Mungkinkah Daun Kelor Menjadi Pengganti Susu dalam Program Makan Bergizi Gratis?

Ketika berbicara tentang makanan bergizi, susu hampir selalu menjadi salah satu komponen utama yang muncul dalam pikiran. Dengan kandungan kalsium, […]

Daun kelor (Moringa oleifera)

Ketika berbicara tentang makanan bergizi, susu hampir selalu menjadi salah satu komponen utama yang muncul dalam pikiran. Dengan kandungan kalsium, protein, dan vitamin D, susu dianggap penting, terutama untuk anak-anak yang sedang tumbuh. Namun, realitanya tidak sesederhana itu. Harga susu yang terus meningkat, sulitnya distribusi ke daerah terpencil, dan masalah intoleransi laktosa pada sebagian anak menjadi tantangan besar dalam program makan bergizi gratis.

Di tengah tantangan ini, sebuah alternatif menarik muncul: daun kelor (Moringa oleifera). Tumbuhan yang sering disebut “pohon ajaib” ini tumbuh subur di Indonesia dan dikenal kaya akan nutrisi. Tapi, benarkah daun kelor dapat menggantikan susu sebagai sumber nutrisi utama? Untuk menjawabnya, mari kita eksplorasi lebih dalam.

Nutrisi: Daun Kelor vs Susu

Secara nutrisi, daun kelor memiliki segudang keunggulan. Daun kelor kaya akan mineral seperti kalsium, kalium, seng, magnesium, zat besi, dan tembaga. Vitamin seperti beta-karoten dari vitamin A, Vitamin B seperti asam folat, piridoksin, dan asam nikotinat, Vitamin C, D, dan E juga hadir dalam daun kelor. 

Menurut data yang tersedia, 100 gram daun kelor segar mengandung sekitar 185 mg kalsium—lebih tinggi dibandingkan susu sapi yang hanya memiliki 120 mg per 100 mL. Dalam bentuk kering, kandungan kalsium daun kelor bahkan melonjak hingga 2000 mg. Namun, perlu diketahui bahwa zat besi dalam daun kelor bersifat non-heme, yang membuat penyerapan tubuh terhadapnya kurang optimal. Selain itu, protein dalam daun kelor tidak selengkap susu yang mengandung semua asam amino esensial yang dibutuhkan oleh tubuh.

Ada satu hal lagi yang perlu dicatat, yakni daun kelor tidak mengandung vitamin D. Ini menjadi kelemahan utama, karena vitamin D diperlukan tubuh untuk membantu penyerapan kalsium secara optimal. Sementara susu sering diperkaya dengan vitamin D, daun kelor membutuhkan kombinasi dengan sumber lain, seperti paparan sinar matahari atau suplemen. 

Baca juga artikel mengenai manfaat daun kelor melalui : Kelor (Moringa oleifera): Si Tanaman Ajaib dengan Segudang Manfaat

Mengapa Daun Kelor Layak Dipertimbangkan?

Ada banyak alasan mengapa daun kelor layak dipertimbangkan sebagai alternatif pengganti susu dalam program makan bergizi gratis. Beberapa alasannya antara lain :

1. Ketersediaan dan Keterjangkauan

Daun kelor tumbuh dengan mudah di berbagai kondisi lingkungan di Indonesia. Tumbuhan ini tidak membutuhkan lahan luas, perawatan intensif, atau modal besar untuk dibudidayakan.

2. Kaya Nutrisi

Selain kalsium dan protein, daun kelor mengandung zat besi dan vitamin C dalam jumlah tinggi, yang bermanfaat untuk mencegah anemia dan meningkatkan imunitas.

3. Ramah Lingkungan

Produksi daun kelor lebih berkelanjutan dibandingkan produksi susu, yang membutuhkan energi, air, dan sumber daya lainnya dalam jumlah besar.

4. Bebas Laktosa

Bagi anak-anak yang tidak dapat mengonsumsi susu karena intoleransi laktosa, daun kelor adalah pilihan aman.

Tantangan: Rasa dan Kandungan Oksalat

Daun kelor hadir sebagai alternatif yang tentu bukan tanpa tantangan. Rasa pahit alami daun kelor bisa menjadi hambatan, terutama bagi anak-anak yang lebih suka makanan dan minuman dengan rasa manis. Selain itu, daun kelor yang kaya kandungan nutrisi ternyata juga mengandung antinutrisi. Kehadiran oksalat dan antinutrisi lainnya dapat mengurangi bioavailabilitas nutrisi tertentu dan karenanya pengolahan perlu dilakukan dengan tepat untuk memperoleh nutrisi yang optimal sesuai kebutuhan.

