Pernahkah kamu membayangkan seluruh permukaan Bumi, dari kutub hingga khatulistiwa, tertutup es layaknya bola salju raksasa yang mengambang di luar angkasa? Kedengarannya seperti adegan dari film fiksi ilmiah, tetapi ternyata, hal ini benar-benar terjadi sekitar 720 juta tahun yang lalu. Periode ini dikenal sebagai Snowball Earth, atau “Bumi Bola Salju”.
Apa Itu Snowball Earth?
Snowball Earth adalah istilah yang digunakan para ilmuwan untuk menggambarkan salah satu periode terdingin dalam sejarah planet kita. Pada masa itu, seluruh Bumi diyakini membeku bukan hanya kutubnya, tapi juga lautan di sekitar khatulistiwa.
Fenomena ini terjadi dalam dua kali episode utama, pertama sekitar 720 juta tahun lalu dan kedua sekitar 635 juta tahun lalu, saat zaman geologi yang disebut Neoproterozoikum. Bayangkan, bahkan laut tropis yang sekarang hangat dan jernih pun kala itu tertutup es.
Bagaimana Ilmuwan Mengetahuinya?
Para ilmuwan menyusun potongan-potongan teka-teki masa lalu Bumi dari berbagai bukti geologis. Mereka menemukan lapisan-lapisan batuan yang mengandung bekas gletser di daerah tropis, hal yang sangat tidak masuk akal jika tidak ada kondisi pembekuan global.
Bukti lainnya adalah perubahan komposisi kimia batuan, seperti menurunnya kadar karbonat laut secara drastis yang menunjukkan gangguan besar pada siklus karbon dan kehidupan di lautan.
Apa yang Menyebabkan Bumi Membeku?
Inilah bagian yang membuat para ilmuwan terus berpikir keras: apa yang bisa menyebabkan planet yang hidup dan hangat seperti Bumi menjadi begitu beku?
Teori-teori pun berkembang. Salah satu penyebab yang sedang hangat dibahas adalah aktivitas gunung berapi, khususnya letusan gunung purba yang terkubur di bawah es di wilayah yang sekarang menjadi Kutub Utara Kanada.
Dalam penelitian baru-baru ini, para ahli geologi menemukan struktur vulkanik purba di bagian utara Kanada yang bisa jadi merupakan salah satu “pemicu” besar dari episode Snowball Earth pertama. Letusan besar ini kemungkinan melepaskan gas-gas seperti sulfur dioksida dan partikel abu vulkanik ke atmosfer dalam jumlah besar.
Partikel tersebut mampu memantulkan cahaya Matahari dan menyebabkan efek pendinginan global yang drastis. Dengan berkurangnya panas Matahari yang sampai ke permukaan Bumi, suhu global turun dan es mulai menyebar. Semakin banyak es terbentuk, semakin besar pula kemampuan permukaan Bumi untuk memantulkan sinar matahari, efek ini disebut umpan balik albedo yang membuat suhu terus menurun.
Apa Dampaknya Bagi Kehidupan di Bumi?
Pembekuan total Bumi bukan hanya peristiwa cuaca ekstrem biasa. Ini adalah krisis iklim yang luar biasa. Kehidupan pada masa itu, yang masih berupa organisme mikroskopis, nyaris musnah karena suhu yang sangat rendah dan terbatasnya sinar matahari untuk fotosintesis.
Namun, justru dari kondisi ekstrem inilah muncul dorongan evolusi besar. Setelah Bumi keluar dari era beku ini, kita melihat munculnya bentuk-bentuk kehidupan yang lebih kompleks. Seolah-olah Bumi “mengatur ulang” dirinya dan menciptakan landasan bagi munculnya hewan multisel dan, jutaan tahun kemudian, manusia.
Bagaimana Bumi Kembali Menghangat?
Untungnya, es tidak selamanya menutupi Bumi. Aktivitas vulkanik yang terus berlangsung akhirnya menyumbangkan cukup banyak karbon dioksida ke atmosfer. Karena tidak ada tumbuhan atau hujan untuk menyerap gas ini selama Bumi tertutup es, konsentrasi CO₂ meningkat drastis, menciptakan efek rumah kaca yang kuat dan mencairkan es secara perlahan.
Setelah jutaan tahun, Bumi pun kembali menjadi planet yang lebih hangat dan ramah bagi kehidupan. Ini adalah contoh luar biasa dari keseimbangan alami Bumi yang bisa terganggu, tapi juga mampu pulih, meski butuh waktu sangat lama.
Apa Yang Bisa Kita Pelajari Dari Snowball Earth?
Kisah Snowball Earth bukan sekadar sejarah geologi, tapi juga peringatan penting. Ia menunjukkan betapa rapuhnya keseimbangan iklim global dan bagaimana peristiwa alam seperti letusan gunung berapi bisa berdampak besar terhadap kehidupan di planet ini.
Dalam konteks modern, kita menghadapi perubahan iklim yang terjadi jauh lebih cepat, bukan karena aktivitas vulkanik, tapi karena ulah manusia. Peningkatan emisi karbon dioksida akibat pembakaran bahan bakar fosil mendorong pemanasan global yang sangat cepat, dan kita tidak punya jutaan tahun untuk menunggu Bumi pulih dengan sendirinya.
Snowball Earth membuktikan bahwa planet kita adalah tempat yang tangguh, mampu bertahan dari pembekuan global total. Tapi itu tidak berarti Bumi kebal terhadap kerusakan. Justru, kita harus belajar dari masa lalu untuk mencegah kesalahan di masa depan.
Memahami sejarah iklim Bumi membantu kita melihat betapa pentingnya menjaga keseimbangan alam. Jika tidak, siapa tahu, mungkin di masa depan Bumi bukan hanya memanas tapi bisa juga membeku lagi.
REFERENSI:
Hale, Tom. 2025. Around 720 Million Years Ago, Our Planet Turned Into A Snowball Earth – Is This Why?. IFL Science: https://www.iflscience.com/around-720-million-years-ago-our-planet-turned-into-a-snowball-earth-is-this-why-80183 diakses pada tanggal 31 Juli 2025.

