Kondisi Terkini Pencemaran Lingkungan Akibat Genosida di Gaza

Konflik yang berkepanjangan di Gaza telah membawa dampak bencana, yang tidak hanya pada kemanusiaan tetapi juga pada lingkungan. Laporan dari UNEP (United Nations Environment Programme) mengungkapkan kerusakan lingkungan yang masif akibat eskalasi konflik ini sejak Oktober 2023.

kondisi korban gaza (cover)

Konflik yang berkepanjangan di Gaza telah membawa dampak bencana, yang tidak hanya pada kemanusiaan tetapi juga pada lingkungan. Laporan dari UNEP (United Nations Environment Programme) mengungkapkan kerusakan lingkungan yang masif akibat eskalasi konflik ini sejak Oktober 2023. Genosida yang terjadi di Gaza tidak hanya menghancurkan infrastruktur tetapi juga menciptakan tantangan lingkungan yang mendalam, dengan konsekuensi beban lingkungan skala besar.

Kerusakan Infrastruktur Lingkungan

Salah satu dampak paling mencolok dari konflik ini adalah hancurnya infrastruktur pengelolaan lingkungan. Sistem pengelolaan air, limbah, dan energi telah runtuh, dengan lebih dari 57% infrastruktur air rusak atau hancur. Sebanyak 162 sumur air, serta tiga dari enam fasilitas pengolahan air limbah di Gaza telah hancur, menghasilkan pelepasan lebih dari 60.000 meter kubik air limbah ke lingkungan setiap hari. Hal ini mencemari tanah, air tanah, dan Laut Tengah, menciptakan risiko kesehatan yang serius bagi penduduk setempat.

Dampak pada Sumber Daya Air

Dengan kondisi kini, air di Gaza menjadi salah satu masalah lingkungan paling kritis. Sebelum konflik, hanya 6% penduduk Gaza yang memiliki akses ke air minum yang aman. Setelah eskalasi konflik, produksi air turun menjadi kurang dari 5% dari kapasitas normal. Penghancuran fasilitas desalinasi dan kontaminasi air tanah memperparah krisis ini. Air tanah yang sudah mengalami intrusi air laut kini juga terpapar bahan kimia beracun dan patogen akibat kebocoran limbah.

Sumber: UNEP. 2024. Environmental impact of the conflict in Gaza: Preliminary assessment of environmental impacts.

Akumulasi Puing dan Limbah Berbahaya

Selain itu, konflik ini telah menghasilkan lebih dari 39 juta ton puing, termasuk bahan berbahaya seperti asbes, logam berat, dan bahan peledak yang tidak meledak (UXO). Sebagian besar puing ini bercampur dengan sisa-sisa manusia, menciptakan risiko kesehatan dan lingkungan yang signifikan. Misalnya, di kamp-kamp pengungsi yang padat, diperkirakan sekitar 800.000 ton puing terkontaminasi dengan asbes, yang merupakan bahan karsinogenik berbahaya.

Polusi Udara dan Tanah di Gaza

Penggunaan senjata eksplosif dalam skala besar telah menghasilkan polusi udara yang parah di Gaza. Partikel debu dari bangunan yang hancur, ditambah dengan pembakaran limbah terbuka karena kurangnya fasilitas pengelolaan limbah, telah memperburuk kualitas udara. Partikel-partikel ini mengandung zat berbahaya seperti logam berat dan bahan organik yang dapat menyebabkan penyakit pernapasan kronis.

Di sisi lain, kontaminasi tanah terjadi akibat limpasan limbah medis dan kimia dari fasilitas kesehatan yang hancur. Limbah ini mengandung zat beracun yang dapat mencemari tanaman dan berdampak negatif pada ketahanan pangan di Gaza.

Dampak pada Ekosistem Laut dan Terestrial

Laut Tengah di sekitar Gaza telah menerima aliran besar air limbah yang tidak terolah. Limbah ini tidak hanya merusak ekosistem laut tetapi juga mengancam industri perikanan lokal yang menjadi salah satu sumber pangan utama bagi penduduk Gaza. Di darat, pertanian terancam oleh kontaminasi tanah dan kurangnya air irigasi yang bersih, yang telah menyebabkan penurunan hasil panen.

Tantangan Pengelolaan Limbah Gaza

Kurangnya kapasitas pengelolaan limbah di Gaza menjadi krisis yang semakin parah. Sebelum konflik, Gaza menghasilkan sekitar 1.726 ton limbah padat setiap hari. Namun, dengan keruntuhan sistem pengelolaan limbah, sebagian besar limbah ini sekarang menumpuk di lokasi darurat yang tidak terkontrol, meningkatkan risiko air lindi yang mencemari air tanah.

Dampak pada Pertanian dan Kehilangan Kapasitas Karbon

Melengkapi data dari UNEP, jurnal dari Shaheen, et al. mencatat bahwa konflik ini telah menghancurkan sekitar 40% lahan pertanian Gaza, bersama dengan lebih dari 2.000 bangunan terkait pertanian. Kehilangan ini tidak hanya mengancam ketahanan pangan tetapi juga mengurangi kemampuan Gaza untuk berfungsi sebagai penyerap karbon alami. Lahan pertanian yang subur, jika dikelola dengan baik, dapat menyerap karbon dioksida dari atmosfer, membantu mengurangi konsentrasi gas rumah kaca. Namun, penghancuran lahan ini meningkatkan emisi karbon secara keseluruhan dan memperparah krisis iklim global​.

Baca juga: Tak Hanya Korban Jiwa, Perang Juga Mengorbankan Lingkungan

Konsekuensi Jangka Panjang

Dampak lingkungan dari konflik ini meluas jauh melampaui Gaza. Sumber air utama bagi penduduk Gaza, kini tercemar oleh air limbah dan intrusi air laut. Akibatnya, akses terhadap air bersih semakin terbatas, dan kapasitas ekosistem lokal untuk mendukung kehidupan berkurang drastis. Kondisi ini memperburuk ketahanan lingkungan Gaza terhadap perubahan iklim dan memperpanjang siklus penderitaan generasi berikutnya.

Di tingkat global, kerusakan ekosistem seperti ini menambah beban pada upaya internasional untuk mengatasi perubahan iklim. Lingkungan yang rusak di zona konflik sering kali menjadi sumber emisi gas rumah kaca tambahan, yang memperburuk dampak bencana iklim pada wilayah lain di dunia​.

Genosida di Gaza tidak hanya memengaruhi warga Palestina secara langsung, tetapi juga berkontribusi pada krisis lingkungan global. Dengan emisi karbon yang signifikan, hilangnya kapasitas penyerapan karbon, dan kerusakan ekosistem jangka panjang, konflik ini memperburuk tantangan perubahan iklim. Lembaga internasional harus mengambil langkah-langkah nyata untuk mengatasi dampak lingkungan dari konflik ini, termasuk mendukung rekonstruksi yang berkelanjutan, melindungi sumber daya alam, dan memastikan bahwa upaya kemanusiaan juga mencakup komponen pelestarian lingkungan.

Referensi

UNEP. 2024. Environmental impact of the conflict in Gaza: Preliminary assessment of environmental impacts. Diakses pada 4 Januari 2025 dari https://wedocs.unep.org/20.500.11822/45739

Shaheen, et al. 2024. The war on the Gaza Strip and its consequences on global warming. Diakses pada 4 Januari 2025 dari https://doi.org/10.3389/fhumd.2024.1463902

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top