Palung Laut Terdalam Dunia: Kamera Ilmuwan Ungkap Kehidupan Makhluk Misterius yang Menyeramkan

Sebagian besar kedalaman laut tidak bisa dijelajahi oleh manusia tanpa bantuan teknologi khusus karena keterbatasan kemampuan tubuh kita. Secara umum, […]

Sebagian besar kedalaman laut tidak bisa dijelajahi oleh manusia tanpa bantuan teknologi khusus karena keterbatasan kemampuan tubuh kita. Secara umum, manusia hanya dapat menyelam hingga sekitar 300 meter di bawah permukaan laut. Untuk menjelajah kedalaman lebih ekstrem, seperti ribuan meter di bawah laut, dibutuhkan peralatan canggih seperti kapal selam atau perangkat robotik yang dirancang khusus untuk menahan tekanan air yang sangat besar.

Beruntung, kemajuan teknologi memungkinkan para ilmuwan untuk menggunakan kamera bawah laut yang tangguh dan dapat menjangkau kedalaman tersebut. Kamera ini dapat dijatuhkan ke dasar laut untuk menangkap gambar dan video dari lingkungan yang sebelumnya tidak terjangkau oleh manusia.

Salah satu contohnya adalah ekspedisi ilmuwan ke Palung Tonga di Samudra Pasifik, salah satu palung laut terdalam di dunia. Dengan menjatuhkan kamera ke dalam palung ini, para peneliti dapat menyaksikan dengan jelas kondisi serta kehidupan misterius yang tersembunyi di dasar laut yang gelap dan bertekanan tinggi, sesuatu yang mustahil dilakukan manusia secara langsung. Teknologi ini membuka wawasan baru tentang ekosistem laut dalam yang selama ini belum banyak diketahui.

Di kedalaman laut yang ekstrem, terdapat ekosistem yang hampir tidak tersentuh oleh aktivitas di permukaan. Segala sesuatu yang jatuh ke dasar laut kerap menarik perhatian makhluk penghuni laut dalam, yang penasaran dan berusaha menyelidikinya.

Baru-baru ini, para ilmuwan berhasil merekam rekaman luar biasa dari seekor Pacific Sleeper Shark (Hiu Tidur Pasifik) yang besar. Hiu tersebut mendekati kamera bawah laut yang dijatuhkan ke kedalaman sekitar 1.400 meter di barat Palung Tonga, bahkan sempat menggigit kamera untuk menyelidikinya. Menurut peneliti Dr. Jessica Kolbusz, ini adalah perilaku normal bagi hiu, karena mereka tidak memiliki tangan untuk meraba sesuatu, sehingga mulut menjadi alat utama untuk menyelidiki benda asing di lingkungannya.

Hiu ini, dengan nama ilmiah Somniosus pacificus, dapat tumbuh hingga 4,4 meter, tetapi beberapa individu terbesar bisa mencapai lebih dari 7 meter. Dr. Kolbusz menjelaskan bahwa hiu yang terekam tersebut diperkirakan memiliki panjang sekitar 3,5 meter dan diidentifikasi sebagai hiu betina karena tidak adanya penjepit (clasper) pada sirip perutnya – ciri khas hiu jantan.

Dalam rekaman, hiu tersebut berenang langsung ke arah kamera, memperlihatkan seluruh isi mulutnya. Setelah itu, hiu menyadari kamera bukan sesuatu yang bisa dimakan dan segera beralih ke ikan yang sengaja ditempatkan sebagai umpan di dekat kamera. Pada kedalaman tersebut, suhu air tercatat sekitar 2,5 derajat Celsius, yang sesuai dengan preferensi hiu ini terhadap lingkungan air yang dingin.

Beruntungnya, hiu tersebut tidak merusak peralatan canggih milik para peneliti. Rekaman ini tidak hanya memberikan gambaran lebih dekat tentang perilaku predator laut dalam ini, tetapi juga membantu memperluas pemahaman kita tentang kehidupan misterius di kedalaman laut yang sulit dijangkau manusia.

Setelah menggigit umpan yang terpasang pada kamera, hiu raksasa tersebut perlahan berenang menjauh, memberikan pandangan yang jelas tentang ukuran besar tubuhnya. Rekaman ini menjadi bukti betapa mengesankannya Hiu Tidur Pasifik sebagai predator di lautan dalam.

Hiu ini memiliki kemampuan unik untuk bergerak dengan sangat tenang di dalam air, nyaris tanpa menimbulkan suara. Kemampuan tersebut memungkinkan mereka berburu mangsa secara efektif tanpa menarik perhatian. Biasanya, makanan utama Hiu Tidur Pasifik adalah ikan-ikan yang hidup di dasar laut, yang lebih mudah dijangkau di habitat mereka yang gelap dan dingin.

Namun, penelitian lain yang menganalisis isi perut Hiu Tidur Pasifik menunjukkan bahwa mereka memiliki selera yang beragam. Salah satu mangsa favoritnya ternyata adalah Gurita Pasifik Raksasa (Enteroctopus dofleini), spesies gurita terbesar di dunia. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun bergerak lambat, hiu ini memiliki kemampuan berburu yang luar biasa untuk menangkap hewan sebesar dan sekuat gurita.

Penemuan ini membantu ilmuwan memahami lebih dalam rantai makanan di ekosistem laut dalam serta peran Hiu Tidur Pasifik sebagai predator puncak di lingkungan yang penuh misteri tersebut.

REFERENSI:

Matta, Mary Elizabeth dkk. 2024. A review of the Pacific sleeper shark Somniosus pacificus: biology and fishery interactions. Springer: Polar Biology, 1-26.

Tian, Han dkk. 2024. Southwestward Expansion of the Pacific Sleeper Shark’s (Somniosus pacificus) Known Distribution into the South China Sea. Academic Open Access Publushing: Animals 14 (15), 2162

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top