Magnetic Ressonance Imaging (MRI) merupakan salah satu cara yang digunakan untuk mendeteksi organ dalam manusia agar dapat mendiagnosa penyakit dalam yang sedang diderita pasien. Medan magnet yang sangat kuat (sekitar 0,2 sampai 3 tesla atau kira – kira setara dengan 1000x kekuatan magnet kulkas biasa) di dalam alat pemindai MRI menyusun senyawa air (ialah proton hidrogen sebagai penerima aliran magnetnya) sehingga proton yang tersebut dapat memberikan sinyal ke alat pemindai [2]. Pengembangan MRI di bidang medis memberikan temuan baru di bidang farmakologi, yang disebut agen pengkontras. Agen ini berfungsi untuk mempersingkat waktu relaksasi air, sehingga menambah jelasnya sinyal yang diterima oleh pemindai[4].
Agen pengkontras yang digunakan dapat berupa unsur paramagnetik atau superparamagnetik. Unsur paramagnetik bisa diartikan sebagai unsur yang memiliki daya magnet yang lemah, sedangkan unsur superparamagnetik merupakan unsur berukuran nano yang memiliki sifat feromagnetik (daya magnet kuat). Namun penggunaan di khalayak umum unsur paramagnetik merupakan unsur yang paling banyak digunakan, terutama unsur Gadolinium (Gd)[1]. Gadolinium termasuk ke dalam kelompok Logam Tanah Jarang (LTJ), karena di alam logam-logam ini jarang ditemukan secara besar-besaran, meskipun jumlahnya di kerak bumi jauh lebih banyak dibandingkan emas maupun logam dasar. Selain dimanfaatkan sebagai agen pengkontras pada alat MRI, gadolinium banyak dimanfaatkan untuk pembuatan komponen elektronik dan penyimpanan perangkat data.
Logam tanah jarang terdapat cukup banyak dalam batuan mineral monasit, xenotim dan zircon, yang erat kaitannya dengan sumber timah . Sehingga terdapat peluang efisiensi dalam proses produksi timah. Untuk membuat agen pengkontras, LTJ yang terdapat di dalam limbah pabrik timah harus melewati pengolahan awal terlebih dahulu sehingga terbentuklah LTJ(OH)3 yang merupakan bahan baku LTJ-oksida yang merupakan agen pengkontras untuk alat MRI [5].
Pengembangan yang dilakukan Indonesia untuk pemanfaatan LTJ dari limbah produksi timah sudah cukup baik. Salah satunya adalah telah dilakukan kerja sama antara PT. Timah Bangka , PTBGN-BATAN, Kimia Farma dan kampus UNPAD. Di dalam kerja sama ini PT. Timah berperan sebagai penyuplai bahan baku yang akan diproses oleh PTBGN-BATAN untuk menghasilkan produk sehingga produknya dapat dimanfaatkan oleh Kimia Farma sebagai agen pengkontras, adapun UNPAD yang tergabung di dalam kontrak kerja sama ini berperan sebagai tenaga ahli untuk mendalami bahan baku, proses serta produk (KemenPerin Indonesia, 2015).
Gambar 1. Ruang Lingkup Konsorsium Tanah Jarang[3]
Semoga langkah ini akan terus berkembang sehingga dapat membawa kemajuan untuk Indonesia.
Referensi :
1 Fauzia, R.P., Mutalib, A., Soedjanaatmadja, U.M.S., Anggraeni, A., Bahti, H.H. 20.16. Modifikasi Metode Sintesis Gadolinium Dietilentriaminpentaasetat Sebagai Senyawa Pengontras Magnetic Resonance Imaging. Universitas Padjajaran : Departemen Kimia. Bandung.
2 Filippi.What is MRI ?. 23 November 2017. Web. 11 Agustus 2017.<https://www.livescience.com/39074-what-is-an-mri.html>
3 Kementerian Perindustrian Indonesia. 2014. Telaah Penguatan Struktur Industri Pemetaan Potensi Logam Tanah Jarang di Indonesia. Jakarta.
4 Raymond, K and Valerie C. Pierre. 2005. Next Generation, High Relaxivity Gadolinium MRI Agents. University of California : Department of Chemistry . Berkeley, California 94720-1460.
5 REE, Logam Kecil Untuk Teknologi Canggih. Geo Magz (Majalah Geologi Populer). 13 Agustus 2015. Web. 24 Agustus 2017.< http://geomagz.geologi.esdm.go.id/ree-logam-kecil-untuk-teknologi-canggih/
Baca juga: CRISPR – Penyunting Gen Canggih
Mahasiswa S2 Teknik Kimia