Sebagai seorang warga negara Republik Indonesia, tentunya kita memiliki rasa antusiasme tinggi untuk menyaksikan perhelatan Asian Games 2018 yang akan di selenggerakan di kota Jakarta dan Palembang. Kejuaraan ini dimulai dari kemarin tanggal 18 Agustus hingga 2 September 2018.
Penantian panjang agar Indonesia menjadi tuan rumah perhelatan akbar se-Asia (yang terakhir kali menjadi tuan rumah di tahun 1962 [1]) ini telah di persiapkan semaksimal mungkin dengan melakukan banyak renovasi dan penambahan venue arena perhelatan olahraga. Diperkirakan total anggaran biaya hingga mencapai 7.2 Triliyun [2] digunakan untuk perhelatan Asian Games.
Gambar 1. Asian Games 2018. Sumber dari Tribun News, Sumber: https://tinyurl.com/ycml7922
Dengan melihat serba-serbi dari pelaksanaan Asian Games edisi ke-18 ini, kita tentu akan di suguhkan oleh banyak pertandingan di setiap cabang olahraga yang ada. Dalam setiap kegiatan olahraga yang melibatkan fisik dan stamina, tentu pemahaman sisi medis dalam hal ini sangatlah di perlukan untuk mendapatkan hasil terbaik di setiap kejuaraan.
Dengan harapan untuk meramaikan event Asian Games di Indonesia ini, ada banyak hal yang menarik untuk di pahami lebih lanjut tentang olahraga dan teknologi kedokteran yang keduanya saling mendukung, berikut adalah ulasan yang dapat kita diskusikan.
—————————————————————————————————-
Mari sejenak kita berbicara lebih dalam tentang aspek penting dalam sebuah olahraga. Dalam berbagai jenis bidangnya, semua kegiatan olahraga pasti melibatkan aktivitas langsung dari tubuh seorang atlet dan mengharuskan adanya stamina, sehingga tidak jarang aktivitas fisik tersebut kadang dapat membuat sebuah resiko cidera yang bisa terjadi kapan dan dimana saja.
Dikarenakan besarnya resiko dalam sebuah aktivitas berolahraga, maka peran seorang ahli medis, dalam hal ini dokter dan juga peralatan penunjang klinis lainnya sangatlah di butuhkan oleh para atlet ketika sedang melakukan kegiatan kejuaraan dan pelatihan apapun jenis dan bentuknya.
Gambar 2. Cidera Mohamad Salah di Final UCL 2018 Lalu. Sumber dari Super Kora Football
Apakah Teknologi Dapat Mengubah Penyelesaian Cidera dan Rehabilitasi Olahraga ?
Hari ini kegiatan berolahraga sudah sangat jauh mengalami perkembangan dari sisi teknologi dan semakin membuat olahraga jadi nampak lebih seru untuk dinikmati. Aktivitas berolahraga yang sangat kita nikmati tersebut akan jadi berbeda apabila kita mengalami kondisi cidera dan membutuhkan penanganan medis yang lebih lanjut untuk dapat kembali kedalam kondisi normal dan sedia kala.
Seringkali cidera menjadi momok yang sangat menakutkan oleh para atlet yang sedang menghadapi kejuaraan atau ketika berlatih. Ada banyak teknologi yang bertujuan untuk meningkatkan keadaan seorang atlet dengan melalui masa pemulihan yang maksimal, serta metode berbasis teknologi untuk mencegah kembalinya cedera tersebut.
Dalam artikel ini penulis mencoba mengumpulkan banyak contoh yang paling relevan dan menarik, yang dapat membantu para profesional kedokteran olahraga dan memungkinkan membuat para atlet bisa mengurangi resiko rentan terhadap cedera dan jika kecelakaan terjadi mereka dapat pulih dalam waktu yang lebih singkat.
