Gymnure, atau yang dikenal dengan nama ilmiah Hylomys, adalah hewan mamalia kecil yang termasuk dalam ordo Eulipotyphla dan famili Erinaceidae. Meskipun terlihat mirip dengan tikus atau shrew, gymnure lebih dekat hubungannya dengan landak. Mamalia ini memiliki tubuh yang kekar, kaki pendek, dan kepala yang relatif besar dengan moncong yang runcing. Di Asia Tenggara, terdapat tujuh spesies gymnure yang diakui hingga tahun 2023, semuanya tersebar di wilayah seperti Tiongkok selatan, Myanmar, Thailand, Laos, Kamboja, Vietnam, Semenanjung Malaysia, Sumatra, Jawa, dan Kalimantan.
Morfologi dan Karakteristik
Gymnure memiliki panjang tubuh antara 9.8 hingga 15.7 cm dengan panjang ekor sekitar 0.7 hingga 3.2 cm dan berat berkisar antara 40 hingga 80 gram. Bulu dorsal mereka berwarna coklat dengan sedikit grizzled (bergaris-garis) sementara bagian bawah tubuhnya berwarna abu-abu atau coklat keabu-abuan. Gigi mereka yang banyak dan seukuran sama memungkinkan gymnure untuk menggigit mangsa yang lembut dengan mudah. Telinga mereka bulat dan cukup besar, sementara kaki mereka bersifat plantigrade, artinya berjalan dengan telapak kaki menyentuh tanah.
Habitat dan Distribusi
Gymnure dapat ditemukan di berbagai habitat mulai dari hutan primer hingga taman yang dekat dengan hutan. Mereka cenderung pemalu dan akan segera bersembunyi jika merasa terganggu. Di Fraser’s Hill, Semenanjung Malaysia, gymnure sering terlihat bersembunyi di tumpukan batu di kebun-kebun tua yang dekat dengan hutan primer. Di Borneo, mereka membangun sarang dari daun yang tersembunyi di bawah batu atau kayu.
Tiga spesies gymnure memiliki distribusi luas: Hylomys peguensis di Indo-China; Hylomys maxi di Semenanjung Malaysia dan Sumatra; serta Hylomys suillus di pulau Jawa. Empat spesies lainnya memiliki distribusi terbatas.
Perilaku dan Diet
Gymnure dapat aktif pada siang hari maupun malam hari tergantung pada spesiesnya dan lokasi habitatnya. Sebagai contoh, di Borneo bagian timur dilaporkan bahwa gymnure bersifat diurnal (aktif di siang hari). Makanan utama mereka terdiri dari invertebrata lembut seperti cacing tanah, larva serangga, serta siput, kumbang, jangkrik, dan bahkan kadal kecil serta amfibi. Mereka juga diketahui memakan jamur serta buah-buahan yang jatuh.
Konservasi
Meskipun gymnure tidak termasuk dalam kategori hewan terancam punah secara global, beberapa spesies mungkin menghadapi ancaman akibat hilangnya habitat akibat deforestasi dan perubahan penggunaan lahan. Dengan keunikan morfologi dan perilaku mereka, gymnure merupakan contoh menarik dari biodiversitas mamalia kecil di Asia Tenggara. Melalui pemahaman lebih dalam mengenai spesies ini, kita dapat lebih menghargai pentingnya menjaga habitat alami mereka agar tetap lestari untuk generasi mendatang.
Filogeni Gymnure: Mengungkap Sejarah Evolusi Hewan Mamalia Tertua
Gymnure, atau dikenal juga sebagai tikus bulan, merupakan anggota subfamili Galericinae dalam famili Erinaceidae. Gymnure berbeda dari kerabat dekatnya, landak (Erinaceinae), dengan tubuhnya yang tidak berduri melainkan berkulit halus. Filogeni gymnure adalah topik yang kompleks dan menarik karena berperan dalam memahami evolusi awal mamalia plasental.
Pentingnya Studi Filogeni Gymnure
Gymnure menempati posisi unik dalam pohon evolusi mamalia sebagai salah satu kelompok paling awal yang bertahan hingga kini. Catatan fosil mereka mencakup periode Paleosen awal, sekitar 70 juta tahun lalu. Dalam filogeni famili Erinaceidae, gymnure terbagi dalam beberapa genus seperti Hylomys, Neotetracus, Neohylomys, dan Echinosorex, dengan distribusi geografis yang terbatas pada Asia Tenggara.
Baca juga: Misteri Kemunculan Hewan yang Dinyatakan Punah: Kembali dari Kepunahan
Metodologi dan Pendekatan Kombinasi
Studi filogeni Erinaceidae menggabungkan analisis data molekuler dan morfologis. Data molekuler mencakup 3.218 pasangan basa gen mitokondria, termasuk gen 12S rRNA, Cytochrome B, dan NADH dehydrogenase subunit 2 (ND2). Data morfologis melibatkan 135 karakter transformasi, mencakup fitur kranial, postkranial, dan dentisi.
Hasil analisis ini mendukung monofili subfamili Galericinae dan Erinaceinae. Kelompok Hylomys (termasuk Neotetracus dan Neohylomys) juga teridentifikasi sebagai kelompok monofiletik. Namun, terdapat perbedaan signifikan dalam sinyal filogeni antara data genetik dan morfologis, terutama dalam hubungan antarspesies seperti Hylomys megalotis dan Hylomys parvus.
Hubungan Evolusi Hewan dalam Galericinae
Gymnure menunjukkan diversifikasi yang mendalam dengan cabang-cabang filogenetik yang sangat panjang, menunjukkan asal usul kuno. Beberapa karakteristik morfologi, seperti proses supraorbital yang khas, mendukung hubungan antar spesies dalam kelompok ini. Meskipun demikian, banyak data yang hilang karena spesimen yang tidak lengkap atau terbatasnya akses terhadap material fosil.


Sumber: He, et al. 2012. An Estimation of Erinaceidae Phylogeny: A Combined Analysis Approach.
Analisis molekuler juga mengungkapkan divergensi genetik yang signifikan dalam kelompok gymnure. Contohnya, Hylomys parvus terpisah jauh dari Hylomys suillus secara genetik, menantang klasifikasi tradisional yang mengelompokkan mereka sebagai spesies yang sama.
Kesimpulan dan Implikasi Evolusi
Filogeni gymnure menyoroti kompleksitas hubungan evolusi dalam Erinaceidae. Temuan utama termasuk paraphyli Hylomys suillus dan divergensi mendalam dalam kelompok Hylomys. Kombinasi data genetik dan morfologis menghasilkan gambaran yang lebih utuh, meskipun beberapa hubungan tetap tidak jelas karena data yang hilang.
Studi lebih lanjut dengan cakupan taksonomi yang lebih luas, termasuk spesimen fosil dan gen-gen tambahan, diperlukan untuk memperkuat hipotesis filogenetik ini. Temuan ini tidak hanya penting untuk memahami evolusi gymnure tetapi juga memberikan wawasan tentang sejarah diversifikasi mamalia secara keseluruhan.
Baca juga: Fosil Purba dari Gua Cina: Cahaya Baru dalam Studi Asal Usul Manusia Modern
Referensi
Ecology Asia. nd. Lesser gymnures. Diakses pada 24 Desember 2024 dari https://www.ecologyasia.com/verts/mammals/lesser-gymnures.htm
He, et al. 2012. An Estimation of Erinaceidae Phylogeny: A Combined Analysis Approach. Diakses pada 24 Desember 2024 dari https://journals.plos.org/plosone/article?id=10.1371/journal.pone.0039304