Salah satu hal yang tidak bisa lagi dipungkiri perkembangannya saat ini adalah teknologi. Jangankan di dunia bahkan di Indonesia pun teknologi sudah berkembang sangat pesat. Teknologi bukan lagi sesuatu hal yang asing di kalangan masyarakat. Mulai dari anak usia dini hingga orang dewasa sudah mengenal dan menggunakannya. Bahkan sebagian besar pekerjaan manusia bergantung pada teknologi.
Suatu negara dapat dikatakan maju jika memiliki tingkat penguasaan teknologi yang tinggi. Itulah sebabnya beberapa negara saat ini berlomba-lomba meningkatkan teknologi di negaranya. Mengapa teknologi menjadi salah satu tolak ukur dari majunya suatu negara? Pertanyaan ini bisa terjawab dari definisi teknologi itu sendiri. Menurut KBBI, teknologi merupakan keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-barang yang diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia.
Hadirnya teknologi membantu manusia lebih mudah untuk menyelesaikan pekerjaannya. Contohnya teknologi industri, yaitu membajak sawah tidak lagi menggunakan tenaga hewan melainkan menggunakan mesin. Contoh lain yang seringkali dijumpai yaitu teknologi digital dalam bidang informasi. Teknologi digital mampu memudahkan setiap orang untuk berkomunikasi dengan orang lain dalam jarak yang begitu jauh. Serta masih banyak lagi contoh lain dari berkembang pesatnya teknologi.
Teknologi yang paling sering dan paling banyak diangkat sebagai isu penelitian bahkan bahan diskusi yaitu teknologi digital. Teknologi digital ini memiliki banyak jenis diantaranya yaitu komputer atau gadget berupa smartphone dan tablet. Menurut Muhammad Zaini dan Soenarto (2019), berdasarkan penelitian yang dipublikasikan uswitch.com menunjukkan bahwa lebih dari 25% anak-anak di seluruh dunia mempunyai gadget sebelum usia mereka genap 8 tahun.
Satu dari tiga anak mulai menggunakan smartphone ketika berumur 3 tahun dan satu dari sepuluh anak menikmati gadget dalam usia yang lebih muda yaitu 2 tahun. Kata gadget berasal dari bahasa Inggris yang artinya perangkat elektronik kecil yang mempunyai fungsi khusus. Pengertian lain gadget yaitu sebuah perangkat atau teknologi elektronik yang berkembang pesat dan mempunyai fungsi tertentu (Muhammad Zaini dan Soenarto, 2019).
Pengaruh Teknologi Digital Terhadap Anak Usia Dini
Gadget memiliki beberapa manfaat tersendiri bagi kalangan orang tertentu. Hal ini dijelaskan dalam penelitian yang telah dilakukan oleh Yumarni (2018), bahwa gadget memiliki berbagai macam fitur dan aplikasi yang dapat menyajikan informasi, pendidikan, sosial budaya, olahraga, ekonomi, maupun politik guna membantu hidup manusia menjadi lebih praktis.
Gadget juga menjadi hal yang menarik bagi anak-anak, dikarenakan gadget menyediakan dimensi-dimensi gerak, warna, suara, dan lagu sekaligus dalam satu perangkat untuk berbagai tujuan seperti bermain game, menonton video, mendengarkan lagu, mengobrol dengan teman-teman mereka, dan menjelajahi situs web (Munir, 2017). Selain manfaat, gadget juga memberikan dampak negatif terhadap penggunanya.
Beberapa dampak negatif yang seringkali ditimbulkan oleh gadget yaitu dapat memengaruhi hubungan sosial dan moral bagi penggunanya. Ketika seseorang bertemu dengan orang lain tidak lagi terjadi 3S (senyum, sapa, salam). Hubungan sosial tidak lagi bisa terjalin dengan baik dikarenakan masing-masing orang lebih tertarik untuk menatap layar gadget miliknya. Secara tidak langsung hubungan sosial tersingkir karena adanya candu terhadap gadget juga memengaruhi moral penggunanya.
Kalangan yang paling rentan terperangkap dalam kubangan problematika yang ditimbulkan oleh gadget adalah anak usia dini. Pada usia dini, mereka belum mampu membedakan hal-hal yang tidak pantas untuk dikonsumsi dari layar gadget. Informasi-informasi yang tidak terkontrol dapat memengaruhi pola pikirnya. Anak usia dini lebih rentan mengikuti apa yang sering mereka lihat dan mereka dengar. Lebih parahnya lagi, gadget mengajarkan anak usia dini menjadi lebih suka mengurung diri daripada bermain di alam.
Menurut eMarketer (2014), lembaga riset digital marketing emarketer memprediksi pada tahun 2018 terjadi peningkatan jumlah pengguna aktif gadget berupa smartphone di Indonesia yang mencapai lebih dari 100 juta jiwa. Menurut Wulandari (2016), Indonesia dinobatkan sebagai negara peringkat lima terbesar pengguna gadget di dunia. Hal ini terbukti, data pada tahun 2014 menunjukkan pengguna aktif smartphone yang ada di seluruh Indonesia sekitar 47 juta jiwa, di mana 79,5% diantaranya berasal dari kategori usia anak-anak dan remaja.
Melihat peningkatan penggunaan gadget khususnya di kalangan anak usia dini seharusnya menjadi peringatan. Diperlukan solusi untuk menangani hal tersebut sebelum teknologi khususnya gadget menguasai anak usia dini. Maka dari itu, hal utama yang harus dilakukan adalah orang tua seharusnya menjadi “rem kontrol” konsumsi teknologi bagi anak-anaknya. Orang tua memiliki peran penting untuk meminimalisir dampak yang akan ditimbulkan oleh penggunaan gadget yang tidak terkontrol bagi anak usia dini.
Sebagaimana yang diatur oleh Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak yang berbunyi: “Orang tua berkewajiban untuk mengasuh, membina, mendidik, melindungi, memelihara, dan menggali potensi yang dimiliki anak sesuai dengan kemampuan, bakat, serta minatnya” (KPAI, 2014). Sangat jelas bahwa orang tua memiliki peran penting dan merupakan pendidik utama bagi anak-anaknya.
Sudah kewajiban orang tua untuk menjadi “rem kontrol” bagi anak-anaknya. Rem kontrol yang dimaksud adalah orang tua mampu mengontrol anak-anaknya dalam menggunakan teknologi khususnya gadget. Mengajak untuk bermain di alam yang bisa mengalihkan perhatian anak-anak dari layar gadget. Mengawasi konten atau situs yang dapat memberikan pengaruh buruk terhadap pola pikir anak. Terakhir yang paling penting adalah meluangkan waktu bersama anak.
Setiap orang tua harus pandai memberikan pengetahuan khusus kepada anak untuk menumbuhkan kesadaran mereka. Anak usia dini akan lebih mudah diberikan pengaruh-pengaruh baik. Tapi tidak bisa dipungkiri ketika orang tua tidak bisa menjadi rem kontrol untuk anak-anaknya, akan terjadi berbagai dampak negatif yang ditimbulkan oleh teknologi.
REFERENSI
eMarketer. (2014). 2 Billion Consumers Worldwide to Get Smart (phones) by 2016. Diambil 25 Februari 2020, dari https://www.emarketer.com/Article/2-Billion-Consumers-Worldwide-Smartphones-by-2016/1011694
KPAI. (2014). UU Nomor 35 Tahun 2014. Diambil 25 Februari 2020, dari www.kpai.go.id/files/2013/…/uu-nomor-35-tahun-2014
Munir, S. (2017). The Impact of using Gadgets on Children. Journal of Depression and Anxiety, 07(01), 1–3. https://doi.org/10.4172/2167-1044.1000296
Wulandari, P. Y. (2016). Anak Asuhan Gadget. Diambil 25 Februari 2020, dari https://www.liputan6.com/health/read/2460330/anak-asuhan-gadget
Yumarni, V. (2018). Pengaruh Gadget terhadap Tumbuh Kembang Anak Usia Dini AH-PIECE. In Al Hikmah Proceedings on Islamic Early Childhood Education (Vol. 1, hal. 293–300). Zaini, Muhammad dan Soenarto. (2019). Persepsi Orang Tua Terhadap Hadirnya Era Teknologi Digital di Kalangan Anak Usia Dini. Jurnal Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3, pages 254-264). DOI: 10.31004/obsesi.v3i1.127
Mahasiswa S1 jurusan Fisika Sains di Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar. “Tebarlah kebaikan dan kebahagiaan tanpa ada kata jeda”.
Sekretaris Umum Forum Lingkar Pena (FLP) Ranting Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar @flp_uinam.