Edisi kedua dari hasil membaca buku karangan Sean Young PhD tentang bagaimana cara mengubah kebiasaan kita dan orang lain adalah dengan KOMUNITAS. Dipembahasan sebelumnya di edisi pertama tentang mengubah kebiasaan, caranya adalah dengan BERTAHAP, saya membahas tentang membuat tahapan-tahapan disertai riset-risetnya. Tak jauh berbeda kali ini saya juga akan memaparkan beberapa hasil temuan riset tentang komunitas ini.
Mengapa komunitas?
Sebuah tragedi pernah terjadi di tahun 1978 di Jonestown Guyana. Jonestown adalah sebuah kota baru tempat dimana sebuah sekte atau aliran tertentu mengungsi. Mereka membangun kota baru tersebut dengan segala sistem yang disesuaikan dengan aturan dalam sekte mereka. Di bulan November 1978, ketua dari sekte ini meminta para anggotanya untuk bunuh diri dengan meminum sebuah racun. Akibatnya, 909 orang meninggal termasuk anak-anak. Tak jauh berbeda, beberapa tahun lalu sempat ada kabar tentang NII yang mencuci otak pemuda-pemuda Indonesia. Tak hanya mengubah kebiasaan, komunitas bahkan mampu mengubah pemikiran dan jalan berpikir kita. Bagi umat muslim, memilih teman adalah hal penting. Rasul umat Islam Muhammad memotivasi kita untuk memilih teman baik karena teman kita akan mencerminkan siapa kita. Bagaimana kita bisa masuk dalam kelompok dan menuruti apa yang ada dalam kelompok tersebut?
Karakteristik komunitas
Dalam bukunya, Sean Young menuliskan enam karakteristik agar sebuah komunitas jadi berpengaruh.
Pertama, Perlu Kepercayaan. Antar anggota harus saling percaya satu sama lain. Rasa saling percaya ini terbentuk saat antar anggota saling bertukar pikiran, berbagi pengalaman atau masalah mereka atau hal kecil lain seperti apa yang mereka lakukan hari ini. Saat antar anggota saling percaya, mereka akan lebih terbuka pikirannya, lebih mudah untuk belajar dan lebih mudah untuk berubah atau diubah.
Kedua, Perlu Kecocokan. Kecocokan tidak terbatas kepada tempat tetapi lebih kepada kecocokan prinsip.
Ketiga, Perlu Menguntungkan. Keuntungan disini bukan berorientasi materi, tetapi juga keuntungan non-materi seperti kondisi dimana mereka merasa bangga dengan keahlian atau diri mereka. Didalam grup mereka tidak merasa sebagai orang yang terkucilkan.
Keempat, Perlu Magnet Sosial. Magnet sosial adalah keadaan dimana antar anggota bisa saling memberikan dukungan. Saat salah satu anggota merasa lelah atau mau berhenti, maka anggota lain akan memberikan semangat atau bantuan sehingga anggota yang hampir menyerah kembali termotivasi. Antar anggota sudah seperti magnet yang jika ada yang hendak keluar akan yang lain akan memberikan tarikan.
Kelima, Perlu Dihargai. Setiap orang ingin penghargaan meski tanpa disadari seperti dalam bahasa sebelumnya tentang perlunya tahapan dan hormon dopamin. Kita akan membahas lebih mendetail lagi ditulisan selanjutnya. InsyaAllah.
Keenam, Perlu Merasa Berharga. Maksudnya adalah mereka tidak hanya merasa diberi dukungan atau merasa bangga dengan keahlian mereka sendiri tetapi mereka perlu merasa bahwa mereka memiliki kontrol terhadap diri mereka sendiri. Mereka merasa bahwa merekalah yang menentukan segara sesuatu tentang diri mereka.
Perlu Role Model
Setelah kita mengetahui enam karakteristik dalam sebuah komunitas, kemudian saya lanjutkan dengan cara membangunnya. Sean Young, membangun komunitas orang-orang yang rawan terjangkit HIV dari laki-laki berhubungan dengan laki-laki orang Amerika Latin. Untuk membangun komunitas HIV saja ada beberapa kendala setidaknya bagaimana merekrut anggota karena kebanyakan mereka lebih merahasiakan kondisi mereka apalagi laki-laki berhubungan dengan laki-laki dikalangan orang-orang Amerika Latin yang terkenal dengan maskulinitas mereka. Riset ini dimulai dengan merekrut apa yang disebut dengan “role model”.
Biasanya, saat baru bergabung, anggota baru akan diam dan melihat-lihat kondisi sekitar mereka, maka para role model ini lah yang memberikan contoh dan meramaikan grup terlebih dahulu. Jika dalam satu grup terdapat lima anggota, maka semua harus bisa aktif dan menjadi role model bagi anggota lainnya. Jika grup memiliki banyak anggota maka role model minimal sebanyak 15 persen dari jumlah anggota. Role model ini akan menciptakan Magnet Sosial. Role model yang akan menjadi mesin penggerak saat grup baru pertama kali dibentuk. Setelah anggota baru menjadi terbiasa dan merasa nyaman dengan grup, maka mereka akan menjadi role model tanpa mereka sadari. Begitu seterusnya hingga kemudian grup akan berjalan secara otomatis.

Tahap pertama membangun komunitas
Setelah paham beberapa kriteria diatas dan bagaimana sains tentang komunitas, tahap pertama yang tidak kalah penting untuk membangun komunitas adalah kita harus tahu komunitas seperti apa yang ingin dibangun. Jika ingin membangun komunitas untuk membantu ibu-ibu menghilangkan stress harian mereka, kita harus mendefinisikan apa penyebab mereka stress? Apakah karena pekerjaan? Orang tua tunggal? Apa yang sering dikeluhkan oleh mereka? Kita harus tahu apa saja yang mereka butuhkan? Apa yang mereka pikirkan dan inginkan? Bagaimana cara mereka bersosialisasi dan bagaimana cara mereka menenangkan diri? Kita harus mengetahui dan mengenal karakteristik dari target kita. Setelah kita mengenal mereka, kita baru masuk ke tahap berikutnya, memilih role model.
Bagaimana cara memilih role model?
Setelah mengenal target kita, kita bisa memilih kira-kira orang seperti apa yang mereka anggap ideal. Dalam kasus diatas misalkan seorang ibu rumah tangga yang sukses dalam karir baik karir pekerjaan atau karir aktifitas diluar rumah lain dan juga sukses dalam berumah tangga. Mereka inilah yang kita rekrut untuk dijadikan role model. Dalam bukunya, Sean Young menulis bahwa ada 4 kriteria yang bisa dijadikan role model.
Pertama Tipe Ahli. Mereka ini bisa seperti dosen, dokter, pengacara atau peneliti.
Kedua Tipe Selebritis. Mereka ini tidak harus artis papan atas seperti Oki Setiana Dewi. Tetapi bisa juga selebgram-selebgram atau para youtuber.
Ketiga Tipe Pengantar Pesan. Mereka adalah orang-orang yang ramai, memiliki banyak teman, santai dan diterima oleh semua golongan. Mereka ini bisa menyebarkan grup kita kepada orang lain. Mereka biasanya tidak tergabung dengan grup tertentu secara mendalam.
Keempat Tipe Role Model Mandiri. Dalam kasus kita tidak memiliki atau menemukan orang seperti disebutkan diatas, maka kita bisa membuat kelompok kecil, misalkan kelompok ibu rumah tangga baru kemudian kita cari mana diantara mereka yang paling antusias, paling mudah bersosialisasi dan paling bersemangat dengan komunitas yang kita bentuk. Mereka akan dengan senang hati melakukan apa yang kita inginkan.
Selanjutnya berikan role model panduan yang bertujuan untuk memudahkan mereka menjadi role model. Ini membuat mereka merasa berharga dan memberi petunjuk bagaimana mereka berperan. Untuk para selebritis atau ahli yang tidak memiliki waktu, kita bisa meminta mereka mengirimkan tweet atau sharing berkaitan tentang komunitas sekali seminggu. Untuk tipe role model mandiri kita bisa meminta mereka mengirimkan tweet atau sharing beberapa kali dalam seminggu dan beri mereka hadiah atau penghargaan sekecil apapun walau sekedar ucapan terima kasih. Setelah antar role model saling berdiskusi dan sharing, berarti lingkungan atau tempat kita sudah siap untuk menerima anggota baru.
Bagaimana komunitas di dunia bisnis?
Dalam dunia bisnis, seperti yang kita ketahui, komunitas memiliki peranan yang signifikan. Beberapa kasus adalah bagaimana majalah Femina tetap berjaya meskipun digempur oleh media-media online. Kasus lain yang cukup menarik adalah dari Matei Zaharia, internship engineer dari google yang bekerja dalam analisa big data yang menggunakan metode Hadoop Map Reduce. Setelah keluar dari google, Matei mendirikan Spark, salah satu metode penyelesaian big data. Masalahnya, tidak ada yang kenal siapa itu Matei atau Spark.
Setelah perenungan, Matei menemukan 2 masalah pertama, meskipun Spark lebih bagus dari Hadoop, tak akan ada yang tahu kelebihannya sebelum mereka mencobanya. Kedua, dia tahu bahwa para stereotype engineer adalah tidak dapat bersosialisasi tetapi bukan karena memang mereka tidak dapat bersosialisasi. Hanya saja mereka memiliki “kriteria” dan karakter “unik” dalam bersosialisasi. Matei tahu bahwa para engineer juga perlu komunitas maka dia mulai membangun komunitas yang membantu orang bagaimana cara menggunakan Spark. Dia mengundang para engineer dalam pertemuan-pertemuan, para mahasiswa paska sarjana. Matei membangun komunitas yang memiliki magnet sosial dengan membuat antar anggota saling terhubung satu sama lain sesama engineer. Orang-orang mulai membicarakan Spark dan pengguna Spark secara cepat menjadi pioner.
Komunitas bisnis di media online
Kasus lain adalah antara akun fanpage FB Sam Adams dan Dos Equis. Samuel Adams memiliki jumlah like sekitar 1 juta lebih sedikit dibandingkan dengan Dos Equis yang mencapai 4 juta. Jika dilihat maka, iklan-iklan di fanpage Sam Adams merupakan iklan biasa dan membosankan tentang bir. Berbeda dengan Dos Equis dengan iklan-iklan ispiratifnya. Faktor ini dapat menjadi alasan mengapa Dos Equis memiliki jumlah like yang lebih banyak. Dengan strategi marketingnya, Dos Equis menjadi buah bibir di media sosial. Tetapi, kedua produk tersebut ternyata memiliki keunikan komunitasnya masing-masing. Meski komunitas sosial media Dos Equis lebih besar tetapi komunitas Sam Adams lebih kuat.
Komentar-komentar di Sam Adams berisi tentang bagaimana rasa bir, pengalaman minum bir dan sesuatu yang berkaitan dengan Sam Adams atau bir. Tetapi di Dos Equis mereka berkomentar tentang iklan yang disajikan. Komunitas Sam Adams ada karena memang mereka menyukai bir sedangkan komunitas Dos Equis ada karena mereka tertarik dengan iklannya. Ketika penggemar Sam Adams saling berkomentar, mereka merasa saling cocok satu sama lain.
Komunitas apa?
Setelah membaca diskripsi diatas, selanjutnya, komunitas apakah yang ingin anda masuki atau bangun baik untuk mengubah diri anda atau orang lain?
Tunggu edisi ketiga insyaAllah minggu depan.
Referensi:
- Charles Duhigg. 2014. The Power of Habit
- Sean Young. 2017. Stick with it
- Young, dkk, 2015, The Lancet HIV 2(1), e27-232
- Young, dkk, 2014, American Journal of Public Health 104 (9 ), 1707-1712
Abdul Halim
Mahasiswa Doktor di University of Tsukuba. Dosen di Institut Teknologi Sains Bandung
Founder Warung Sains Teknologi.