Laut Kaspia, terletak di antara Eropa dan Asia, merupakan badan air tertutup yang terbesar di dunia. Laut ini dikelilingi oleh lima negara yaitu Iran, Rusia, Kazakhstan, Turkmenistan, dan Azerbaijan. Dengan luas sekitar 371.000 km², Laut Kaspia adalah ekosistem yang kaya akan keanekaragaman hayati dan sumber daya ekonomi, seperti perikanan dan cadangan hidrokarbon. Namun, dalam beberapa dekade terakhir, Laut Kaspia menghadapi ancaman besar akibat perubahan iklim dan aktivitas manusia.
Laut Kaspia, yang merupakan badan air tertutup terbesar di dunia, kini menghadapi ancaman serius akibat perubahan iklim. Proyeksi terkini menunjukkan bahwa level air laut ini dapat turun drastis hingga akhir abad ke-21, dengan implikasi signifikan bagi ekosistem, infrastruktur pesisir, dan ekonomi regional. Berdasarkan analisis 15 model iklim CMIP6, dampak dari peningkatan suhu global terhadap Laut Kaspia sangat jelas terlihat, terutama dalam hal keseimbangan air yang semakin negatif.
Penurunan Permukaan Air Laut
Selama tiga dekade terakhir, permukaan air Laut Kaspia telah mengalami penurunan sekitar 2 meter, yang berdampak pada penyusutan area sebesar 15.000 km². Penurunan ini dipicu oleh kombinasi antara peningkatan evaporasi dan pengurangan aliran masuk dari sungai-sungai utama, termasuk Volga yang menyumbang 80% aliran masuk ke laut ini. Faktor lainnya meliputi pengurangan curah hujan dan pembangunan bendungan besar di wilayah aliran sungai.
Dalam skenario pemanasan global tinggi (SSP585), tingkat air Laut Kaspia diperkirakan akan turun hingga 14 meter pada tahun 2100. Bahkan dalam skenario moderat (SSP245), penurunan tetap signifikan, yaitu sekitar 8 meter. Penyebab penurunan ini terutama karena dominasi laju penguapan daripada presipitasi di daerah cekungan Kaspia. Kondisi ini menjadi semakin buruk karena peningkatan suhu yang mempercepat proses evaporasi, sementara curah hujan hanya meningkat secara marjinal.
Penurunan permukaan air menyebabkan dampak signifikan pada ekosistem pesisir. Banyak teluk dan wilayah pesisir yang sebelumnya menjadi habitat penting bagi flora dan fauna kini beralih menjadi lahan kering atau perairan musiman. Contohnya adalah Teluk Dead Kultuk di Kazakhstan yang sangat rentan terhadap fluktuasi air laut. Miankaleh, sebuah kawasan konservasi di Iran, juga mengalami sedimentasi yang mengganggu keutuhan ekosistemnya. Di sisi lain, Teluk Türkmenbaşy di Turkmenistan menjadi pusat penelitian dan perlindungan burung air, namun kini terancam desikasi akibat perubahan hidrologi.
Keberlanjutan Ekologi
Penelitian menunjukkan bahwa sekitar 25.000 km² wilayah Laut Kaspia berpotensi mengalami kekeringan jika tren penurunan air berlanjut. Kazakhstan merupakan negara yang paling terdampak, dengan 70% dari area yang rentan terletak di wilayahnya. Di Rusia, Iran, Azerbaijan, dan Turkmenistan, area yang terancam masing-masing berkisar antara 500 hingga 5.000 km².

Sumber: kompas.com
Dampak Lingkungan
Penurunan drastis ini akan menyebabkan desikasi lengkap di wilayah cekungan utara Laut Kaspia, termasuk Teluk Kara-Bogaz-Gol. Perubahan ini tidak hanya berdampak pada ekosistem air, tetapi juga pada keanekaragaman hayati, karena habitat penting bagi spesies unik Laut Kaspia akan hilang. Selain itu, wilayah pesisir yang mengandalkan perikanan dan pariwisata juga akan mengalami dampak ekonomi yang besar.
Analisis menunjukkan bahwa peningkatan evaporasi adalah pendorong utama penurunan level air Laut Kaspia. Model iklim mengindikasikan bahwa penguapan meningkat hingga empat kali lebih cepat daripada rata-rata kenaikan curah hujan. Hal ini terkait erat dengan fenomena pemanasan global, di mana peningkatan suhu memperbesar laju penguapan di seluruh cekungan Kaspia.
Adaptasi dan Mitigasi
Meskipun upaya global untuk membatasi kenaikan suhu hingga di bawah 2°C (skenario SSP126) akan sedikit mengurangi dampak, hal ini tidak cukup untuk mencegah “bencana Kaspia.” Oleh karena itu, negara-negara yang berbatasan dengan Laut Kaspia perlu mengembangkan strategi adaptasi bersama. Langkah-langkah ini meliputi pengelolaan sumber daya air secara berkelanjutan, pemantauan perubahan hidrologi, dan perlindungan ekosistem penting.
Selain itu, perlu pendekatan terpadu antara model iklim dan model hidrologi untuk menghasilkan proyeksi yang lebih akurat. Misalnya, memasukkan faktor-faktor seperti perubahan luas permukaan laut dan interaksi iklim dengan kondisi laut, dapat mengurangi ketidakpastian dalam estimasi masa depan.
Perubahan iklim telah memperlihatkan dampak signifikan pada Laut Kaspia, dengan proyeksi penurunan level air yang mengancam stabilitas ekologi dan ekonomi regional. Dalam jangka panjang, mitigasi perubahan iklim global dan kerja sama internasional menjadi kunci untuk melindungi Laut Kaspia dari ancaman ini. Analisis dari jurnal oleh Akbari, et al. dan Samant & Prange memberikan landasan ilmiah yang kuat untuk mendukung tindakan kebijakan yang mendesak.
Baca juga: Palung Laut Terdalam Dunia: Kamera Ilmuwan Ungkap Kehidupan Makhluk Misterius yang Menyeramkan
Tantangan Masa Depan
Perubahan iklim semakin memperburuk situasi ini. Peningkatan suhu global mendorong evaporasi yang lebih tinggi, sementara curah hujan cenderung menurun hingga 10%. Proyeksi menunjukkan bahwa setiap penurunan 10 mm dalam presipitasi bersih dapat menyebabkan penyusutan luas air hingga 500 km². Selain itu, penurunan aliran sungai sebesar 1 km³ dapat mengurangi luas Laut Kaspia hingga 1.400 km².
Solusi dan Strategi Adaptasi
Untuk mengatasi tantangan ini, perlu pendekatan tata kelola yang inklusif dan segera. Masyarakat dunia perlu turut serta bekerja sama dalam tindakan pencegahan krisis iklim. Pengurangan emisi gas rumah kaca dan adaptasi terhadap perubahan iklim harus menjadi prioritas utama. Selain itu, pengelolaan infrastruktur seperti bendungan harus memperhatikan dampaknya terhadap ekosistem Laut Kaspia.
Referensi
Akbari, et al. 2020. Vulnerability of the Caspian Sea shoreline to changes in hydrology and climate. Diakses pada 25 Desember 2024 dari https://iopscience.iop.org/article/10.1088/1748-9326/abaad8
Samant and Prange. 2023. Climate-driven 21st century Caspian Sea level decline estimated from CMIP6 projections. Diakses pada 25 Desember 2024 dari https://www.nature.com/articles/s43247-023-01017-8