Mari sejenak kita mengenal terlebih dahulu apa itu bedah dalam dunia kedokteran. Operasi pembedahan yang dilakukan seorang dokter di rumah sakit membutuhkan teknologi dan alat kesehatan, khususnya untuk dapat membantu dan memudahkan segala macam bentuk proses bedah agar dapat memberikan hasil terbaik bagi pasien yang hendak di operasi. Bedah berasal dari kata Bahasa Inggris yaitu Surgery dan Bahasa Yunani yaitu Cheirourgia yang artinya Pekerjaan Tangan. Bedah atau pembedahan merupakan suatu spesialiasi dalam bidang kedokteran yang dapat mengobati penyakit atau luka dengan operasi manual dan instrumen. Ahli Bedah atau Surgeon dapat merupakan seorang Dokter, Dokter Gigi atau Dokter Hewan yang memiliki spesialisasi dalam bidang ilmu bedah dan anatomi. Bicara bedah, berarti kita bicara tentang bagaimana seorang dokter melakukan operasi tindakan untuk melihat kedalaman tubuh dengan di bedah, atau memotong bagian tubuh terkait agar dapat melakukan operasi kedokteran atau juga menindaklanjuti hal terkait pengangkatan penyakit atau lainnya yang di derita oleh seorang pasien dan bisa berbagai macam kemungkinan kebutuhan seorang pasien lainnya.
Masa Depan Teknologi Operasi Pembedahan
Masa depan operasi pembedahan memberikan keterbukaan hubungan yang besar antara manusia dan teknologi, yang dapat mengembangkan tingkat presisi dan efisiensi bedah operasi dengan kemungkinan sangat tinggi serta dapat memberikan hasil yang diharapkan terbaik bagi pasien. Beragam pertanyaan yang sering muncul adalah apakah mungkin kita dapat memiliki robot bedah kecil yang mampu mengeksplorasi kedalaman tubuh? atau mungkin juga apakah suatu hari nanti kita bisa melihat suatu robot dapat masuk dan keluar dari organ tubuh pasien dengan mudah dan memberikan hasil terbaik untuk para pasien yang membutuhkan? mungkin inilah sebagian pertanyaan yang perlu kita garis bawahi karena semakin hari, teknologi pembedahan bukanlah hal yang rumit bila kita cermati karena besarnya dampak trend teknologi digital baru baru ini semakin memberikan banyak pengembangan dari teknologi bedah itu sendiri. Hal hal seperti itu bukan tidak mungkin, karena kalau kita flasback dan melihat sejarahnya pada masa Mesir kuno, dokter pada saat itu sudah melakukan operasi bedah invasif dengan peralatan kerja yang seadanya dan itu sudah berlangsung sejak masa 3.500 tahun silam sampai dengan sekarang. Dan di abad ini kita bisa melihat telah banyak sekali mode perkembangan teknologi bedah yang menakjubkan, oleh karena itu tulisan pada artikel ini menjadi suatu bacaan yang dapat memberikan gambaran umum tentang kemajuan teknologi bedah yang semakin hari terus mengalami perubahan dari waktu ke waktu.
