Biasanya, ketika arkeolog menggali lantai sebuah bangunan, mereka akan menemukan barang-barang seperti ubin gerabah kuno atau mosaik Romawi yang indah. Namun, tim peneliti di Belanda pada Desember 2024 menemukan sesuatu yang jauh lebih aneh, bahkan bisa disebut mengerikan: tulang belulang. Tulang-tulang tersebut disusun dengan sangat rapi dan ditemukan di dalam sebuah bangunan yang terletak di Achterdam, sebuah kawasan yang kini dikenal sebagai bagian dari Red Light District di kota Alkmaar, Belanda.

Menurut para ahli, tulang-tulang yang ditemukan ini berasal dari bangkai sapi, dan kemungkinan besar sudah ada di sana sekitar 500 tahun yang lalu, pada saat bangunan tersebut sedang dibangun. Ini berarti tulang-tulang tersebut berada di tempat itu jauh sebelum Achterdam menjadi kawasan yang terkenal dengan kegiatan di Red Light District. Penemuan ini memberikan wawasan yang menarik tentang kehidupan dan kebiasaan masyarakat pada masa lalu, serta bagaimana tempat-tempat tertentu bisa mengalami perubahan besar seiring berjalannya waktu.
“Pertanyaannya adalah mengapa tulang digunakan untuk menggantikan ubin,” kata seorang juru bicara pemerintah kota Alkmaar, Gemeente Alkmaar, seperti yang dilaporkan oleh Daily Mail. “Ubin sebenarnya tidak memerlukan bahan khusus dan sering digunakan dalam konstruksi. Ada kemungkinan tulang-tulang tersebut diletakkan di sana dengan alasan tertentu. Mungkin saja itu terkait dengan keterampilan atau pekerjaan tertentu yang dilakukan di lokasi tersebut. Atau, bisa jadi ini adalah solusi yang lebih murah,” tambahnya. Penataan tulang yang begitu teratur mungkin dilakukan jika jumlah ubin yang tersedia tidak mencukupi, atau untuk menutup lubang yang muncul akibat kerusakan pada lantai bangunan.
Baca juga: Bagaimana Bisa Tulang Dinosaurus Bisa Bertahan Begitu Lama?
Pada umumnya, ubin adalah bahan bangunan yang sering digunakan untuk menutupi lantai atau dinding, dan biasanya terbuat dari bahan seperti keramik atau batu. Penggunaan tulang sebagai pengganti ubin mungkin menunjukkan kreativitas atau kebutuhan praktis di masa lalu, terutama jika sumber daya terbatas atau biaya pembangunan menjadi pertimbangan utama. Penataan tulang-tulang tersebut juga bisa menjadi solusi sementara untuk memperbaiki kerusakan pada struktur lantai tanpa perlu menggunakan bahan lain yang lebih mahal.

Achterdam adalah sebuah kawasan di Alkmaar, Belanda, yang dikenal sebagai area hiburan malam, dan terletak sekitar 30 kilometer di utara ibu kota Amsterdam. Para ahli dari dinas warisan kota setempat sedang melakukan proses rekonstruksi di sebuah rumah yang dibangun pada tahun 1609, ketika mereka menemukan tulang-tulang yang disusun rapi tersebut. Tulang-tulang itu tertutup lapisan tipis lempung, yang merupakan campuran dari pasir, lanau (sedimen halus), dan tanah liat, sebelum akhirnya ditutup dengan ubin lantai yang baru.
Baca juga: Interaksi Otot dan Tulang: Tempat Bertemunya Fisika dan Biologi
Meskipun periode pasti dari penempatan tulang-tulang tersebut masih belum diketahui, para ahli memperkirakan bahwa kejadian ini mungkin berlangsung pada abad ke-15. “Bangunan itu memang dibangun pada tahun 1609, namun kemungkinan besar fondasi dan lantai bawah tempat tulang-tulang itu ditemukan jauh lebih tua. Biasanya, rumah dibangun di atas fondasi yang sudah ada sebelumnya,” kata Nancy de Jong, petugas arsip kota Alkmaar. Temuan ini menunjukkan bahwa lapisan-lapisan yang ada di bawah lantai saat ini mungkin menyimpan petunjuk tentang sejarah yang lebih panjang dan kompleks dari tempat tersebut.
Fondasi sebuah bangunan adalah bagian struktural yang terletak di bawah tanah dan berfungsi untuk menopang seluruh berat bangunan di atasnya. Seringkali, fondasi ini dibangun di atas lapisan-lapisan yang sudah ada sebelumnya, yang bisa berupa tanah alami atau struktur bangunan yang lebih tua, menjelaskan mengapa penemuan tulang-tulang tersebut bisa terkait dengan periode yang lebih awal dari pembangunan rumah itu sendiri.