Mencegah Terjadinya Cidera Parah Pada Saat Berolahraga
Hari ini ketika kita berbicara teknologi, kita dapat mengumpulkan data dari setiap detik kinerja seorang atlet selama pelatihan atau ketika kejuaraan sedang berlangsung. Data tidak hanya dapat membantu menganalisa, tetapi juga dapat digunakan untuk membuat strategi baru dan dapat digunakan pula untuk memantau keadaan fisik dan kesehatan seorang atlet. Dengan demikian diharapkan dapat meningkatkan kinerja pemain di arena pertadingan.
Riset Ilmiah terbaru juga menunjukkan banyaknya pembahasan tentang informasi genetika yang dapat di analisa dari seorang atlet untuk mengetahui kesehatan tubuh dalam gen serta informasi lain tentang program diet, misalnya hingga pemanfaatan informasi genetika untuk mencegah terjadinya cidera. Pada bulan Agustus 2018, telah terbit sebuah artikel ilmiah yang membahas bagaimana cidera Hamstring Strain Injuries (HSI) dapat sering terjadi dalam banyak kegiatan olahraga, dan itu memberikan beban yang cukup signifikan dalam hal biaya rehabilitasi, waktu pemulihan dan hilangnya kinerja seorang atlet. Penelitian tersebut di lakukan oleh Craig Pickeringa dari Institute of Coaching and Performance, School of Sport and Wellbeing, University of Central Lancashire dan John Kielya dari Exercise and Nutritional Genomics Research Centre, DNAFit Ltd, London, UK [3]
Penelitian tersebut fokus pada pemahaman mendalam bagaimana faktor-faktor yang dapat meningkatkan resiko seorang menderita HSI, di antaranya adalah kondisi otot hamstring yang terlalu sering banyak mengalami gerakan ekstrim sehingga mengakibatkan adanya cedera. Namun meski temuan cidera tersebut berasal dari latihan fisik yang cukup keras misalnya, peneliti mengambil sebuah hipotesa bahwa pemanfaatan informasi genetik akan dapat di gunakan di masa depan yang memungkinkan untuk terjadinya suatu optimalisasi terhadap program pencegahan cidera HSI tersebut, baik dalam hal adaptasi pelatihan maupun terhadap otot yang mengalami kerusakan dan rasa sakit pada fase akut serta waktu tahapan pasca cidera dan pemulihannya.
Berikut ini adalah beberapa ulasan terbaru seputar bagaimana teknologi kedokteran dapat membantu proses rehabilitasi medis dan cidera pada saat berolahraga.
1) Genomik Preventif
Menyambung pembahasan kita sebelumnya tentang adanya riset bahwa cidera hamstring bisa di ketahui lebih dalam dengan membaca informasi genetikanya, mari sejenak kita mengenal terlebih dahulu apa itu Genomik Preventif.
Genom dalam genetika dan biologi molekular modern, adalah keseluruhan informasi genetik yang dimiliki suatu sel atau organisme, atau khususnya keseluruhan asam nukleat yang memuat informasi tersebut. Secara fisik, genom dapat terbagi menjadi molekul-molekul asam nukleat yang berbeda yaitu sebagai kromosom atau plasmid, sementara secara fungsi, genom dapat terbagi menjadi gen-gen.
Istilah genom diperkenalkan oleh Hans Winkler dari Universitas Hamburg, Jerman, pada tahun 1920, yaitu sebagai gabungan dari kata gen dan kromosom atau dimaksudkan untuk menyatakan kumpulan gen [4]. Sedangkan Genomik sendiri adalah suatu studi yang mempelajari suatu organisme. Jadi, Preventif Genomik adalah sebuah bentuk pencegahan yang dapat di lakukan dengan melihat studi genomik pada struktur molekular yang ada.
Pertanyaanya, bagaimana jika gen Anda dapat memberi tahu Anda bagaimana Anda harus mengubah latihan Anda atau keseluruhan pelatihan Anda untuk mencegah cedera? Atau apa tuntutan nutrisi yang Anda miliki? Bukankah hidup akan lebih nyaman jika Anda dapat memperbaiki pola pelatihan Anda atau diet Anda berdasarkan latar belakang genetik Anda?
Sebuah perusahaan, medical Start Up  yang berbasis di Nova Scotia, Athletigen Technology Inc, bekerja dengan beberapa atlet yang bertujuan untuk menggunakan informasi DNA yang dikumpulkan untuk meningkatkan kinerja, kesehatan, dan keselamatan [5]. Tes genetik ini mengungkapkan sebuah wawasan tambahan tentang kemungkinan peningkatan risiko cedera atau tuntutan nutrisi tertentu. Kemudian, hasil ini memungkinkan seorang atlet untuk menyesuaikan rencana latihan dan nutrisi yang sesuai.
Gambar 3, Kegiatan Olahraga Lari. Sumber dari medium.com
Berkenaan dengan rencana diet yang tepat untuk atlet, bidang baru dalam dietetika, nutrigenomik bisa menjadi jawabannya. Ada sebuah start-up yang berbasis di California, Habit [6], yang memungkinkan dapat membantu kita dengan hal itu. Jika kita mengirim sampel darah yang diperlukan, mereka akan menganalisis DNA kita, dan membuat rencana makan pribadi yang paling sesuai untuk tubuh Anda. Penyebaran nutrigenomik dapat menjadi bantuan besar bagi para atlet untuk menemukan diet yang tepat yang meningkatkan kinerja mereka untuk mencapai catatan baru dan membuat sistem kekebalan tubuh mereka lebih kuat untuk melawan penyakit dan mencegah cedera dengan mudah.
2) Memantau Kesehatan Melalui Sensor Dan Perangkat Yang Dapat Dikenakan
Ada banyak produk kesehatan dan sensor di luar sana yang mendukung pelatihan, kebugaran dan tentunya dapat menjaga profesionalitas atlet agar tetap optimal [7]. Seperti misalnya ada Pebble Time [8] dan Android Sleep [9] yang dapat mengikuti kebiasaan tidur kita, ada juga Fitbit Durge atau Fitbic Ionic yang dapat mengetahui aktvitas kebugaran kita dan ada juga PIP [10], sebuah aplikasi yang dapat memberi kita informasi terkait tingkatan stress yang kemungkinan kita rasakan.
[embedyt] https://www.youtube.com/watch?v=-LuqLTxw7zg[/embedyt]
Video 1. Aplikasi Blast Motion Pada Olahraga Baseball
Namun, ada banyak alat khusus untuk memantau beban stres dan kinerja pemain untuk menghindari cedera yang disebabkan oleh kelelahan. Misalnya, atlet yang melakukan banyak lompat tali selama pelatihan dapat mencoba Vert [11], yaitu sebuah aplikasi yang dapat membantu atlet mengukur dan meningkatkan kemampuan lompatan mereka dan tahu kapan mereka mendekati tingkat kelelahan, hal tersebut juga dapat memberikan pencegahan dari adanya penyebab cidera. Lalu ada juga aplikasi Blast Motion[12] yang melakukan hal serupa, aplikasi ini dapat melacak dan menganalisia ayunan atlet selama pelatihan untuk mengoptimalkan kinerja dan mengurangi risiko cedera.
3) Pencegahan Melalui Pakaian Sensorik, Helm, Pelindung Mulut
Perusahaan Australia, Catapult Sports[13] dianggap sebagai salah satu pemasok terbesar perangkat pelacak olahraga [14]. Lebih dari 1500 tim atlet profesional menggunakan pelacak mereka di seluruh dunia. Para pemain memakai alat pelacak GPS berukuran saku kecil di pada saat kegiatan pelatihan mereka, dan perangkat ini melacak lebih dari 100 metrik dari kecepatan hingga detak jantung. Ada juga chip Zebra Technologies[15] yang dapat di gunakan pada bahu, dapat mengirim data ke penerima yang ditempatkan di sekitar stadion.
Gambar 4. Perangkat Pelacak Kegiatan Olahraga. Sumber dari Saltcityhoops
Teknologi Zephyr yang berbasis di Maryland didukung oleh Medtronic[16] juga menghasilkan inovasi terbaru yaitu di antaranya adalah bio-harness, yang memungkinkan pelatih untuk melihat intensitas pelatihan khusus mengenai biomarker, seperti detak jantung, suhu atau percepatan. Alat tersebut menempel untuk mengetahui kekuatan dan pengaruh ukuran tubuh pemain sehingga seorang dokter dapat memiliki lebih banyak data tentang risiko gegar otak untuk pemain sepak bola atau hoki.
Selain gadget, bayangkan jika chip dan pakaian dapat mengukur biomarker secara aktif. Banyak atlet di klub profesional kini mengenakan kaos unik yang mengukur biomarker mereka selama latihan atau bahkan permainan. HexoSkin [17] mengembangkan sebuah baju atau kaos olahraga dengan sensor yang di tanam ke dalamnya untuk dapat mengukur detak jantung, pernapasan, jumlah langkah, kecepatan, dan kalori yang terbakar. Sementara itu D30 [18] yang berbasis di London juga memperkenalkan material cerdas dalam perlengkapan kaos baju berbasis sensor untuk olahraga. Ini memberikan kemampuan penyerapan dan perlindungan benturan yang luar biasa, yang secara alami cocok untuk setiap olahraga.[19]
[embedyt] https://www.youtube.com/watch?v=sjcfHGaZ18Q[/embedyt]
Video 2. Baju Biometrik Untuk Olahraga Dari HexoSkin
Di masa depan, banyak olahraga kontak tinggi, di mana pemain harus menggunakan helm untuk keselamatan mereka dan menggunakan topi keras berteknologi tinggi. Helm-helm ini menggunakan peredam kejut yang melepaskan udara ketika kepala mengalami benturan. Udara di kedalamannya mampu mengembang di bagian dalam pelindung dari helm tersebut dan dapat mengurangi jumlah gerakan cepat yang menimbulkan gesekan serta mampu menopang kepala, sehingga mengurangi kemungkinan gegar otak. Penjaga mulut khusus juga di buat agar dapat mencega resiko untuk mengalami benturan. Terdapat sensor yang memungkinkan untuk memperingatkan seorang pemain ketika mengalami cedera yang bahkan dapat menyebabkan gegar otak[19]
Lalu Bagaimana Dengan Rehabilitasi Cedera Pada Olahraga ?Â
Teknologi memungkinkan dapat terjadinya penurunan resiko terhadap cedera, tetapi kecelakaan dalam olahraga akan tetap terjadi dimanapun dan kapanpun. Maka dari itu, alat diagnostik berteknologi tinggi dan alat rehabilitasi yang tepat diharapkan dapat digunakan untuk mempersingkat waktu pemulihan dan mengurangi rasa sakit pada seorang atlet.
Mengenai diagnosa, peralatan medis portabel dan visualisasi yang handal dapat membuat perbedaan di masa depan. Dikutip dari wawancara Osman Hassan Ahmed, seorang fisioterapi yang bekerja pada Footbaal Ascociation, UK, dia mengatakan bahwa Ultrasonografi muskuloskeletal menjadi lebih umum di kelompok olahraga berat saat ini. Dia pikir hal tersebut adalah solusi yang tepat, tetapi akan sangat bagus jika teknologi tersebut juga muncul ke tingkat di mana seorang dokter dapat memiliki pemindai yang mampu bekerja dengan baik di lapangan serta dapat digunakan pada saat seorang pemain masih mengenakan pakaian dan tidak perlu melakukan pemberian gel. Menurut ahli lain, Dr. Bertalan, Ph.D, teknologi tersebut dapat terus dikembangkan[20]. Berikut adalah teknologi lainnya untuk rehabilitasi cedera.
1) Teknologi Rehabilitasi Revolusioner dengan Treadmill Anti gravitasi dan Robot eksoskeleton
Setelah patah tulang, lutut terluka atau patah ligamen, dibutuhkan banyak waktu dan proses rehabilitasi yang panjang untuk dapat melakukan olahraga lagi. Alat The AlterG Anti-Gravity Treadmill memungkinkan pasien untuk berolahraga tanpa menanggung berat badan penuh mereka [21]. Mesin ini dapat mengambil alih antara 20-100 persen dari berat semula yang memungkinkan atlet untuk menggerakkan otot dan tulang tanpa terlalu banyak mengeluarkan energi.
Treadmill tersebut dapat melakukan banyak manfaat tidak hanya dalam rehabilitasi olahraga tetapi juga dalam rehabilitasi neurologis, ortopedi, hingga dapat membantu dalam proses penurunan berat badan[23]. Produk lain dari perusahaan ini, Bionic Leg, juga dapat memberikan bantuan motorik yang diprakarsai pasien selama latihan sit-to-stand, berjalan di atas tanah, dan memanjat tangga. Ini dapat memperkuat otot yang lemah, meningkatkan keseimbangan, dan membantu pasien untuk belajar lebih cepat cara berjalan lagi.
[embedyt] https://www.youtube.com/watch?v=q2lrty2PsIg[/embedyt]
Video 3. Teknologi Rehabilitasi Pada The AlterG Anti Gravity
Selangkah lebih maju pula, kita dapat melihat struktur robotik kompleks yang disebut eksoskeleton yang juga dapat mendukung rehabilitasi di masa depan. Hal ini terungkap di laman MIT Technology Update [24], dimana teknologi Robotic Eksoskeleton ini bisa membantu pemulihan pasien stroke atau cedera sumsum tulang belakang, dan sudah menyembuhkan orang yang lumpuh dapat berjalan lagi. Misalnya, setelan Robot Eksoskeleton dapat membantu Seorang Matt Ficarra yang mengalami lumpuh dari dada hingga bawah, namun dapat berjalan menyusuri lorong di hari pernikahannya. Hal tersebut tentu sangat mengangumkan. Kejadian tersebut berlangsung di tahun 2014 silam [25].
Gambar 5, Robotic Eksoskeleton. Sumber MIT Technology Update
2) HawkGrips, Dynamometers dan Mesin Untuk Latihan
Pada 1997, Frank Osborne mendapatkan peristiwa patah leher, punggung, pergelangan tangan, lengan, dan kedua bahunya dalam kecelakaan ski yang mengerikan. Akibatnya, ia berjuang dengan rasa sakit yang luar biasa selama lebih dari satu dekade (10 tahun). Tiga puluh operasi, terapi fisik yang ekstensif, dan perawatan alternatif tidak banyak membantu. Sampai ia bertemu dengan perawatan Assisted Soft Enission Assisted (IASTM), di mana alat keras yang terbuat dari logam, plastik atau keramik dapat digunakan untuk menambahkan tegangan geser ke jaringan lunak agar dapat meningkatkan respon penyembuhan tubuh. Metode ini sangat efektif sehingga ia berjanji akan membuat instrumen terbaik untuk teknologi tersebut dan begitulah sejarah HawkGrips lahir [26]. HawkGrips adalah sebuah perusahaan yang menciptakan banyak instrument baja untuk keperluan rehabilitasi medis.
Gambar 6, Instrument Rehabilitasi dari HawkGrips, Sumber hawkgrips.com
Perusahaan internasional yang berbasis di Baltimore, BTE, menawarkan sistem rehabilitasi yang rumit di lebih dari 35 negara. BTE memiliki berbagai peralatan rehabilitasi, seperti Primus RSÂ Dinamometer atau Eccentron [27], sebuah alat yang melatih kepekaan pada tubuh. Yang pertama di evaluasi adalah gerakan pasien yaitu seberapa kuat pegangan mereka, apakah mereka dapat mengangkat kotak, sehingga dokter dapat menetapkan latihan rehabilitasi yang sesuai untuk mereka. Dalam kasus Eccentron, mesin latihan merupakan bagian penting dari peningkatan rehabilitasi dan peningkatan kinerja. Ini diharapkan dapat menargetkan latihan murni yang efektif untuk banyak penilaian dan kemudian menetapkan program pelatihan yang sesuai terhadap kebutuhan pasien yang mengalam cidera.
