Penelitian Terbaru Ungkap Dampak Perang Nuklir India-Pakistan

Jika terjadi perang nuklir antara India dan Pakistan, maka diprediksi bahwa perang dalam waktu kurang dari satu minggu dapat membunuh […]

Jika terjadi perang nuklir antara India dan Pakistan, maka diprediksi bahwa perang dalam waktu kurang dari satu minggu dapat membunuh 50 hingga 125 juta orang. Jumlah korban ini jauh lebih besar dibanding jumlah korban meninggal akibat enam tahun Perang Dunia II (62 juta korban meninggal). Prediksi ini bukan prediksi yang ngawur, melainkan didasarkan pada hasil penelitian yang baru terbit di jurnal Science Advances 2 Oktober 2019.

Penelitian terbaru yang dilakukan oleh tim peneliti dari Universitas Colorado Boulder dan Universitas Rutgers membahas tentang bagaimana konflik perang antara India dan Pakistan dapat berdampak secara global dan berimbas pada hampir seluruh negara di dunia. Saat ini India dan Pakistan sama-sama memiliki sekitar 150 hulu ledak nuklir (nuclear warheads). Jumlah tersebut diperkirakan akan meningkat menjadi lebih dari 500 pada tahun 2025. Hulu ledak adalah alat peledak yang umumnya dikirim ke target dengan menggunakan misil, roket, atau torpedo. Hulu ledak terdiri dari bahan peledak dan pemicu atau detonator.

Nuclear Warheads yang dimiliki oleh India

Menurut paper yang berjudul “Rapidly expanding nuclear arsenals in Pakistan and India portend regional and global catastrophe” tersebut, prediksi mengenai dampak perang antara India dan Pakistan sungguh suram. Peperangan itu tidak hanya membunuh jutaan orang di sekitar India dan Pakistan. Dampak terburuknya adalah menyebabkan bumi kembali ke dalam kondisi seperti di zaman es.

Untuk melakukan penelitian tersebut dan mendapatkan hasil prediksi yang akurat, digunakan berbagai metode mulai dari simulasi komputer mengenai atmosfer Bumi hingga laporan pemboman Hiroshima dan Nagasaki di Jepang pada tahun 1945. Penelitian ini diketuai oleh Prof. Owen B. Toon, seorang profesor di Laboratorium Fisika Atmosfer dan Antariksa Universitas Colorado Boulder.

Penelitian tersebut dilatar belakangi oleh kembali bersitegangnya India dan Pakistan. Pada bulan Agustus 2019, India membuat perubahan pada konstitusi yang menghilangkan status otonomi khusus atau hak orang-orang yang tinggal di wilayah Kashmir, wilayah yang telah lama diperebutkan dengan Pakistan. Segera setelah itu, India mengirim pasukan militer ke Kashmir, langkah yang dikritik Pakistan dengan tajam. Akibatnya kondisi di wilayah Kashmir menjadi tidak kondusif di mana masyarakat terkurung di rumah sendiri, juga terisolasi secara telekomunikasi dan mengalami represi. Saat ini diperkirakan ada sekitar 600 ribu tentara India yang bersiaga di kawasan yang dihuni oleh delapan juta masyarakat Kashmir.

Selain latar belakang ketegangan dua negara, meneliti tentang perang telah ada di pikiran ketua penelitiannya yakni Prof. Toon selama beberapa dekade. Hal ini dikarenakan Prof. Toon mengawali usia dewasa pada puncak Perang Dingin, yakni ketika anak-anak sekolah masih berlatih merunduk di bawah meja sekolah. Sebagai seorang ilmuwan atmosfer muda di awal 1980-an, Prof. Toon adalah bagian dari sekelompok peneliti yang pertama kali menciptakan istilah “musim dingin nuklir”. Istilah yang dibuat untuk menyebut periode “dingin” atau gencatan senjata ekstrem yang kemudian dapat berubah pada perang nuklir skala besar antara Amerika dan Rusia.

Kembali ke hasil penelitian. Dijelaskan bahwa malapetaka akan datang dalam beberapa tahap. Pada minggu pertama konflik, hasil penelitian melaporkan bahwa India dan Pakistan dapat meledakkan sekitar 250 hulu ledak nuklir di masing-masing kota.

Tidak ada metode untuk mengetahui seberapa besar dampak senjata-senjata tersebut. Hal ini dikarenakan tidak satu pun negara telah melakukan uji coba nuklir dalam beberapa dekade terakhir, tetapi beberapa peneliti memperkirakan bahwa setiap senjata dapat membunuh sebanyak 700.000 orang. Untuk negara-negara di seluruh dunia, ledakan nuklir hanya akan menjadi awal dari malapetaka.

Hasil perhitungan paper tersebut menyebutkan bahwa perang nuklir antara India-Pakistan dapat menyuntikkan asap hitam tebal sebanyak 36 miliar kg ke atmosfer Bumi. Asap dalam jumlah yang sangat besar tersebut akan menghalangi sinar matahari untuk mencapai tanah. Hal ini membuat temperatur di berbagai negara di dunia turun sekitar 2 hingga 5 derajat Celcius selama beberapa tahun. Kondisi dingin ini akan mengguncang sektor pertanian dan peternakan. Kekurangan pangan dan kelaparan di seluruh negara akan terjadi.

Penelitian yang dilakukan dengan model sistem Bumi mutakhir tersebut memprediksi bahwa akan terjadi penurunan skala besar dalam hal produktivitas tanaman di darat dan ganggang di lautan. Hal ini tentu saja memiliki konsekuensi berbahaya bagi organisme yang lebih tinggi dalam rantai makanan, termasuk manusia.

Dampak perang ini mungkin tidak masuk akal bagi politisi dan militer. Namun bagi kita sebagai akademisi, kita berharap bahwa penelitian ini memberi tahu kepada orang-orang di seluruh dunia dampak perang nuklir.

Kita doakan semoga Pakistan dan India membaca hasil penelitian ini ya Sahabat Warstek!

Referensi Utama:

  1. Kashmir crackdown: A warning of nuclear war between India and Pakistan. Diakses pada 4 Oktober 2019.
  2. Owen B. Toon, Charles G. Bardeen, Alan Robock, Lili Xia, Hans Kristensen, Matthew Mckinzie, R. J. Peterson, Cheryl S. Harrison, Nicole S. Lovenduski and Richard P. Turco. Rapidly expanding nuclear arsenals in Pakistan and India portend regional and global catastrophe. Science Advances, 2019 DOI: 10.1126/sciadv.aay5478

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *