Ditulis oleh Anisa Muyasaroh
Keberadaan bekicot yang dianggap menjijikan di sebagian orang karena tubuhnya yang lunak dan berlendir (Sulisetyowati et al. 2015). Namun, di masyarakat pedesaan meyakini bahwa lendir hewan ini bisa menyembuhkan luka dengan cepat. Tentunya semua orang tidak menginginkan terjadinya sebuah luka tetapi bagaimana jika luka itu ada dari ketidaksengajaan atau kelalaian diri atau orang lain. Pastinya, kita ingin segera mengobatinya dan ingin cepat sembuh supaya tidak terasa perih, sakit dan tidak terganggu dalam melakukan aktivitas.
Gambar 1. Anatomi luka pada jaringan (Sumber : prostem.co.id) |
Terjadinya luka melibatkan rusaknya jaringan kulit dan jaringan sel darah seperti pada Gambar 1. Hal tersebut menyebabkan kebutuhan asupan nutrisi menjadi meningkat karena tubuh membutuhkan tambahan nutrisi untuk perbaikan luka. Apabila kekurangan nutrisi dapat mengakibatkan proses penyembuhan luka terhambat atau lama (MacKay dan Miller 2003). Jadi selain kebutuhan obat, tubuh juga memerlukan asupan nutrisi yang lebih banyak dari sebelumnya untuk membantu proses penyembuhan luka. Dalam mengobati luka, kita juga memerlukan pertimbangan-pertimbangan apakah terdapat efek samping? , aman atau tidak ketika digunakan?. Berdasarkan survey yang telah dilakukan oleh tim Alodokter.com (2018) bahwa 45% masyarakat Indonesia memilih obat alami dibandingkan obat modern. Pertimbangan masyarakat dalam memilih obat dengan menggunakan bahan-bahan alami karena dianggap lebih aman dan tanpa efek samping.
Sebagian dari kita yang bertempat tinggal di pedesaan ketika mengalami jatuh dan menyebabkan terluka berdarah, orang tua segera bergegas mencari bekicot dan diambil lendirnya untuk diteteskan di bagian kulit yang terluka. Bekicot dengan nama latin “Achatina fulica” cukup mudah ditemui di lingkungan yang lembab. Jika tradisi pengobatan yang secara turun temurun itu lebih efektif dalam penyembuhan luka maka ini dapat menjadi obat alternatif yang alami dan mudah digunakan tanpa perlu ekstraksi terlebih dahulu.
Sebenarnya pemanfaatan dari lendir bekicot sudah diterapkan di sebagian masyarakat yang meyakini kebermanfaatan dari lendir hewan ini karena hasilnya positif dan efektif. Namun, belum banyak penelitian yang mengangkat kebermanfaatan lendir ini untuk diaplikasikan sebagai obat pada manusia (Damayanti et al. 2020). Nah, sebenarnya lendir bekicot ini mengandung apa? Kenapa bisa menyembuhkan luka? Apakah aman digunakan? Bagaimana menurut medical science?. Mari kita baca pemaparan-pemaparan dari para peneliti-peneliti yang berkecimpung di bidang penelitiannya.
Lendir bekicot memiliki kandungan Achasin (peptide antimikroba), zat analgesik, dan zat antiseptic yang mana berperan dalam aktivitas antimikroba (Anggraeni et al. 2018). Pada penelitian yang telah dilakukan oleh Ernawati (1994) dan Ali (2009), uji kandungan protein pada lendir bekicot menunjukkan peran yang positif dalam regenerasi sel. Protein hewani yang terdapat pada lendir Achatina fulica (bekicot) menunjukkan penghambatan dalam proses inflamasi dan penyembuhan yang sangat baik (Purnasari et al. 2012).
Kandungan alami dari lendir bekicot yang berpotensi mempercepat proses penyembuhan luka adalah glikosaminoglikan (heparan sulfat, heparin, acharan sulfate, dan mucin) (Rahmatillah 2016). Nuriningtyas (2008) mengindikasikan bahwa heparan sulfat memberikan pengaruh dapat mempercepat proses penyembuhan luka yang mana membekukan darah dan proliferasi sel fibroblast. Dalam proses penyembuhan luka terdiri dari 4 fase, yaitu fase homeostatis (proses penghentian darah), inflamasi (proses peradangan), proliferasi (proses pembentukan jaringan baru) dan maturase (proses penguatan jaringan) seperti pada Gambar 2. Dari 4 fase tersebut yang memiliki peranan yang sangat penting pada fase proliferasi fibroblas. Semakin banyak jumlah sel fibrolas yang dihasilkan, semakin banyak jumlah serat kolagen dan mempercepat proses penyembuhan luka (Sumbayak 2016).
Gambar 2. Proses Penyembuhan Luka (Sumber : id.quora.com) |
Dari penelitian yang telah dilakukan oleh (Purnasari et al. 2012) bahwa lendir bekicot memberikan pengaruh yang signifikan pada pembentukan fibroblas pada penyembuhan luka sayat. Pembentukan jaringan baru (Proliferasi) fibroblas menghasilkan kolagen yang berperan sebagai penyangga pada jaringan yang sedang diperbaiki (Sumbayak 2016). Dalam studi Sulisetyowati dan Oktariani (2015) menyebutkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Bambang Pontjo Priosoeyanto (2005) bahwa lendir bekicot dapat menyembuhkan luka dengan signifikan, yaitu dua kali lebih cepat dibanding menggunakan saline.
Lendir bekicot dapat menjadi obat alami yang mudah diaplikasikan, daya sebar pada kulit baik, memiliki kandungan antibakteri dan tidak menyumbat pori-pori kulit (Purnasari et al. 2012). Sehingga dari berbagai pemaparan-pemaparan para peneliti dapat mencerahkan bahwa tradisi pengobatan dari bahan alami yang sudah terjadi secara turun-temurun, yaitu lendir bekicot yang dapat dijadikan sebagai obat penyembuh luka dengan cepat dan aman untuk digunakan.
Daftar Pustaka
- Alodokter.com. 2018. “45% Masyarakat Indonesia Masih Lebih Percaya Obat Herbal Dibanding Obat Modern.” Alodokter. 2018. https://www.alodokter.com/45-masyarakat-indonesia-masih-lebih-percaya-obat-herbal-dibanding-obat-modern. (Diakses, 23 Juni 2021)
- Anggraeni, Diana, Sri Darmawati, and Endang Tri Wahyuni Maharani. 2018. “Profil Protein dan Daya Anti Mikroba Lendir Bekicot (Achatina fulica) Terhadap Methicillin ResistantStaphylococcus aureus (MRSA)” 1: 5.
- Damayanti, Norma, Annisya Putri Prasetyo, Nur Fadillah Asmi Safitri, Rio Perdana, and Tri Ujilestari. 2020. “Analisis Lendir Bekicot Sebagai Obat Alternatif Bagi Manusia,” 5.
- MacKay, Douglas J, and Alan L Miller. 2003. “Nutritional Support for Wound Healing.” 2003.
- Purnasari, Perez Wahyu, Dina Fatmawati, and Iwang Yusuf. 2012. “Pengaruh Lendir Bekicot (Achatina fulica) terhadap Jumlah Sel Fibroblas pada Penyembuhan Luka Sayat” 4 (2): 9.
- Rahmatillah, Gusti Ayu Trisnaning Alia. 2016. “Pengaruh Aplikasi Gel Lendir Bekicot (Achatina Fulica) 20% Terhadap Kepadatan Serabut Kolagen Pada Proses Penyembuhan Luka Gingiva (Kajian Pada Rattus Norvegicus).” Universitas Gadjah Mada. http://etd.repository.ugm.ac.id/home/detail_pencarian/93510.
- Sulisetyowati, S Dwi, and Meri Oktariani. 2015. “Bekicot (Achatina fulica) dengan Kitosan,” 7.
- Sumbayak, Erma Mexcorry. 2016. “Fibroblas: Struktur dan Peranannya dalam Penyembuhan Luka,” 6.
Warung Sains Teknologi (Warstek) adalah media SAINS POPULER yang dibuat untuk seluruh masyarakat Indonesia baik kalangan akademisi, masyarakat sipil, atau industri.
Wah, info Yang sangat bermanfaat. Jadi gak takut lagi pake lendir bekicot, udah ada penelitian dan terbukti berkhasiat