Pejalan kaki memainkan peran penting dalam sistem transportasi perkotaan yang berkelanjutan. Di Jakarta, pemerintah telah melakukan perubahan dalam kebijakan transportasi yang memprioritaskan pejalan kaki sebagai bagian dari transformasi menuju kota yang lebih ramah lingkungan dan terintegrasi. Salah satu proyek unggulan adalah revitalisasi trotoar di koridor Sudirman-Thamrin, yang tidak hanya meningkatkan kenyamanan pejalan kaki tetapi juga mengurangi ketergantungan pada kendaraan pribadi.
Transformasi Infrastruktur Pejalan Kaki
Sejak 2016, Jakarta telah meningkatkan pembangunan trotoar sebagai bagian dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD). Dengan target membangun 146 km trotoar setiap tahun, pemerintah berupaya menyediakan fasilitas yang lebih memadai bagi pejalan kaki. Trotoar baru di kawasan Sudirman-Thamrin memiliki lebar antara 8 hingga 12 meter, dengan bahan berkualitas tinggi seperti granit dan beton berstempel. Selain itu, trotoar ini lengkap dengan fasilitas pendukung seperti pencahayaan, tempat duduk, tempat sampah, dan penanda arah.
Metode Penilaian Walkability
Dalam penelitian oleh Mulyadi, et al., indeks pengukuran walkability menggunakan metode Global Walkability Index (GWI) yang telah dimodifikasi untuk mencerminkan kondisi kota besar di Asia. Penilaian ini menggunakan beberapa parameter, meliputi konflik antara pejalan kaki dan moda transportasi lain, ketersediaan trotoar, fasilitas penyeberangan, keamanan, perilaku pengendara, serta fasilitas pendukung seperti jalur untuk disabilitas.
Hasil Penelitian
Setelah revitalisasi, indeks walkability di kawasan Sudirman-Thamrin meningkat secara signifikan, dengan nilai berkisar antara 84,35 hingga 88,95, yang termasuk ke dalam kategori “sangat layak jalan”. Sebelumnya, pada 2015, nilai walkability hanya mencapai 64 hingga 71, yang berada dalam kategori “menunggu layak jalan”. Peningkatan ini mencerminkan keberhasilan proyek revitalisasi dalam menciptakan lingkungan yang lebih ramah pejalan kaki.

Sumber: mediaindonesia.com
Selain itu, keberadaan fasilitas seperti paving tactile untuk penyandang disabilitas dan pengurangan rintangan di trotoar telah meningkatkan aksesibilitas. Pemerintah juga menggunakan konsep “road diet” untuk memperluas trotoar dengan mengurangi jumlah jalur kendaraan bermotor.
Dampak Positif pada Transportasi dan Lingkungan
Revitalisasi trotoar tidak hanya meningkatkan kenyamanan penggunanya, tetapi juga berdampak pada peningkatan penggunaan transportasi umum. Misalnya, jumlah penumpang TransJakarta di koridor Sudirman-Thamrin meningkat sebesar 15,41% setelah revitalisasi. Selain itu, kemacetan di Jakarta mengalami penurunan signifikan, dari peringkat kota termacet ke-4 di dunia pada 2017 menjadi peringkat ke-46 pada 2021.
Revitalisasi fasilitas pejalan kaki di Jakarta, khususnya di kawasan Sudirman-Thamrin, menunjukkan bahwa peningkatan infrastruktur pejalan kaki dapat mendorong peralihan ke moda transportasi yang lebih ramah lingkungan. Dengan memprioritaskan pejalan kaki, kota tidak hanya meningkatkan kualitas hidup warganya tetapi juga menciptakan dampak positif pada lingkungan dan sistem transportasi secara keseluruhan. Model ini dapat menjadi inspirasi bagi kota-kota lain di Indonesia dan kawasan Asia untuk mewujudkan visi kota yang lebih walkable.
Baca juga: Cara Memilih Sepatu Lari yang Tepat untuk Kesehatan Kaki
Peran Fasilitas Pejalan Kaki dalam Konsep Keberlanjutan
Di era urbanisasi yang pesat, keberlanjutan menjadi salah satu pilar utama dalam perencanaan kota modern. Fasilitas pejalan kaki, seperti jalur dan jalan khusus, memainkan peran penting dalam mendukung keberlanjutan lingkungan, sosial, dan ekonomi kota. Studi kasus Jalan Tarbiyat di Tabriz, Iran, menawarkan wawasan tentang bagaimana fasilitas ini dapat menjadi katalis dalam menciptakan ruang kota yang berkelanjutan.
1. Sosial dan Budaya
Fasilitas pejalan kaki memberikan ruang yang aman dan nyaman untuk interaksi sosial, meningkatkan konektivitas masyarakat, dan mendorong revitalisasi kehidupan perkotaan. Jalan pejalan kaki, seperti Jalan Tarbiyat, menjadi tempat bagi warga untuk berkomunikasi, berbelanja, dan menikmati lingkungan tanpa gangguan kendaraan. Ruang semacam ini juga mendukung inklusi sosial, di mana berbagai kelompok masyarakat dapat berkumpul dalam suasana yang setara dan inklusif.

Sumber: surfiran.com
Bagi generasi muda dan anak-anak, ruang pejalan kaki menjadi tempat belajar menghargai lingkungan dan masyarakat. Hal ini mencerminkan prinsip keadilan sosial yang merupakan elemen kunci dalam keberlanjutan kota. Dengan menciptakan kebiasaan baik melalui desain kota yang mendukung pejalan kaki, kita dapat memupuk budaya yang bertanggung jawab terhadap lingkungan dan komunitas.
2. Ekonomi
Jalan pejalan kaki juga memberikan manfaat ekonomi yang signifikan. Kawasan ini sering kali menjadi pusat aktivitas komersial dan pariwisata. Sebagai contoh, Jalan Tarbiyat di Tabriz tidak hanya menarik warga lokal tetapi juga wisatawan, meningkatkan pendapatan dari sektor perdagangan dan pariwisata. Ruang ini memungkinkan kombinasi aktivitas belanja dan rekreasi, yang menarik investor untuk mengembangkan bisnis, seperti kafe, restoran, dan toko ritel.
Dari sudut pandang pemerintah, keberadaan jalan pejalan kaki meningkatkan potensi pajak dan mengurangi biaya infrastruktur transportasi seperti jalan untuk kendaraan bermotor. Dengan demikian, investasi dalam fasilitas ini tidak hanya memperkaya kehidupan sosial tetapi juga memberikan kontribusi finansial yang nyata.
3. Lingkungan
Fasilitas pejalan kaki mengurangi emisi karbon dengan mendorong warga untuk berjalan kaki alih-alih menggunakan kendaraan bermotor. Selain itu, keberadaan jalur pejalan kaki yang ramah lingkungan, lengkap dengan vegetasi seperti pohon dan taman, membantu memperbaiki kualitas udara dan meningkatkan estetika lingkungan.
Ruang-ruang ini juga memungkinkan warga untuk terhubung lebih baik dengan lingkungan perkotaan mereka. Dengan merasakan pemandangan, suara, dan aroma kota secara langsung, pejalan kaki membangun keterikatan emosional yang kuat dengan lingkungan mereka. Hal ini tidak hanya meningkatkan kesadaran terhadap pentingnya pelestarian lingkungan tetapi juga memperkuat identitas kota itu sendiri.
4. Keamanan dan Kenyamanan
Keamanan adalah aspek utama dalam keberlanjutan masyarakat. Jalur pejalan kaki memberikan ruang bebas dari ancaman kendaraan bermotor, menciptakan lingkungan yang aman bagi semua kalangan, termasuk anak-anak dan lansia. Dengan penerangan yang memadai dan pengawasan publik, fasilitas ini juga mengurangi potensi kejahatan.
Keamanan fisik dan kenyamanan emosional yang dirasakan di ruang ini memungkinkan warga untuk merasa memiliki ruang tersebut, meningkatkan rasa percaya diri, dan mendorong partisipasi aktif dalam komunitas. Hal ini menciptakan kota yang lebih hidup dan harmonis.
Kesimpulan
Fasilitas pejalan kaki bukan sekadar sarana transportasi, tetapi juga elemen kunci dalam keberlanjutan perkotaan. Dengan mendukung interaksi sosial, pertumbuhan ekonomi, pelestarian lingkungan, serta keamanan dan kenyamanan, fasilitas pejalan kaki seperti Jalan Tarbiyat di Tabriz menjadi contoh nyata bagaimana ruang ini dapat mendukung kehidupan perkotaan yang lebih berkelanjutan. Untuk menciptakan kota yang layak huni di masa depan, pengembangan fasilitas pejalan kaki harus menjadi prioritas dalam perencanaan tata perkotaan.
Referensi
Mulyadi, et al. 2022. Walkability and importance assessment of pedestrian facilities on central business district in capital city of Indonesia. Diakses pada 25 Desember 2024 dari https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S2590198222001555?ref=pdf_download&fr=RR-2&rr=8f74afc64cb64d2d
Asi, et al. 2012. The role of pedestrian streets in sustainability of urban spaces, Case Study: Tabriz Tarbiyat Street, Iran 1. Diakses pada 25 Desember 2024 dari https://www.researchgate.net/publication/261222494_The_role_of_pedestrian_streets_in_sustainability_of_urban_spaces_Case_Study_Tabriz_Tarbiyat_Street_Iran_1