Baru-baru ini dalam sebuah artikel yang tertulis oleh Dr. Mesko Bartalan di Medical Futurist[1], di paparkan berbagai pengembangan teknologi yang dapat memudahkan proses pembedahan. NASA pernah bekerja sama dengan perusahaan medis Amerika yaitu Virtual Incision[2] untuk mengembangkan robot yang dapat ditempatkan di dalam tubuh pasien dan kemudian dikendalikan dari jarak jauh oleh seorang ahli bedah. Pada titik ini, kita dapat melihat bahwa teknologi sangat membantu dalam proses operasi pembedahan, dimana pembedahan sudah dapat di lakukan dari jarak jauh oleh seorang ahli bedah. Namun, hal ini juga dapat memungkinkan sebuah paradigma baru dan anggapan lainnya bahwa kedepan dengan adanya perkembangan teknologi bedah dan kecerdasan buatan pada suatu robot bedah dapat menggantikan keberadaan ahli bedah yang dalam hal ini adalah seoarang dokter. Kenyataannya belum tentu demikian karena bagaimanapun Ahli Bedah sangatlah di perlukan untuk dapat menunjang dan mengarahkan lebih detail terhadap tindakan apa saja yang perlu di lakukan kepada seorang pasien dengan menggunakan perasaan dan rasa kemanusiannya. Jadi anggapan bahwa keberadaan teknologi dapat menggantikan seorang dokter dan ahli bedah itu tidaklah dapat di benarkan dan pada umumnya hadirnya teknologi bertujuan untuk mempermudah suatu kegiatan dan hasil yang efektif terhadap kehidupan sekitar bukan malah menggantikan atau menutup ruang interaksi antar manusia dan teknologi
Berikut adalah beberapa teknologi yang akan berdampak besar pada masa depan bedah operasi.
1) Virtual Reality
Untuk pertama kalinya dalam sejarah kedokteran, pada April 2016, ahli bedah kanker Dr. Shafi Ahmed melakukan operasi menggunakan kamera Virtual Reality di Rumah Sakit Royal London[3]. Ini adalah langkah besar untuk operasi pembedahan. Semua orang dapat berpartisipasi dalam operasi secara real time melalui situs web VR dan di OR app, yaitu sebuah aplikasi yang dapat menghubungkan secara real time suatu proses operasi pembedahan.
Hal tersebut dapat membuka cakrawala baru untuk pendidikan kedokteran masa kini serta untuk pelatihan ahli bedah. VR dapat meningkatkan pengalaman mengajar dan belajar dalam kedokteran ke tingkat yang baru. Saat ini, hanya beberapa mahasiswa yang dapat melihat langsung seorang ahli bedah selama operasi. Dengan cara ini, dapat menantang kita untuk mempelajarinya. Dengan menggunakan VR, ahli bedah dapat melakukan streaming dan melihat langsung secara global dan memungkinkan mahasiswa kedokteran untuk benar-benar ada di Operation Room menggunakan kacamata VR mereka. Tim The Body VR[4] menciptakan konten VR edukasi serta simulasi yang dapat membantu dan menunjang proses pendidikan kedokteran bagi spesialisasi dokter ahli bedah,.
2) Augmented Reality
Karena ada banyak yang kebingungan seputar VR (Virtual Reality) dan AR (Augmented Reality), izinkan melalui artikel ini coba untuk dapat menjelaskannya dalam bahasa sederhana. AR berbeda dalam segi fitur dengan VR. Pengguna AR memungkinkan untuk tidak kehilangan kontak dengan kenyataan, sementara VR menempatkan informasi ke penglihatan secepat mungkin dan ini memungkinkan akan terjadinya penghlihatan yang kurang sempurna. Dengan ciri khas ini, ia memiliki potensi besar dalam membantu ahli bedah menjadi lebih efisien dalam operasi. Apakah mereka melakukan prosedur minimal invasif atau mencari tumor di hati, aplikasi kesehatan AR dapat membantu menyelamatkan nyawa dan mengobati pasien dengan mulus.
Seperti yang bisa kita diduga, pasar AR sedang ramai saat ini. Semakin banyak yang muncul di permukaan, menjanjikan sebuah inovasi Start Up, Seperti misalnya perusahaan Atheer[5] mengembangkan aplikasi Aero berbasis Cloud yang dapat dipakai dan didukung Android untuk meningkatkan produktivitas, kolaborasi, dan output dalam dunia kedokteran. Sistem visualisasi medis 3D yang tepat dari EchoPixel[6] juga memungkinkan dokter untuk berinteraksi dengan organ dan jaringan khusus pasien dalam ruang 3D terbuka. Ini memungkinkan dokter untuk segera mengidentifikasinya dan memberikan diagnosa dengan tepat dan cepat.
3) Bedah robotika
Robot bedah adalah keajaiban teknologi untuk operasi bedah yang sangat menakjubkan pada abad ini. Menurut analisis pasar, industri ini akan meledak. Pada tahun 2020 hingga 2030, penjualan robotika bedah diperkirakan hampir dua kali lipat menjadi kurang lebih mencapai $ 6,4 miliar[7] dalam kurun waktu yang signifikan.
Robot bedah yang paling dikenal adalah Da Vinci Surgical System[8], dan percaya atau tidak, alat tersebut sudah diperkenalkan 15 tahun yang lalu dengan berbagai kekurangan dan pengembangannya terus dilakukan sampai saat ini. Ada banyak hal yang di tawarkan oleh teknologi bedah robotik ini, salah satunya adalah fitur sistem visi 3D high-definition yang dapat memungkinkan untuk dapat memperbesar penampakan gambar. Lalu fitur lainnya pada saat bedah di lakukan, robot ini sudah di lengkapi dengan bentuk instrumen pergelangan tangan yang berukuran sesuai dan sesuai dengan anatomi tangan manusia, selanjutnya juga dapat membungkuk dan memutar sehingga pada saat pembedahan dokter akan melihat gambar operasi yang jauh lebih tepat dan bagus serta memudahkan proses operasi kepada pasien. Dengan Sistem Bedah da Vinci, ahli bedah beroperasi hanya melalui beberapa sayatan kecil. Dokter bedah 100% mengendalikan sistem robotik setiap saat, dan dia dapat melakukan operasi yang lebih tepat daripada yang diperkirakan sebelumnya karena sistem resolusi dan keakurasian yang di tawarkan pada mesin robotiknya.
Baru-baru ini, Google telah mengumumkan bahwa mereka mulai bekerja sama dengan raksasa Farmasi Johnson & Johnson dalam menciptakan sistem robot bedah baru[9]. Mereka bukan satu-satunya pesaing, Robot AXSIS[10], yaitu sebuah robot yang di kembangkan oleh Konsultan Cambridge juga bertujuan untuk mengatasi keterbatasan yang ada pada Da Vinci, seperti ukurannya yang besar dan ketidakmampuan untuk bekerja dengan jaringan yang sangat kecil dan rapuh. Robot AXSIS lebih mengandalkan komponen yang fleksibel dan bentuk yang kecil seperti ukuran cacing. Para pengembang dan peneliti percaya bahwa robot tersebut dapat digunakan nantinya dalam bidang oftalmologi, misalnya dalam operasi bedah katarak dan tindakan operasi yang membutuhkan tingkat akurasi yang tinggi pada saat pembedahan.
4) Minimally Invasive Surgery
Bedah laparoskopik, juga dikenal sebagai bedah lubang kunci atau bedah invasif minimal, dapat mengurangi trauma pada tubuh yang disebabkan oleh bedah terbuka konvensional, karena sayatan yang dibuat jauh lebih kecil. Prosedur yang efisien ini dilakukan dengan menggunakan peralatan laparoskopik canggih yang dimasukkan melalui 3–4 sayatan kecil seukuran lubang kancing. Dokter bedah akan dapat melihat gambar yang diperbesar dan mendetil dari organ-organ bagian dalam dengan memasukkan sebuah alat untuk melihat melalui sayatan-sayatan ini. Setelah prosedur selesai, sayatan-sayatan kecil tersebut dijahit, dan akan meninggalkan jaringan parut yang terlihat minimal. Bedah laparoskopik dapat digunakan untuk keperluan diagnostik dan teknik laparoskopik digunakan dalam berbagai operasi dan prosedur. Bedah invasif minimal dapat dilakukan dengan menggunakan bedah robotik dimana dokter bedah mengendalikan robot dari sebuah konsol. Kamera 3D definisi tinggi memungkinkan diperolehnya tampilan yang lebih baik terhadap area yang dioperasi dan fleksibilitas tangan robot memberikan ketelitian serta kendali yang lebih besar bagi dokter bedah. Bedah Invasif Minimal dapat dilakukan dari Kepala hingga Kaki [11]
Di sisi lainnya ada pengembangan yang terjadi yaitu seperti misalnya, Perangkat medis start-up Levita[12] bertujuan untuk menyempurnakan prosedur tersebut dengan Sistem Bedah Magnetik. Ini adalah platform teknologi inovatif memanfaatkan retraksi magnetik yang dirancang untuk memahami dan menarik kembali kantong empedu selama operasi laparoskopi. Selanjutnya kita bisa melihat Perusahaan FlexDex[13] yang memperkenalkan mekanisme kontrol baru untuk alat invasif minimal. Ini mentransmisikan gerakan dari pergelangan tangan ahli bedah ke sendi instrumen sepenuhnya secara mekanis dan harganya jauh lebih rendah daripada robot bedah. Dengan melihat dua perusahaan tersebut kita bisa menarik sebuah kenyataan bahwa saat ini telah terjadi
5) 3D-Printing dan Simulasi Dalam Perencanaan Pra-Operasi dan Pendidikan
Operasi rumit dan berisiko memakan waktu berjam-jam membutuhkan banyak perencanaan yang matang. Teknologi yang ada seperti pencetakan 3D atau berbagai teknik simulasi banyak membantu dalam mereformasi praktik medis dan metode pembelajaran serta pemodelan dan perencanaan prosedur bedah yang berhasil dalam ruang yang kompleks.
Pada Maret 2016 di Cina, tim dokter yang telah berpengalaman puluhan tahun memutuskan untuk membangun model jantung bayi berukuran kecil yang terlahir dengan cacat jantung[14]. Tujuan mereka adalah merencanakan operasi yang sangat rumit pada jantung mungil. Ini adalah pertama kalinya seseorang menggunakan metode ini di Tiongkok. Tim profesional medis berhasil menyelesaikan operasi tersebut dan Anak laki-laki itu selamat dengan tidak ada efek buruk yang terjadi pasca operasi tersebut.
Kabar lainnya juga Pada bulan Desember 2016, seorang dokter di Uni Emirat Arab telah menggunakan teknologi pencetakan 3D untuk pertama kalinya dalam membantu mengangkat tumor kanker dari ginjal wanita berusia 42 tahun dengan aman[15]. Dengan bantuan bantuan cetak 3D yang dipersonalisasi, tim mampu merencanakan operasi dengan hati-hati serta mengurangi prosedur hingga satu jam penuh.
Teknologi ini mulai mendapat pijakan juga dalam pendidikan kedokteran. Untuk memberikan ahli bedah dan para mahasiswa kedokteran kemudahan dengan alternatif untuk dapat melihat secara langsung bentuk bentuk bagian tubuh manusia, seorang dokter di University of Rochester Medical Center (URMC) telah mengembangkan cara menggunakan pencetakan 3D untuk membuat organ buatan. Mereka terlihat, merasa, dan bahkan berdarah seperti yang asli.[16]
Untuk memperluas platform metode yang tersedia secara efektif dan dapat mempelajari cara yang ada, dengan adanya teknologi saat ini pendidikan operasi Bedah telah dapat mengembangkan sistem simulasi[17], pada dasarnya sistem simulasi ini adalah sebuah aplikasi untuk berlatih prosedur bedah mulai dari operasi jantung hingga operasi turnel-karpal yang banyak di jumpai dalam berbagai macam proses pembedahan.
6) Live Diagnostic
Baru baru ini kita bisa melihat adanya inovasi baru, sebuah Pisau bedah cerdas (iKnife) telah dikembangkan oleh seorang peneliti yaitu Zoltan Takats di Imperial College London[18]. Alat tersebut bekerja dengan menggunakan teknologi lama di mana arus listrik memanaskan jaringan untuk membuat sayatan dengan menghilangkan darah yang seminimal mungkin. Dengan iKnife, spektrometer massa menganalisa terdapat asap yang menguap untuk mendeteksi bahan kimia dalam sampel biologis. Ini berarti dapat mengidentifikasi apakah jaringan itu ganas atau tidak secara real-time.
Teknologi ini sangat berguna dalam mendeteksi kanker pada tahap awal dan dengan demikian dapat menggeser arah pengobatan kanker ke arah pencegahan.
7) Artificial Intelligence akan bekerja sama dengan robot bedah
Catherine Mohr[19], Wakil Presiden bidang strategi di Intuitive Surgical dan ahli di bidang robotika bedah, seorang ilmuwan yang ahli di bidang bedah robotik dan teknologi berkelanjutan, dia memegang banyak hak paten untuk peralatan medis dan pengembangan teknologi lainnya, Dr. Mohr telah terlibat banyak dengan beberapa perusahaan baru dan hari ini beliau adalah juga seorang Direktur Senior Penelitian Medis untuk Bedah Intuitif, yang dimana beliau juga merupakan seorang yang terlibat dalam pembuatan sistem bedah robotik da Vinci. Dia memiliki gelar medis dan gelar di bidang teknik mesin dan telah bekerja di bidang energi dan transportasi alternatif – termasuk kendaraan energi alternatif, dan teknologi berkelanjutan. Selama pelatihan awalnya sebagai seorang insinyur mekanik di Laboratorium AI MIT, Mohr mengembangkan tangan robot yang sesuai dan dapat dirancang untuk bekerja di lingkungan yang tidak terstruktur dan dinamis. Kemudian, saat mengejar pada pendidikan Medical Doctor, MD di Stanford, ia mengidentifikasi kebutuhan untuk instrumen bedah laparoskopi yang baru dan berkolaborasi untuk mengembangkan sebuah lambung pintas Roux-En-Y Robotik pertama sepenuhnya, dan kemudian memulai sebuah perusahaan untuk mengkomersialkan perangkat “LapCap” untuk aman mendirikan pneumoperitoneum
Dr. Mohr percaya bahwa operasi bedah akan membawa perkembangan ke tingkat selanjutnya dengan kombinasi robotika bedah dan kecerdasan buatan[20]. Dia sangat senang melihat IBM Watson[21], Google Deepmind’s Alpha Go[22], Algoritma Google atau Algoritme pembelajaran mesin dapat memiliki peran dalam prosedur bedah. Dia membayangkan kemitraan yang erat antara manusia dan mesin, dengan sama sama dapat mengimbangi kelemahan yang lainnya.
Dalam pandangannya kedepan, AI akan menjadi seperti sebuah sistem teknologi mendalam, dan memungkinkan akan terjadinya diagnosa suatu penyakit dan kelainan. Ini juga akan memberikan bimbingan dan metode baru kepada para ahli bedah atas setiap keputusan bedah yang akan mereka ambil dan mungkin mereka juga terkadang sangat sulit untuk menyelesaikan dan mencari solusi apabila menemukan masalah yang kompleks dan belum dapat di selesaikan dengan baik oleh teknologi yang sudah ada sebelumnya.
Dr. Mohr memberikan pendapatnya bahwa masa depan operasi, sama seperti masa depan kedokteran tentang bagaimana kerjasama yang erat antara manusia dan teknologi medis. Bahwa robot dan produk lain dari perkembangan teknologi yang cepat tidak akan menggantikan manusianya. Keduanya akan saling melengkapi satu sama lainnya dengan cara yang sinergis seperti yang belum pernah kita lihat dan kita impikan. Untuk itulah sudah menjadi tugas kita semua agar dapat memahami, meneliti, mempelajari dan mengembangkan keilmuwan dan literatur yang ada saat ini agar perkembangan teknologi tersebut dapat kian terasa dan memberikan kebermanfaatan yang nyata bagi semuanya.
Baca juga: Ternyata Manusia Mengalami Pembedahan Setiap Harinya
Referensi
[1] Medical Futurist, tentang masa depan teknologi bedah. http://medicalfuturist.com/the-technological-future-of-surgery. Diakses pada 28 Februari 2024.
[2] Berita tentang Nasa menciptakan robot bedah kecil, https://www.independent.co.uk/life-style/gadgets-and-tech/surgery-in-space-nasa-helps-develop-matrix-like-robot-that-slips-in-through-your-belly-button-9235573.html. Diakses pada 28 Februari 2024.
[3] Ahli bedah kanker Dr. Shafi Ahmed melakukan operasi menggunakan kamera Virtual Reality, https://www.theguardian.com/technology/2016/apr/14/cutting-edge-theatre-worlds-first-virtual-reality-operation-goes-live. Diakses pada 28 Februari 2024.
[4] Perusahaan Start Up The Body VR, http://thebodyvr.com/. Diakses pada 28 Februari 2024.
[5] Perusahaan Start Up Atheerair, https://www.atheerair.com/. Diakses pada 28 Februari 2024
[6] Perusahaan Start Up Echopixeltech, http://www.echopixeltech.com/. Diakses pada 28 Februari 2024
[7] Perkembangan Robotik Medis terkini, https://medicalfuturist.com/9-exciting-medical-robot-facts/. Diakses pada 28 Februari 2024.
[8] Perusaahn Bedah RobotiK Da Vinci, http://www.davincisurgery.com/. Diakses pada 28 Februari 2024.
[9] Kerja sama Google dengan Johnson and Johnson, https://www.jnj.com/media-center/press-releases/johnson-johnson-announces-definitive-agreement-to-collaborate-with-google-to-advance-surgical-robotics. Diakses pada 28 Februari 2024.
[10] Pengembangan Robot Bedah oleh Cambridge Consultant, https://www.cambridgeconsultants.com/home. Diakses pada 28 Februari 2024.
[11] Pengertian bedah minimal invasiv, https://www.mountelizabeth.com.sg/id/medical-specialties/advanced-surgical-procedures/mis. Diakses pada 28 Februari 2024.
[12] Perusahaan Start Up Levita, http://levita.com/. Diakses pada 28 Februari 2024
[13] Perusahaan Fledex, www.medgadget.com/2015/12/flexdex-a-new-control-system-for-minimally-invasive-surgical-tools.html. Diakses pada 28 Februari 2024.
[14] Inovasi Jantung Bayi Buatan, medicalfuturist.com/5-jaw-drapping-stories-of-digital-health-technology-saving-lives/. Diakses pada 28 Februari 2024.
[15] 3D Printed Surgical, http://www.3ders.org/articles/20161212-3d-printed-surgical-aid-helps-uae-doctors-save-womans-kidney.html. Diakses pada 28 Februari 2024.
[16] Organ 3D Buatam https://newatlas.com/artificial-organs-bleed-realistic/46538/. Diakses pada 28 Februari 2024.
[17] Sistem simulasi bedah, https://www.touchsurgery.com/peer-reviewed-research. Diakses pada 28 Februari 2024.
[18] Pisau Bedah Cerdas iKnife, www.bbc.com/news/health-23348661. Diakses pada 28 Februari 2024.
[19] Profile Ilmuwan Bedah Dr. Mohr, https://exponential.singularityu.org/medicine/faculty2017/catherine-mohr/?utm_source=hub&utm_medium=referral&utm_campaign=xmed16&utm_content=october11inarticle. Diakses pada 28 Februari 2024.
[20] Robot dan AI, https://singularityhub.com/2016/10/11/the-future-of-surgery-is-robotic-data-driven-and-artificially-intelligent/. Diakses pada 28 Februari 2024.
[21] IBM Watson, https://www.ibm.com/watson/. Diakses pada 28 Februari 2024
[22] Google Deepmind Alpha Go, https://deepmind.com/applied/deepmind-health/. Diakses pada 28 Februari 2024.
Alumni Teknik Elektromedik, Politeknik Kesehatan Jakarta II, Kementerian Kesehatan Indonesia. Menekuni Biomedical Engineering, Kecerdasan Buatan, Radiologi, Medical Robotic & IV-D.