Gambar 7, Alat Primus RS Dinamometer, Sumber dari BTE
3) AR / VR Dalam Kedokteran Olahraga
Meskipun realitas virtual dan augmented reality sudah digunakan dalam beberapa spesialisasi medis, aplikasi mereka dalam kedokteran olahraga sepertinya masih terbatas, jelas Osman Hassan Ahmed, seorang fisioterapis. Namun, mengingat tuntutan yang terbilang unik pada hal ini, ia percaya bahwa memadukan strategi rehabilitasi berbasis bukti faktual dengan teknologi VR mutakhir dapat mereplikasi para pemain di stadion mereka sendiri, suara para penggemar tentu akan menjadi tambahan yang berharga bagi para pemain.
Sudah ada beberapa contoh positif yang mengarah pada pemanfaatan VR secara penuh dalam kedokteran olahraga. VRPhysio [28], sebuah start-up di Israel memanfaatkan kekuatan teknologi game untuk membantu mengobati cedera leher, tulang belakang dan lainnya melalui VR. Hal ini telah menciptakan platform yang membuat latihan fisioterapi mudah diakses dan menyenangkan bagi pasien, sementara juga mudah dipantau dan dianalisis oleh dokter dan fisioterapis.
[embedyt] https://www.youtube.com/watch?v=zDVrUFdzXG0[/embedyt]
Video 3. Aplikasi VR Pada Start Up VRPhysio
Di masa depan, penggunaan VR / AR akan lebih sering dalam kedokteran olahraga. Beberapa ahli memvisualisasikan bahwa aplikasi augmented reality dapat membantu dokter memeriksa tabrakan pemain secara real time dan memungkinkan untuk duduk di bangku sebelah pelatih, menilai dampak dan membuat keputusan apakah seorang pemain harus dikeluarkan dari lapangan atau tidak. Tentu ini adalah ide yang luar biasa. Tidak hanya kedokteran olahraga, dunia pembedahan juga membutuhkan Augmented Reality yang dapat membantu ahli bedah sebelum operasi kompleks atau siswa kedokteran dalam praktek mereka,
Di sini, ada cara lain juga untuk menggunakan obat dan ide digitalilasi healthcare. Sama seperti setiap spesialisasi lainnya, obat-obatan olahraga akan banyak berubah karena AR / VR, pelacak, produk pakaian, atau eksoskeleton. Tantangannya adalah kita harus belajar bagaimana menggunakan teknologi tersebut untuk membuat dokter olahraga lebih baik di pekerjaan mereka tanpa kehilangan sentuhan manusia yang utuh. Pasien membutuhkan penanganan yang cepat dan tepat, sementara dokter juga dapat membuat keputusan dengan cepat dan tepat.
Demikian ulasan era baru dari teknologi kedokteran saat ini, harapannya dengan adanya artikel ini dapat membawa kita pada suatu gambaran terkini tentang teknologi olahraga yang semakin berkembang. Sebagian dari artikel ini di tulis dari pengembangan informasi di The Medical Futurist Institute yang di gagas oleh Dr. Bertalan Masko, Ph.D. Selanjutnya, semoga teknologi kesehatan ini dapat terus kita rasakan manfaatnya untuk kehidupan yang lebih baik lagi di masa depan.
Referensi
[1] Pesta Olahraga Asian Games 2018, https://id.wikipedia.org/wiki/Pesta_Olahraga_Asia_2018. Diakses pada 15 Agustus 2018.
[2] Anggaran Dana Asian Games 2018, https://www.viva.co.id/sport/gelanggang/1064290-belum-mulai-asian-games-2018-sudah-makan-dana-rp7-2-triliun. Diakses pada 15 Agustus 2018.
[3] Penelitian Cidera Hamstring dan Informasi Genetika,  Medical Hypotesis, Diakses pada 15 Agustus 2018.
[4] Pengertian Genome, https://id.wikipedia.org/wiki/Genom, Diakses pada 15 Agustus 2018.
[5] Athletigen, https://athletigen.com/, Diakses pada 15 Agustus 2018.
[6] Start Up Habit, https://habit.com/, Diakses pada 15 Agustus 2018.
[7] Sensor Alat Kesehatan, https://medicalfuturist.com/top-healthcare-wearables, Diakses pada 15 Agustus 2018.
[8] Aplikasi Pebble Time, https://www.fitbit.com/health, Diakses pada 15 Agustus 2018.
[9] Aplikasi Android Sleep, https://lifehacker.com/5993005/five-best-sleep-tracking-gadgets-or-apps, Diakses pada 15 Agustus 2018.
[10] Aplikasi PIP, https://thepip.com/en-eu/, Diakses pada 15 Agustus 2018.
[11] Aplikasi Vert, https://www.myvert.com/, Diakses pada 15 Agustus 2018.
[12] Aplikasi Blast Motion, https://blastmotion.com/, Diakses pada 15 Agustus 2018.
[13] Alat Pelacak Kegiatan Olahraga, https://www.catapultsports.com/, Diakses pada 15 Agustus 2018.
[14] Info pemasok alat pelacak dalam olahraga, https://www.athleticbusiness.com/equipment/infographic-wearable-tech-and-preventing-sports-injuries.html, Diakses pada 15 Agustus 2018.
[15] Teknologi Chip Pendeteksi Gerakan, https://www.zebra.com/us/en/nfl.html, Diakses pada 15 Agustus 2018.
[16] Teknologi Zephyr yang berbasis di Maryland didukung oleh , Diakses pada 15 Agustus 2018. Medtronic, https://www.zephyranywhere.com/online-store, Diakses pada 15 Agustus 2018.
[17] HexoSkin, Kaos Cerdas Olahraga, https://www.hexoskin.com/, Diakses pada 15 Agustus 2018.
[18] Perlengkapan kaos baju berbasis sensor untuk olahraga, https://www.d3o.com/ Diakses pada 15 Agustus 2018.
[19] Rangkuaman alat Inovasi pada olahraga, https://www.sporttechie.com/the-3-most-innovative-sports-tech-products-from-ces-2015/, Diakses pada 15 Agustus.
[20] Helm olahraga di masa depan, https://www.nasabone.com/technology-future-sports-injury-prevention/.  Diakses pada 15 Agustus.
[21] Teknologi Kedokteran Olahraga di Masa Depan, https://medicalfuturist.com/future-of-sports-medicine.  Diakses pada 15 Agustus.
[22] Alat The AlterG Anti-Gravity Treadmill memungkinkan pasien untuk berolahraga tanpa menanggung berat badan penuh mereka, http://alterg-com-backup.azurewebsites.net/products/anti-gravity-treadmills/m320-f320/professional-pt.  Diakses pada 15 Agustus.
[23] 7 Teknologi Rehabilitasi Medik, https://summitphysio.co.uk/news/7-rehab-technologies-revolutionising-industry/.  Diakses pada 15 Agustus.
[24] Teknologi Robot Eksoskeleton, https://www.technologyreview.com/s/546276/this-40000-robotic-exoskeleton-lets-the-paralyzed-walk/.  Diakses pada 15 Agustus.
[25] Robot Eksoskelton membantu seorang yang lumpuh di pernikahan, https://www.rt.com/usa/197572-paralyzed-man-wedding-robotic-exoskeleton/.  Diakses pada 15 Agustus.
Kita tahu kalau olahraga adalah kegiatan yang membutuhkan fisik dan berkegiatan fisik. berbeda dengan orang yang tidak mau olahraga alias males gerak yang berdiam mulu depan laptop dan tidak mau gerak? karena lambat laun kegiatan tersebut malah akan menimbulkan penyakit seperti diabtes, dan kegaitan lain yang mengakibatkan penyakit menahun.
terimakasih kak , artikel ini menambah wawasan saya. semoga sehat selalu