Oleh:Â Febiyanto
Siapa diantara kita yang tidak mengenal kolesterol? Kolesterol secara alami merupakan lemak yang berada dalam aliran darah tubuh manusia dan selebihnya berasal dari asupan makanan seperti daging. Tak jarang kolesterol ini sering digadang-gadang menjadi musuh utama bagi masyarakat [1], tidak hanya di Indonesia tapi bagi masyarakat dunia. Hal ini karena kolesterol merupakan lemak dalam darah yang dinilai cukup merugikan jika melebihi ambang batas normal. Namun dalam keseharian kita, baik secara sadar atau tidak seringkali kita mengkonsumsi kolesterol.
Akhir-akhir ini, masyarakat Indonesia mulai menyadari mengenai betapa pentingnya pola hidup yang seimbang. Salah satunya adalah kesadaran akan mengkonsumsi daging sebagai asupan pembangun tubuh. Sayangnya, pola konsumsi terhadap daging tak jarang dilakukan secara berlebihan sehingga meningkatkan kandungan kolesterol dalam darah. Kandungan kolesterol yang berlebih dalam tubuh akan menimbulkan efek samping yang berbahaya diantaranya adalah gangguan atau serangan jantung. Penyakit jantung merupakan salah satu penyakit yang masih menempati urutan papan atas diantara jajaran penyakit paling mematikan di dunia.
Serangan jantung dapat terjadi karena kolesterol yang terbawa dalam aliran darah menumpuk atau menempel pada dinding pembuluh darah kemudian menghambat laju aliran darah. Dalam waktu tertentu, kolesterol ini dapat menghambat secara total aliran darah dalam pembuluh. Pembuluh darah yang terhambat, jika tidak ditangani dengan segera dapat menimbulkan penyakit stroke karena terjadi pemecahan pembuluh darah dalam tubuh. Tentunya penyakit ini sangatlah berbahaya sehingga perlu didampingi dengan pola konsumsi daging yang seimbang dan berupaya menerapkan pola hidup sehat. Meskipun begitu, usaha untuk menurunkan kadar kolesterol pada daging menjadi sektor penelitian yang menarik untuk dikaji lebih mendalam. Hal ini karena erat kaitannya dengan peningkatan kesadaran akan pola konsumsi daging yang meningkat akhir-akhir ini.
Berdasarkan penelitian terbaru, kandungan kolesterol pada sampel lemak daging sapi dapat diturunkan kadarnya melalui penggunaan kitosan termodifikasi. Kitosan merupakan biopolimer linier (Gambar 1 (a)) atau merupakan turunan dari kitin yang dapat diperoleh dengan mudah karena ketersediaannya melimpah di alam, tidak beracun dan mudah diuraikan oleh alam [2], contohnya kitin dari limbah kulit udang. Penelitian yang dilakukan oleh Kurniasih dan tim risetnya [3], menyebutkan bahwa kitosan termodifikasi atau N-metil kitosan mampu menurunkan konsentrasi kolesterol pada sampel lemak daging sapi. N-metil kitosan ini dapat diperoleh melalui reaksi reduksi aminasi (lingkaran merah) dengan penggunaan senyawa NaBH4 (natrium borohidrida) [4]. Sintesis ini dilakukan melalui prosedur sebagai berikut:
(1) 100 mL larutan kitosan 1% dalam asam asetat 1% ditambahkan dengan formaldehid 10% pada temperatur kamar kemudian diaduk selama 1 jam;
(2) pH larutan dikondisikan sedemikian rupa hingga mencapai pH 4,5 dengan penambahan larutan basa NaOH 1 M (natrium hidroksida);
(3) larutan kemudian ditambahkan dengan 2,6 mL NaBH4 10% dalam air dan diaduk selama 90 menit;
(4) campuran kemudian dikondisikan kembali pH-nya hingga mencapai pH 10 melalui penambahan NaOH 1 M sehingga menghasilkan endapan yang merupakan produk N-metil kitosan;
(5) endapan disaring, dicuci dengan akuades hingga pH filtrat netral, dan dikeringkan pada temperatur 35℃ hingga N-metil kitosan benar-benar kering.
Gambar 1. Struktur kitosan (a) dan N-metil kitosan (b) [1].
Berdasarkan penelitian, menunjukkan bahwa N-metil kitosan yang dihasilkan memiliki karakteristik Derajat Subtitusi (DS) sebesar 0,02; ukuran pori 1,31 x 102 Ǻ; bobot molekul sebesar 130.106,8 g/mol, persentase indeks swelling sebesar 495,04%; dan menunjukkan profil kinetika adsorpsi isoterm Freundlich. Pengujian terhadap sampel kolesterol lemak daging sapi menunjukkan bahwa N-metil kitosan mampu menyerap kolesterol lemak sapi sebesar 11,61 mg, lebih tinggi dibandingkan dengan kitosan kontrol (tanpa modifikasi struktur) yang hanya sebesar 10,06 mg per 1 g sampel. Melalui penelitian ini, Kurniasih selaku ketua tim riset mengemukakan bahwa modifikasi struktur kitosan menjadi N-metil kitosan (Gambar 1b) menghasilkan turunan struktur yang bersifat amfifilik (mampu bersifat hidrofilik dan hidrofobik) karena memilki struktur rantai hidrofobik (tidak larut air) dan hidrofilik (larut air) sehingga meningkatkan kemampuan adsorpsi terhadap kolesterol lemak sapi. Meskipun begitu, penelitian ini diharapkan dapat dikembangkan lebih lanjut sehingga meningkatkan daya adsorpsinya terhadap kolesterol dan dapat diterapkan dalam sektor terkait.
Daftar Pustaka
- A. Purwaningtyas dan A.S.S. Ridwan (2018). Perbandingan Pemberian Susu Kedelai dengan Jus Alpukat Terhadap Kadar Kolesterol Pada Anak Obesitas di SD Negeri 1 dan 2 Katerban Kutoarjo Purworejo, Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmiah Kesehatan, 3(1): 1-15.
- . V. A. Soma, Daniel dan C. Saleh (2018). Penentuan Derajat Asilasi (DA) dengan Metode Base Line dari Sintesis N-Aldimin Kitosan, Jurnal Atomik, 3(1): 9-12.
- Kurniasih, T. Setyaningtyas, D. Kartika, E.H. Badriyah dan K. Riyani (2017). Adsorpsi Kolesterol Lemak Sapi dengan N-Metil Kitosan, Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan, 12(2): 103-111.
- [2] Kurniasih, R.S. Dewi, Purwati, D. Hermawan, H.Y. Aboul-Enein (2017). Synthesis, Characterization and Antifungal Activity of Methyl Chitosan and Its Application on the Gauze, Current Bioactive Compound, 13.