Sebagai contoh, senyawa oksalat yang terkandung dalam daun kelor merupakan senyawa yang dapat mengganggu penyerapan kalsium jika dikonsumsi dalam jumlah besar. Apabila konsumsi makanan yang tinggi oksalat dilakukan secara berlebihan, terutama pada orang dengan kecenderungan genetik atau masalah ginjal tertentu, maka oksalat dapat berikatan dengan kalsium membentuk kalsium oksalat, yang merupakan jenis utama dari batu ginjal. Untungnya, pengolahan yang tepat dapat mengurangi rasa pahit dan kandungan oksalat. Misalnya, daun kelor dapat direbus untuk menghilangkan senyawa oksalat, sianida, dan fitat atau dapat juga dijadikan bubuk yang mudah dicampur dalam makanan dan minuman.

Bagaimana Mengolah Daun Kelor agar Menarik untuk Anak-Anak?

Inovasi dalam pengolahan menjadi kunci untuk menjadikan daun kelor ramah bagi anak-anak. Berikut beberapa cara yang bisa dicoba:

1. Minuman Berbasis Kelor

Bubuk daun kelor dapat dicampur dengan susu nabati, madu, atau jus buah untuk menciptakan minuman yang lezat dan penuh nutrisi.

2. Fortifikasi Makanan

Daun kelor dapat ditambahkan ke dalam makanan seperti roti, biskuit, atau kue, sehingga lebih mudah diterima anak-anak.

3. Puding dan Smoothie

Daun kelor bisa menjadi bahan utama dalam puding atau smoothie, dengan tambahan buah-buahan segar untuk menyamarkan rasa pahitnya.

4. Es krim dan biskuit daun kelor

Sebagai bentuk variasi olahan, daun kelor bisa digunakan sebagai bahan untuk membuat biskuit dan es krim. Dengan warna hijaunya yang menarik dan tentu dengan rasa yang lebih pas di lidah anak-anak, harapannya olahan ini akan lebih disukai anak-anak meskipun perlu ditimbangkan juga nutrisinya apakah masih tetap sama ketika diolah menjadi biskuit maupun es krim.

Contoh variasi olahan daun kelor

Daun Kelor sebagai Pengganti atau Pelengkap Susu?

Jadi, apakah daun kelor lebih cocok menjadi pengganti susu (substituen) atau pelengkapnya (komplemen)? Melihat ulasan di atas, jawabannya tergantung pada konteks. Dalam situasi darurat atau keterbatasan sumber daya, daun kelor dapat menjadi substituen sementara. Namun, dalam jangka panjang, menggabungkan daun kelor dan susu menjadi langkah yang lebih strategis karena seperti yang kita tahu bahwa daun kelor tidak dapat sepenuhnya menggantikan susu. 

Dengan inovasi pengolahan dan pengembangan produk, daun kelor dapat diolah menjadi pelengkap susu yang lezat dan bergizi. Tantangan rasa pahit dapat diatasi dengan teknologi pangan, sementara kekurangan vitamin D bisa diimbangi melalui fortifikasi. Melihat potensi ini, daun kelor bukan hanya sekadar alternatif, tetapi juga aset yang dapat mendukung ketahanan pangan dan gizi masyarakat. Masa depan gizi yang berkelanjutan mungkin saja terletak pada kombinasi harmonis antara susu dan daun kelor, membawa harapan baru bagi generasi yang lebih sehat.

Referensi :

[1] Gopalakrishnan, L., Doriya, K., & Kumar, D. S. (2016). Moringa oleifera: A review on nutritive importance and its medicinal application. Food Science and Human Wellness, 5(2), 49–56. https://doi.org/10.1016/j.fshw.2016.04.001

[2] Astuti, Indriyani. Manfaat Daun kelor, Apakah Gizinya Setara Pengganti Susu? Perbandingan Kandungan Gizi 100 Gram Daun Kelor dan Susu Sapi. https://mediaindonesia.com/humaniora/729589/manfaat-daun-kelor-apakah-gizinya-setara-pengganti-susu-perbandingan-kandungan-gizi-100-gram-daun-kelor-dan-susu-sapi diakses pada 2 Januari 2025.

[3] Daun kelor dan telur disebut dapat gantikan susu, apakah gizinya sama? https://m.antaranews.com/berita/4552098/daun-kelor-dan-telur-disebut-dapat-gantikan-susu-apakah-gizinya-sama?utm_source=chatgpt.com diakses pada 2 Januari 2025.

[4] Hapsari, Natalia Endah. Kalsium Daun Kelor Ternyata Lebih Tinggi dari Susu. https://tekno.republika.co.id/berita/rr92ol478/kalsium-daun-kelor-ternyata-lebih-tinggi-dari-susu?utm_source=chatgpt.com diakses pada 2 Januari 2025.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *