Gorontalo, salah satu provinsi dengan kekayaan alam berupa hutannya yang luas, tengah menghadapi ancaman serius akibat deforestasi. Deforestasi adalah pengalihan fungsi hutan menjadi fungsi lahan lain. Forest Watch Indonesia (FWI), lembaga pemerhati hutan, mencatatat lebih dari 33 ribu hektar lahan di Gorontalo mengalami deforestasi selama 2017-2021. Masih terdapat 696.631 hektar hutan tersisa yang masih menghadapi ancaman deforestasi akibat bisnis ekspor palet kayu oleh sebuah perusahaan di Gorontalo. Padahal jika dibiarkan, alih fungsi hutan ini tentu akan mengakibatkan bahaya bagi negeri sendiri, mengancam keanekaragaman hayati, mengganggu siklus hidrologi, dan berpotensi menimbulkan bencana alam.
Sumber: id.pinterest.com
Bisnis Ekspor Mengorbankan Paru-paru Indonesia
FWI melakukan investigasi sepanjang Oktober 2023 hingga Februari 2024 tentang data ekspor pelet kayu yang mengorbankan hutan di Gorontalo. Hasilnya menunjukan bahwa ekspor dilakukan pada sebuah perusahaan yang berdiri di Kabupaten Pohuwato, dengan total produksi palet kayu lebih dari 21 ribu ton dan nilai lebih dari 2 juta US dolar. Perusahaan tersebut mengekspor produknya ke Korea Selatan dan Jepang.
Ekspor palet kayu ini dilakukan untuk memenuhi permintaan pasar di kedua negara tersebut. Palet kayu berguna sebagai bahan bakar pengganti bahan bakar dari batu bara.
Dampak Deforestasi di Gorontalo
Meskipun bernilai bisnis dan dapat menguntungkan perusahaan, deforestasi di Gorontalo sudah pasti menimbulkan banyak dampak negatif bagi keberlanjutan lingkungan di Indonesia. Bagaimana bisa aktivitas ekspor menguntungkan bagi negara lain, tapi di sisi lain membahayakan negeri sendiri. Berikut adalah berbagai bahaya akibat deforestasi, meliputi:
- Kerusakan ekosistem: Deforestasi menyebabkan kerusakan ekosistem hutan, mengancam habitat berbagai jenis flora dan fauna.
- Hilangnya keanekaragaman hayati: Banyak spesies tumbuhan dan hewan endemik Gorontalo terancam punah akibat kehilangan habitat.
- Gangguan siklus hidrologi: Deforestasi mengganggu siklus hidrologi, menyebabkan perubahan pola curah hujan, peningkatan risiko banjir dan kekeringan.
- Erosi tanah: Hilangnya tutupan hutan menyebabkan erosi tanah, yang pada akhirnya dapat menurunkan produktivitas lahan.
- Krisis iklim: Deforestasi berkontribusi pada krisis iklim global melalui peningkatan emisi gas rumah kaca.
Jangan Sampai “Kecolongan”
Kerusakan lingkungan besar-besaran telah terjadi di Indonesia. Ketika saat ini kita sedang menghadapi ancaman krisis lingkungan, justru ada perusahaan yang berbisnis dengan membahayakan lingkungan di negeri sendiri. Tentu saja kejadian ini perlu menjadi perhatian bersama. Jangan sampai kita “kecolongan”; menunggu hutan kita gundul dulu, baru panik karena harus menghadapi ancaman serius di depan mata.
Referensi
Forest Watch Indonesia. 2024. Bisnis Transisi Energi: Alert!!! Driver Deforestasi Baru di Gorontalo. Diakses pada 13 September 2024 dari https://fwi.or.id/alert-driver-deforestasi-baru-di-gorontalo/
Lindungi Hutan. 2022. Deforestasi: Pengertian, Penyebab, Dampak dan Pencegahan. Diakses pada 13 September 2024 dari https://lindungihutan.com/blog/pengertian-deforestasi-penyebab-dan-dampak/
Saknar, Sudirman. 2024. Perubahan Iklim di Indonesia: Hasil Kajian Ilmuwan Hawai dan Ilmuwan California Terhadap Kondisi Perubahan Iklim Indonesia Di Masa Yang Akan Datang. Diakses pada 13 September 2024 dari https://warstek.com/iklim/
Alumni departemen kesehatan lingkungan Universitas Indonesia. Tertarik pada dunia menulis artikel ilmiah poluler dan diskusi isu mengenai lingkungan dan kesehatan.