalah karena permukaan tanah tertutup beton tidak lagi mampu menyerap air hujan, mengubah keseimbangan alami air tanah.

Dampak terhadap Ekosistem dan Masyarakat
Perubahan luas danau tidak hanya soal peta dan angka, tetapi juga berdampak langsung terhadap manusia dan ekosistem. Di wilayah timur, penyusutan danau menyebabkan penurunan keanekaragaman hayati dan meningkatnya risiko kekeringan. Spesies ikan lokal menurun, dan petani menghadapi kesulitan irigasi.
Sebaliknya, di wilayah dataran tinggi seperti Tibet, meluasnya danau juga membawa risiko baru. Air dari gletser yang mencair dapat menyebabkan banjir besar dan mengancam infrastruktur sekitar.
Dengan kata lain, baik penyusutan maupun perluasan danau sama-sama menjadi tanda bahwa sistem hidrologi sedang kehilangan keseimbangannya.
Teknologi dan Kebijakan untuk Masa Depan
Salah satu kontribusi penting dari penelitian ini adalah memberikan dasar ilmiah bagi perumusan kebijakan pengelolaan air dan konservasi danau. Data dari citra satelit memungkinkan pemerintah daerah memantau perubahan air secara real-time dan menyesuaikan kebijakan sesuai kondisi masing-masing wilayah.
Para peneliti juga menekankan pentingnya kebijakan adaptif berbasis wilayah. Tidak semua daerah bisa diperlakukan sama. Misalnya, strategi konservasi di Tibet harus berfokus pada pengendalian dampak pencairan es, sedangkan di dataran rendah harus difokuskan pada penghematan air dan perlindungan lahan basah dari pembangunan berlebihan.
Selain itu, riset ini menunjukkan pentingnya kolaborasi antara ilmuwan, pembuat kebijakan, dan masyarakat lokal. Mengembalikan keseimbangan danau tidak cukup hanya dengan teknologi; dibutuhkan kesadaran kolektif tentang nilai air sebagai sumber kehidupan.
Air sebagai Cermin Peradaban
Penelitian Xu dan koleganya memberi pesan kuat: perubahan danau adalah refleksi dari bagaimana manusia memperlakukan alamnya. Ketika kita mengeringkan rawa untuk membangun kota, atau mengubah aliran sungai untuk industri, kita tidak hanya mengubah lanskap, tetapi juga mengubah sistem ekologi yang menopang kehidupan.
Selama lebih dari tiga dekade, danau-danau di Tiongkok telah menjadi saksi perubahan iklim, pertumbuhan ekonomi, dan kebijakan lingkungan. Sebagian berkurang, sebagian bertahan, sebagian lainnya meluas. Namun semuanya berbicara tentang hubungan rumit antara manusia dan alam.
Kini, dengan bantuan teknologi satelit dan analisis data modern, kita tidak lagi buta terhadap perubahan ini. Tantangannya adalah bagaimana menggunakan pengetahuan tersebut untuk menjaga keseimbangan, agar air tetap mengalir, danau tetap hidup, dan bumi tetap bernafas.
Baca juga artikel tentang: Depresi Danakil, Neraka di Bumi? Danau Beracun yang Bisa Membunuh Seketika
REFERENSI:
Xu, Haowei dkk. 2025. Regional variations in lake areas in China due to human and natural environmental factors since 1990. Ecological Indicators 172, 113307.

