Mimisan dalam Perspektif Klinis: Panduan Penanganan dan Pencegahan

Mimisan, atau dalam istilah medis disebut epistaksis, adalah kondisi yang umum dialami oleh banyak individu. Berdasarkan panduan praktik klinis oleh American Academy of Otolaryngology–Head and Neck Surgery Foundation, sekitar 60% populasi di Amerika Serikat mengalami mimisan setidaknya sekali seumur hidup.

mimisan

Mimisan, atau dalam istilah medis disebut epistaksis, adalah kondisi yang umum dialami oleh banyak individu. Berdasarkan panduan praktik klinis oleh American Academy of Otolaryngology–Head and Neck Surgery Foundation, sekitar 60% populasi di Amerika Serikat mengalami mimisan setidaknya sekali seumur hidup, dengan 6% di antaranya memerlukan perhatian medis. Berikut adalah penjelasan tentang mimisan dari aspek klinis, termasuk diagnosis, pengelolaan, serta pencegahan berdasarkan penelitian terkini.

Penyebab dan Epidemiologi Mimisan

Mimisan memiliki dua pola epidemiologi utama: pada anak-anak dan lansia. Pada anak-anak, penyebab utama sering kali adalah trauma lokal seperti mengupil, inflamasi pada hidung, atau benda asing di rongga hidung. Sementara itu, pada lansia, penyebab mimisan lebih sering karena kelainan pembuluh darah di dinding lateral hidung atau septum nasal, yang sering kali lebih sulit diatasi. Sekitar 5-10% kasus mimisan berasal dari lokasi posterior hidung yang cenderung memerlukan penanganan khusus.

Faktor risiko lain meliputi hipertensi, penggunaan obat antikoagulan, dan kondisi medis tertentu seperti penyakit hati atau gangguan koagulasi darah. Hubungan antara hipertensi dan mimisan, meskipun sering diasumsikan, belum dapat terbukti sepenuhnya. Namun, prevalensi hipertensi pada pasien dengan mimisan dilaporkan berkisar antara 24% hingga 64%.

Diagnosis dan Penanganan Awal Pada Mimisan

Diagnostik awal bertujuan untuk menentukan tingkat keparahan mimisan. Rekomendasi langkah awal yang dapat dilakukan meliputi:

  1. Tekanan Nasal: Kompresi pada bagian bawah hidung selama lebih dari 5 menit dapat menghentikan perdarahan pada sebagian besar kasus.
  2. Vasokonstriktor Topikal: Aplikasi obat vasokonstriktor dapat membantu menghentikan perdarahan ringan hingga sedang.
  3. Packing Nasal: Untuk perdarahan yang tidak teratasi, packing nasal menggunakan material resorbable direkomendasikan terutama pada pasien dengan gangguan pembekuan darah atau pengguna obat antikoagulan.

Sumber: new.yesdok.com

Penanganan Lanjutan

Pada pasien dengan perdarahan yang sulit dikontrol, perlu tindakan yang lebih intensif, seperti:

  • Kauterisasi: Prosedur kauterisasi pada area perdarahan dengan bahan kimia atau listrik.
  • Ligasi dan Embolisasi: Prosedur pembedahan untuk mengikat atau memblokir pembuluh darah yang menyebabkan perdarahan.

Keberhasilan metode ligasi arteri dan embolisasi mencapai lebih dari 90%, menjadikannya solusi utama bagi kasus mimisan yang tidak dapat ditangani dengan metode konservatif.

Pencegahan dan Edukasi Pasien

Pencegahan mimisan melibatkan edukasi pasien untuk menghindari faktor pencetus, seperti udara kering, trauma hidung, dan penggunaan obat tertentu tanpa pengawasan. Penting bagi klinisi untuk memberikan informasi mengenai:

  • Perawatan Pasca-prosedur: Pasien harus mengetahui cara merawat hidung setelah packing atau kauterisasi.
  • Tanda Bahaya: Pasien diinstruksikan segera kembali ke layanan medis jika perdarahan berlanjut atau timbul komplikasi.

Implikasi Biaya dan Beban Kesehatan dari Mimisan

Meski banyak pasien tidak memerlukan perawatan medis, sekitar 0,5% dari kunjungan ke unit gawat darurat di Amerika Serikat disebabkan oleh mimisan. Biaya rata-rata untuk kunjungan darurat tanpa packing hidung mencapai $1.146, meningkat hingga $1.473 jika dilakukan packing. Dalam kasus yang memerlukan rawat inap, biaya dapat mencapai lebih dari $6.925 per pasien.

Mimisan adalah kondisi umum yang sering kali dapat ditangani dengan metode konservatif seperti kompresi nasal dan penggunaan vasokonstriktor. Namun, pada kasus berat, diperlukan intervensi yang lebih intensif. Edukasi pasien tentang pencegahan dan pengelolaan mimisan sangat penting untuk mengurangi beban kesehatan dan biaya yang terkait.

Baca juga: Mengenal dan Memahami Penyakit Kanker

Kasus Langka Lintah Sebagai Penyebab Mimisan

Lintah adalah parasit pengisap darah dari kelas Annelida yang biasanya ditemukan di daerah tropis seperti Asia, Afrika, dan negara-negara Mediterania. Infestasi lintah dapat terjadi melalui konsumsi air yang terkontaminasi larva lintah, terutama di daerah pedesaan yang menggunakan air sumur tanpa pengolahan. Lintah dapat masuk ke tubuh manusia melalui mulut dan menempel di mukosa saluran pernapasan atau pencernaan, termasuk hidung, nasofaring, orofaring, dan kadang laring.

Lintah menghasilkan hirudin, zat antikoagulan yang menghambat pembekuan darah. Hal ini memungkinkan lintah untuk terus menyerap darah dari inangnya, yang dapat menyebabkan gejala seperti mimisan, hemoptisis, atau anemia jika infestasi berlangsung lama.

Laporan Kasus

Dalam studi oleh Iynen, et al. (2010), tiga kasus infestasi lintah di nasofaring dilaporkan:

  1. Kasus 1: Seorang pria berusia 57 tahun mengeluhkan hemoptisis selama tiga minggu. Pemeriksaan endoskopi mengungkapkan benda gelap yang bergerak di nasofaring, yang kemudian diidentifikasi sebagai lintah sepanjang 4 cm. Lintah berhasil diangkat menggunakan forceps, dan pasien pulih sepenuhnya.
  2. Kasus 2: Seorang anak laki-laki berusia 12 tahun mengalami mimisan intermiten dan anemia selama sebulan. Pemeriksaan menunjukkan lintah sepanjang 3 cm di nasofaring. Setelah lintah diangkat, pasien diberikan suplemen zat besi selama enam bulan untuk mengatasi anemia.
  3. Kasus 3: Seorang pria berusia 70 tahun datang dengan keluhan hemoptisis selama dua minggu. Pemeriksaan endoskopi menunjukkan lintah sepanjang 3,5-4 cm di nasofaring, yang berhasil diangkat dengan forceps tanpa komplikasi.

Gejala dan Diagnosa

Gejala infestasi lintah tergantung pada lokasinya di tubuh. Ketika lintah berada di nasofaring, gejala meliputi:

  • Mimisan (epistaksis)
  • Rasa sumbatan hidung
  • Sensasi adanya benda asing

Jika lintah berada di laring, gejala dapat mencakup hemoptisis, suara serak, dan gangguan pernapasan. Kasus lintah di nasofaring sering kali tidak terdeteksi pada pemeriksaan awal, terutama jika lokasi lintah sulit dijangkau. Diagnosis pasti memerlukan pemeriksaan endoskopi.

Penanganan dan Pencegahan

Lintah di nasofaring harus segera diangkat karena dapat menyebabkan komplikasi serius, termasuk anemia berat. Dalam kasus ini, lintah diangkat menggunakan forceps dengan hati-hati untuk mencegah kerusakan pada tubuh lintah yang licin. Anestesi dapat diperlukan, terutama untuk anak-anak.

Pencegahan infestasi lintah melibatkan langkah-langkah seperti:

  • Memasak atau menyaring air sumur sebelum diminum.
  • Menghindari berenang di air yang terkontaminasi, terutama di daerah endemik lintah.

Infestasi lintah adalah penyebab langka mimisan yang dapat mengancam jiwa jika tidak segera diidentifikasi dan ditangani. Oleh karena itu, infestasi lintah harus dipertimbangkan dalam diagnosis pasien dengan mimisan, hemoptisis, atau anemia yang tidak dapat dijelaskan, terutama di daerah endemik. Pemeriksaan endoskopi menjadi langkah penting untuk memastikan diagnosis dan memberikan intervensi yang tepat.

Baca juga: Mekanisme Alergi dalam Tubuh Manusia

Referensi

Tunkel, et al. 2020. Clinical Practice Guideline: Nosebleed (Epistaxis). Diakses pada 25 Desember dari https://aao-hnsfjournals.onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1177/0194599819890327

Iynen, et al. 2010. A Rare Cause of Epistaxis, Hemoptysis and Anemia: Leech in the Nasopharynx. Diakses pada 25 Desember 2024 dari https://www.journalmc.org/index.php/JMC/article/view/68

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top