Jika kita ingin pergi ke suatu tempat tanpa mengetahui jalan mana yang akan ditempuh, bukalah peta. Kini semakin banyak orang yang memiliki ponsel pintar, sehingga semakin banyak pengguna peta digital. Google Maps, salah satu aplikasi peta digital, termasuk aplikasi yang populer di kalangan masyarakat. Terbukti, Google Maps merupakan aplikasi peta digital yang paling banyak diunduh di Indonesia pada tahun 2016[1]. Namun, masih ada yang belum mengetahui Google Maps secara lebih mendalam. Artikel ini akan mengulas sumber data, apakah ada kerja sama dengan pemerintah, cara mengetahui nama jalan di berbagai negara, sumber perekaman muka bumi (biasanya terlihat melalui Satellite Mode), dan cara Google Maps mendeteksi kemacetan.
Google Maps menerima seluruh jenis mitra organisasi untuk menyatukan data pemetaan yang akan ditampilkan pada layanan Google Maps. Mitra organisasi yang dimaksud dapat berasal dari berbagai tingkatan instansi pemerintah, organisasi non-profit (NGO), institusi pendidikan, dan entitas komersial[2]. Karena data berasal dari berbagai pihak, pengguna aplikasi Google Maps dapat mengetahui nama tempat, nama jalan[3], penanda lalu lintas, dan lainnya dari berbagai belahan dunia.
Gambar 1. Tampilan Google Maps saat memperingati April Fool’s Day pada 1 April 2019
(Sumber: https://wpeg.ca/snake-easter-egg-inside-google-maps-app/)
Komunitas Local Guide yang berskala global pun turut mendukung pembaharuan peta digital berdasarkan pengetahuan siapapun yang berusia 18 tahun keatas. Orang-orang yang tergabung dalam komunitas tersebut dapat menuliskan ulasan, membagikan foto, menanyakan dan menjawab hal yang berkaitan dengan lokasi, menambahkan atau menghapus lokasi, dan mengecek kebenaran suatu lokasi[4].
Google Maps dan Google Earth bekerja sama dengan berbagai pihak tepercaya untuk memperoleh gambaran kenampakan bumi (citra) pada waktu yang beragam[5], diantaranya citra satelit, foto udara, 3D, dan gambar Street View. Berbagai gambaran tersebut disimpan dalam koleksi data Google Earth[6].
Gambar 2. Mobil Street View milik Google
(Sumber: https://techcrunch.com/2018/06/21/google-streetview-cars-to-help-map-pollution-in-london/)
Dulu Google Maps mendeteksi kemacetan melalui sensor lalu lintas (traffic sensor). Sensor akan mendeteksi ukuran dan kecepatan kendaraan yang melintas untuk mengetahui seberapa cepat suatu kendaraan melintas, kemudian informasi tersebut dikirim ke server sehingga informasi terbaru lalu lintas secara berkala dapat diperoleh pengguna aplikasi. Namun, sensor lalu lintas biasanya dipasang di jalan yang lalu lintasnya cenderung padat. Jalan yang bisa menjadi jalan alternatif tidak dipasang sensor sehingga pengguna riskan melewati jalan yang akan dilewati tanpa informasi kondisi lalu lintas. Sensor lalu lintas pun tidak diperbaharui pada waktu sebenarnya (real-time)[7], padahal kondisi lalu lintas dapat berubah karena acara dan insiden tertentu.
Kini data kemacetan Google Maps menggunakan sistem crowdsourcing. Artinya, data kondisi lalu lintas berasal dari kita sebagai pengguna aplikasi. Bagi pengguna iPhone, iPad, dan Android, fitur lokasi yang telah kita aktifkan pada penggunaan Google Maps membantu pihak Google Maps untuk mengetahui status kemacetan[8][9]. Kondisi lalu lintas yang terlihat di Google Maps dideteksi melalui kecepatan rata-rata kendaraan yang melintasi suatu jalan. Namun, informasi pribadi para pengguna Google Maps tidak akan terkirim ke Google Maps. Seluruh pengemudi diidentifikasi sebagai anonim. Jadi, informasi pribadi para pengguna tetap aman[7].
Masih banyak hal yang belum kita ketahui mengenai Google Maps. Kita sering terlena dengan keajaiban teknologi, padahal banyak usaha keras dibaliknya. Karena itu, sebaiknya kita semakin gencar mencari informasi terkait yang belum kita ketahui agar kita semakin menyadari bahwa dibalik hasil yang maksimal berasal dari usaha yang maksimal.
Sumber:
[1] Arifin, C (Ed). (2016, 14 April). Ini dia tiga aplikasi peta dan navigasi yang paling digemari pengguna smartphone di Indonesia. Tribun News. Diambil dari https://www.tribunnews.com/techno/2016/04/14/ini-dia-tiga-aplikasi-peta-dan-navigasi-yang-paling-digemari-pengguna-smartphone-di-indonesia
[2] Get started with Geo Data Upload (t.d.). Diambil 10 Juli, 2019, dari https://support.google.com/mapcontentpartners/answer/9359574
[3] AlexWien. (2014). Bls: How street name is detected in google maps [Forum online]. Diambil dari https://stackoverflow.com/questions/31639189/how-street-name-is-detected-in-google-maps
[4] Overview (t.d.). Diambil 9 Juli, 2019, dari https://support.google.com/local-guides/answer/6225846?hl=en&ref_topic=6225845
[5] Google Maps & Google Earth – General guidelines (t.d.). Diambil 13 Juli, 2019, dari https://www.google.com/permissions/geoguidelines/
[6] How images are collected (t.d.). Diambil 27 Juni, 2019, dari https://support.google.com/earth/answer/6327779?hl=en
[7] Ashish. (2016). How does Google Maps know about traffic conditions? Science ABC. Diambil dari https://www.scienceabc.com/innovation/how-does-google-maps-know-about-traffic-conditions.html
[8] Turn location data collection on or off (t.d.). Diambil 28 Juni, 2019, dari https://support.google.com/maps/answer/2839958?hl=en&ref_topic=6384263
[9] Stenovec, T. (2015). Google has gotten incredibly good at predicting traffic – here’s how. Business Insiders. Diambil dari https://www.businessinsider.com/how-google-maps-knows-about-traffic-2015-11?IR=T
Saya baru tahu. Terimakasih infonya, sukses selalu 🙂
Kenalkan saya Irene Chrismisel Tella, 1722500152 dari STMIK Atma Luhur.
Jangan lupa kunjungi website kami di https://www.atmaluhur.ac.id
terimakasih kakak atas ilmunya , semogah bisa saya praktekan dengan sebaik baiknya. jangan lupa kak kunjungi alamat web kampus saya ( https://www.atmaluhur.ac.id )
nama saya leonardo antonius ( 1722500120 )
sangat membantu ..
hallo saya Iin Nurwana 1722500097 dari kampus STMIK Atma Luhur
Kunjungi website kampus kami
https://www.atmaluhur.ac.id/