De Jong memperkirakan bahwa usia penemuan tulang-tulang tersebut bisa mencapai sekitar 1.000 tahun, mengingat kota ini pertama kali disebutkan dalam dokumen yang berasal dari abad ke-10. Tulang-tulang yang ditemukan terdiri dari metakarpal dan metatarsal, yaitu bagian tulang dari tangan dan kaki sapi, yang semuanya dipotong dengan panjang yang seragam. Namun, alasan mengapa tulang-tulang ini digunakan sebagai pengganti ubin lantai masih belum dapat dipastikan. Para ahli berpendapat bahwa penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mencari petunjuk mengenai bagaimana lantai ini digunakan pada masa itu.
Penataan tulang yang disusun dengan hati-hati ini mungkin dilakukan jika jumlah ubin yang tersedia tidak mencukupi, atau untuk menutupi lubang-lubang yang muncul akibat kerusakan pada lantai. “Kami sangat senang bisa melihat dasar penataan tulang ini secara langsung. Ini adalah kesempatan yang luar biasa untuk mengungkap bagian dari sejarah masa lalu dan memberikan informasi baru tentang cerita kota Alkmaar,” kata de Jong. Meskipun penggunaan tulang dalam bentuk seperti ini jarang ditemukan, hal ini sebenarnya bukanlah hal yang tidak mungkin terjadi di Belanda, khususnya di provinsi utara negara tersebut. Di masa lalu, jenis lantai serupa ditemukan di beberapa kota di wilayah Belanda Utara, seperti Hoorn, Enkhuizen, dan Edam. Di Hoorn, misalnya, tulang yang ditempatkan secara vertikal digunakan bersama dengan ubin keramik, yang menunjukkan bahwa teknik ini mungkin merupakan taktik yang sengaja digunakan oleh para pembuat ubin di daerah tersebut.
Metakarpal dan metatarsal adalah jenis tulang panjang yang ditemukan di tangan dan kaki, yang berfungsi sebagai penopang dan penghubung antara tulang-tulang lainnya. Penemuan ini mengungkapkan bahwa, meskipun jarang, masyarakat di masa lalu mungkin menggunakan bahan-bahan yang tersedia, termasuk tulang, sebagai bagian dari konstruksi lantai, terutama dalam situasi di mana bahan lain tidak dapat diakses atau terlalu mahal.
Baca juga: Mengubah Limbah Tulang Sapi Menjadi Bahan Tambal Gigi
Para ahli berpendapat bahwa untuk memahami sepenuhnya bagaimana lantai ini digunakan, dibutuhkan lebih banyak penelitian dan penelusuran terhadap petunjuk yang ada. Angel van de Ven, seorang ahli warisan di Gemeente Alkmaar, mengatakan bahwa penemuan lantai ini sangatlah menarik. “Masih banyak cerita yang belum terungkap dan menunggu untuk ditemukan. Kami sangat menantikan tim arkeolog kami untuk melakukan penelitian lebih lanjut di lokasi ini,” ujarnya.
Penelitian arkeologi sering kali melibatkan minat dan analisis benda-benda atau struktur yang ditemukan di bawah tanah, yang dapat memberikan wawasan tentang kehidupan masa lalu. Setiap penemuan baru, seperti lantai yang terbuat dari tulang ini, membuka peluang untuk mengungkap sejarah yang belum diketahui sebelumnya. Dengan adanya tim arkeolog yang akan melanjutkan penelitian, diharapkan lebih banyak informasi dapat ditemukan untuk memahami bagaimana di masa lalu menggunakan bahan-bahan yang ada di sekitar mereka dalam konstruksi bangunan.
REFERENSI:
Chadwick, Jonathan. 2024. Archaeologists discover a mysterious floor made of BONES in the red light district of a Dutch city. Daily Mail https://www.dailymail.co.uk/sciencetech/article-14201251/floor-bones-Amsterdam-red-light-district.html diakses pada tanggal 8 Januari 2025.