Peran Mangrove Sebagai Upaya Mitigasi Perubahan Iklim

Mangrove merupakan ekosistem yang tumbuh di perbatasan antara daratan dan lautan, dengan akar-akar yang khas muncul di atas permukaan air. […]

peran mangrove dalam perubahan iklim

Mangrove merupakan ekosistem yang tumbuh di perbatasan antara daratan dan lautan, dengan akar-akar yang khas muncul di atas permukaan air. Di balik keindahannya, mangrove memainkan peran penting dalam mitigasi perubahan iklim. Menurut World Wildlife Fund (WWF), mangrove adalah salah satu solusi alamiah yang sangat efektif dalam mengatasi krisis iklim saat ini. Mangrove tidak hanya melindungi garis pantai, tetapi juga berfungsi sebagai penyerap karbon yang signifikan sehingga, membantu menurunkan dampak pemanasan global.

Mangrove sebagai Penyerap Karbon

Salah satu peran utama mangrove dalam mitigasi perubahan iklim adalah kemampuannya dalam menyerap karbon. Mangrove dapat menyimpan karbon dalam jumlah besar di akar dan tanahnya. Bahkan, ekosistem mangrove memiliki kemampuan untuk menyerap karbon lima kali lebih banyak daripada hutan tropis di daratan. Proses ini terkenal dengan istilah carbon sequestration, dimana karbon yang seharusnya ada di atmosfer, disimpan dalam bentuk karbon organik di tanah dan tumbuhan mangrove.

WWF menyebutkan bahwa mangrove berperan sebagai “bank karbon” alami, yang menyimpan karbon dalam bentuk yang tahan lama sehingga tidak mudah terlepas kembali ke atmosfer. Hal ini sangat penting karena karbon dioksida (CO2) adalah penyumbang gas rumah kaca utama yang menyebabkan pemanasan global. Dengan melindungi dan mengembangkan ekosistem mangrove, kita dapat mengurangi konsentrasi karbon di atmosfer dan mencegah dampak lebih lanjut dari perubahan iklim.

Peran Mangrove dalam Menyerap Karbon

Mangrove dikenal sebagai salah satu ekosistem yang paling efisien dalam penyerapan karbon, terutama dalam bentuk karbon organik yang disimpan di dalam tanah dan biomasa tanaman. Menurut kajian pada jurnal “Contributions of mangrove conservation and restoration to climate change mitigation in Indonesia“, mangrove memiliki kemampuan untuk menyerap karbon dioksida (CO2) jauh lebih efisien daripada hutan tropis lainnya. Proses ini terkenal dengan istilah blue carbon, yaitu kemampuan mangrove yang tidak hanya menyerap karbon melalui fotosintesis, tetapi juga menyimpan karbon pada periode jangka panjang dalam tanah berlumpur yang dikenal dengan istilah mangrove peat.

Dalam kajian jurnal ini, objek penelitian meliputi 54 lahan mangrove di seluruh Indonesia. Kajian oleh Arifianti, et al (2021) menyatakan bahwa rata-rata simpanan karbon di hutan mangrove Indonesia adalah 1063 Mg C ha−1, lebih tinggi daripada nilai rata-rata secara global sekitar 856 ± 32 Mg C ha−1. Angka rata-rata simpanan karbon dari mangrove di Indonesia kemudian diekstrapolasi ke perkiraan total luas mangrove secara nasional sebesar 33.100 km2 dan menghasilkan angka simpanan karbon nasional dengan nilai 3,52 Pg C. Hal ini menjadikan mangrove sebagai salah satu solusi alam yang sangat efektif dalam mengurangi perubahan iklim di Indonesia. Selain itu, mangrove juga berfungsi sebagai penyaring karbon dalam jangka panjang, karena karbon yang tersimpan dalam tanah mangrove dapat bertahan selama berabad-abad, jauh lebih lama daripada penyerapan karbon oleh tanaman darat.

Peran Mangrove dalam Menjaga Keanekaragaman Hayati dan Ekosistem

Selain menjadi penyerap karbon, mangrove juga memainkan peran vital dalam menjaga keanekaragaman hayati. Mangrove menyediakan habitat bagi berbagai spesies di perairan, termasuk ikan, udang, dan burung. Tanaman mangrove memberikan tempat berlindung dan berkembang biak bagi spesies-spesies ini, yang sebagian besar merupakan spesies ekonomi penting bagi manusia. Sebagai zona transisi antara ekosistem laut dan daratan, mangrove juga berfungsi sebagai penyaring alami untuk menjaga kualitas air, mengurangi polusi, dan mencegah abrasi pantai.

Peran Mangrove sebagai Pelindung Pesisir

Selain peran ekologisnya dalam penyerapan karbon, mangrove juga memberikan manfaat fisik yang sangat penting untuk mitigasi perubahan iklim. Ekosistem mangrove bertindak sebagai pelindung alami terhadap bencana alam yang semakin sering terjadi akibat perubahan iklim, seperti banjir, gelombang tinggi, dan badai tropis. Akar mangrove yang kuat membantu mengurangi erosi pantai dan memberikan perlindungan terhadap abrasi yang disebabkan oleh gelombang laut. Dengan demikian, mangrove berfungsi ganda: melindungi kehidupan pesisir sekaligus mengurangi dampak buruk dari perubahan iklim. Di beberapa daerah pesisir Indonesia, terutama di wilayah yang rawan bencana alam seperti Jawa, Sumatra, dan Sulawesi, restorasi dan pengelolaan mangrove dapat mengurangi kerugian ekonomi akibat kerusakan ekosistem pesisir.

Ancaman terhadap Ekosistem Mangrove

Sumber: id.pinterest.com

Meskipun mangrove memiliki peran yang sangat penting dalam memerangi perubahan iklim, nyatanya kini ekosistem ini terancam oleh aktivitas manusia. Konversi lahan untuk pembangunan, pertanian, dan akuatik komersial seperti tambak udang, menjadi ancaman besar bagi keberlangsungan mangrove. Menurut WWF, setiap tahunnya, sekitar 1% dari luas mangrove global hilang akibat penggundulan hutan dan degradasi habitat.

Perubahan iklim juga memengaruhi keberadaan mangrove, dengan meningkatnya suhu laut dan penurunan salinitas yang dapat memengaruhi kesehatan dan pertumbuhan mangrove. Oleh karena itu, perlu adanya upaya perlindungan dan pemulihan yang berkelanjutan untuk mangrove demi memastikan fungsi-fungsi ekologisnya tetap berjalan dengan baik.

Upaya Perlindungan Mangrove

Dalam upaya mengatasi ancaman terhadap mangrove, berbagai langkah perlindungan dan restorasi terus dilakukan di beberapa bagian dunia. Beberapa negara telah menetapkan kawasan konservasi mangrove, dan organisasi seperti WWF terus berupaya untuk memperkenalkan kebijakan perlindungan mangrove, baik di tingkat nasional maupun internasional. Menghentikan kerusakan mangrove dan melakukan restorasi di area yang telah rusak menjadi kunci dalam meningkatkan kapasitas mangrove untuk menyerap karbon dan memperbaiki ekosistem pesisir.

Salah satu contoh penerapannya adalah proyek restorasi mangrove di banyak negara berkembang, seperti Indonesia dan Filipina. Selain itu, perlu promosi edukasi kepada masyarakat sekitar tentang pentingnya mangrove dan menjaga kelestariannya.

Mangrove adalah ekosistem yang memiliki peran sangat penting dalam mengurangi dampak perubahan iklim. Kemampuannya untuk menyerap karbon dan melindungi garis pantai menjadikannya solusi alamiah yang sangat efektif. Namun, untuk memastikan bahwa kita dapat terus menikmati manfaat ini, perlu ada upaya perlindungan yang lebih kuat terhadap mangrove dari ancaman-ancaman yang mungkin timbul dari manusia dan perubahan iklim. Dengan tindakan yang tepat, kita dapat menjaga kelestarian mangrove, yang pada gilirannya akan membantu memperlambat laju perubahan iklim global.

Eksistensi Mangrove untuk Mitigasi Perubahan Iklim

Mangrove memainkan peran krusial dalam mitigasi perubahan iklim di Indonesia. Sebagai penyerap karbon yang efisien, mangrove dapat membantu menurunkan konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer. Di samping itu, mangrove juga melindungi pesisir dari dampak bencana alam dan mendukung keberagaman hayati yang penting bagi ekosistem pesisir. Dengan terus menggalakkan upaya restorasi dan pelestariannya, mangrove dapat menjadi bagian integral dari strategi mitigasi perubahan iklim yang berkelanjutan di Indonesia. Oleh karena itu, penting bagi semua pihak, mulai dari pemerintah, masyarakat, hingga sektor swasta, untuk terus mendukung dan memperkuat upaya pelestarian mangrove. Hal ini tidak hanya bermanfaat bagi lingkungan, tetapi juga untuk ketahanan masyarakat pesisir dalam menghadapi perubahan iklim yang semakin nyata.

Referensi

WWF. 2024. Mangroves as a Solution to the Climate Crisis. Diakses pada 29 November 2024 dari https://www.worldwildlife.org/stories/mangroves-as-a-solution-to-the-climate-crisis.

Arifianti, et al. 2021. Contributions of mangrove conservation and restoration to climate change mitigation in Indonesia. Diakses pada https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC9325550/pdf/GCB-28-4523.pdf

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *