Ditulis oleh Mustafiqotun Nikmah – UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Peresmian Bank Sampah BERSERI dengan Potong Pita oleh Dinas Lingkungan Hidup Tangerang SelatanSelamat datang di RW 03 Benda Baru, Pamulang, Tangerang Selatan. Anda akan disambut sampah berserakan di lingkungan pemukiman penduduk dan perkebunan. Nampak limbah rumah tangga seperti sampah plastik kemasan makanan, limbah dapur, sampah sisa makanan, sterofoam, dan sampah jenis lain berserakan di tanah perkebunan dan tanah kosong. Begitulah keadaan lingkungan RW 03 Benda Baru, Pamulang, Tangerang Selatan sebelum terlaksananya program RW BERSERI (Bersih, Sehat, dan Mandiri).
Warga RW 03 Benda Baru, Pamulang, Tangerang Selatan melihat sendiri bagaimana kondisi di lingkungan pemukimannya. Berawal dari keprihatinan ibu-ibu PKK di RW tersebut serta kepedulian 6 mahasiswa Program Profesi Ners UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang mengetahui betul permasalahan lingkungan dan sampah rumah tangganya. Dengan niat dan semangat mencari solusi menuju lingkungan yang sehat di wilayah RW 03 Benda Baru, pada pertengahan bulan Desember 2016 bersama-sama menggagas program RW BERSERI (Bersih, Sehat, dan Mandiri).
(Foto Kiri) Koordinasi dengan Dinas Kebersihan Tangsel (Foto Kanan) Koordinasi dengan Kelurahan Benda BaruPemahaman masyarakat Indonesia akan pentingnya pemanfaatan sampah dan menciptakan lingkungan yang sehat masih perlu ditingkatkan. Benda tak terpakai, kemasan produk sisa makanan, barang rusak semua dibuang begitu saja. Sebagian bertumpuk di tempat pembuangan akhir, selebihnya berserakan di jalan atau mengambang di sungai yang berdampak negatif, tidak hanya mengganggu kesehatan manusia tetapi juga mengganggu makhluk hidup lainnya bahkan merusak lingkungan secara sistematis. Kementrian Lingkungan Hidup mencatat pada 2012 rata-rata penduduk Indonesia menghasilkan 2 kilogram sampah per orang per hari. Artinya, ada sekitar 490 ribu ton sampah yang dibuang oleh seluruh penduduk Indonesia dalam sehari.
(Foto Kiri) Sosialisasi mengajak keterlibatan warga dalam program (Foto Kanan) Sosialisasi latihan penimbangan di bank sampahSampah rumah tangga yang jumlahnya lebih dari 50% total sampah ternyata belum ditangani dengan baik. Baru sekitar 24,5% sampah rumah tangga di Indonesia yang ditangani dengan metode yang benar yaitu diangkut oleh petugas kebersihan dan dikomposkan. Sisanya (75,5%) belum ditangani dengan baik. Fakta itu ditunjukkan oleh data RISKESDAS 2010 yang menyatakan bahwa rumah tangga di Indonesia umumnya menerapkan 6 metode penanganan sampah, yaitu: 1) diangkut oleh petugas kebersihan (23,4%), 2) dikubur dalam tanah (4,2%), 3) dikomposkan (1,1%), 4) dibakar (52,1%), 5) dibuang di selokan/sungai/laut (10,2%) dan 6) dibuang sembarangan (9%).
Fakta penanganan sampah di atas juga menunjukkan perilaku masyarakat yang belum mempedulikan sampah rumah tangganya. Perilaku sosial tersebut diprediksi berasal dari persepsi masyarakat yang menganggap sampah sebagai barang kotor, tidak berharga, tidak bermanfaat, dan tidak mempunyai nilai ekonomi. Persepsi tersebut mendorong masyarakat untuk mencari cara yang paling mudah dan murah dalam menangani sampah rumah tangganya yaitu dengan membuang atau membakarnya.
Sampah yang tidak dikelola dengan baik akan menjadi penyebab berbagai penyakit, gangguan dan ketidakseimbangan lingkungan. Sampah padat yang menumpuk ataupun yang berserakan menimbulkan kesan kotor dan kumuh, sehingga nilai estetika pemukiman dan kawasan di sekitar sampah terlihat sangat rendah. Bila di musim hujan, sampah padat dapat memicu banjir; maka di saat kemarau sampah akan mudah terbakar. Kebakaran sampah, selain menyebabkan pencemaran udara juga menjadi ancaman bagi pemukiman.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembakaran sampah di tempat terbuka akan menghasilkan gas beracun serta dioxin yang berasal dari proses pembakaran plastik dan bahan beracun lain yang ada di dalam sampah. Keberadaan gas beracun tersebut akan menambah polusi udara (Damanhuri dan Padmi, 2010).
(Foto Kiri) Kegiatan Rapat Koordinasi RW BERSERI (Bersih, Sehat, dan Mandiri) (Foto Kanan) Sharing Pengabdian Masyarakat dengan Ibu Nila Moeloek Menteri Kesehatan RIPenyelesaian masalah sampah tidak bisa dilakukan dengan hanya mengandalkan petugas kebersihan saja. Seluruh lapisan masyarakat harus turut serta membantu pemerintah untuk bergerak bersama dalam menangani masalah sampah. Maka dari itu, ibu-ibu PKK yang ada di wilayah RW 03 Benda Baru, Pamulang, Tangerang Selatan dan tokoh masyarakat serta didampingi oleh 6 mahasiswa Program Profesi Ners UIN Syarif Hidayatullah Jakarta bersama-sama bergerak mengajak seluruh masyarakat di wilayah RW 03 Benda Baru untuk mewujudkan RW BERSERI (Bersih, Sehat, dan Mandiri), yang meliputi kegiatan kerjabakti massal yang disertai dengan penghijauan berupa penanama pohon dilingkungan RW 03 Benda Baru dan penerapan prinsip 3-R (reduce, reuse, recycle) dalam wujud bank sampah.
Sistem bank sampah ini berfungsi mengelola sampah dengan menampung, memilah dan mendistribusikan sampah ke fasilitas pengolahan sampah yang lain atau kepada pihak yang membutuhkan. Sehingga sampah di tempat pembuangan akhir bisa berkurang dan bahkan bisa menambah nilai guna barang yang sebelumnya dianggap tak berguna. Hal ini sejalan dengan Undang Undang Nomor 18 tahun 2008 yang mengamanatkan pengelolaan sampah dengan prinsip 3-R (reduce, reuse, recycle).
Kerja Bakti Massal Lingkungan RW 03 Benda BaruKonsep pembinaan masyarakat dalam meningkatkan derajat kesehatan yang kami pilih disini ialah dengan mengedepankan konsep work with community, bukan work in community. Dimana kegiatan pembangunan masyarakat dengan menempatkan masyarakat sebagai pelaku, bukan hanya sasaran pengembangan.
Mewujudkan RW 03 Benda Baru menjadi RW BERSERI (Bersih, Sehat, dan Mandiri) ini tak sekedar wacana belaka. Kami mahasiswa bersama ibu-ibu PKK di wilayah RW 03 Benda Baru bergerak untuk mewujudkannya. Dengan langkah awal membentuk panitia dari RW BERSERI, yang seluruhnya terdiri dari ibu-ibu PKK tersebut secara sekarela dan mahasiswa disini sebagai pendamping. Tidak hanya itu saja, kami bersama-sama dari perkumpulan warga di tiap RT, rumah ke rumah melakukan sosialisasi mengajak partisipasi seluruh warga RW, tokoh-tokoh masyarakat yang berpengaruh serta menggandeng beberapa instansi pemerintah, mulai dari ketua RT/RW, puskesmas, kelurahan, kecamatan, BLHD (Badan Lingkungan Hidup Daerah) Kota Tangerang Selatan yang sekarang menjadi Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Kebersihan, hingga Walikota Tangerang Selatan serta masih banyak lagi.
Penanaman PohonHanya butuh satu kali kami sosialisasi memperkenalkan secara detail dan sharing mengenai bank sampah, seluruh panitia dari RW BERSERI makin bersemangat dan kuatlah tekad ingin segera merealisasikan adanya bank sampah di lingkungannya, hingga salah satu dari mereka pun secara sukarela memberikan kontribusi berupa lahan kosong yang digunakan sebagai kantor dan penampung sampah yang disetor nasabah. Sebab mereka sudah memiliki kesadaran lingkungan yang tinggi. Apalagi saat mereka mengetahui kalau bank sampah memberikan keuntungan ekonomis. Itulah dukungan terbesar dalam mewujudkan RW BERSERI serta menjadi tantangan terbesar untuk dapat mempertahankan semangat yang telah tumbuh.
Lima minggu berjalan, tepatnya pertengahan bulan Januari 2017 menjadi awal tahun yang bersejarah bagi RW 03 Benda Baru menuju gerbang RW BERSERI (Bersih, Sehat, dan Mandiri). Diawali dengan kerjabakti massal dan penanaman pohon di lingkungan RW 03 Benda Baru serta persiapan pembentukan bank sampah pada 15 Januari 2017 hingga hari Kamis 19 Januari 2017 Bank Sampah BERSERI (Bersih, Sehat, dan Mandiri) resmi dibuka oleh Bapak Ir. Yepi Suherman dari Dinas Lingkungan Hidup bagian Persampahan Kota Tangerang Selatan yang disaksikan langsung oleh para tokoh dari pemerintah dan tokoh masyarakat, pemuda serta warga masyarakat umum. Kemudian diiakhiri dengan simbolis penimbangan perdana berbekal timbangan dari Dinas Lingkungan Hidup Kota Tangerang Selatan dan penandatanganan komitmen yang berisi meningkatkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan mempertahankan lingkungan sekitar agar tetap bersih.
Acara Peresmian dan Pembukaan Bank Sampah BERSERIBank Sampah BERSERI kini telah resmi berdiri dan menjadi bank sampah ke 151 yang telah berdiri di Kota Tangerang Selatan. Bank Sampah BERSERI siap melayani warga RW 03 Benda Baru yang menabung. Berdirinya bank sampah ini di apresiasi oleh Walikota Tangerang Selatan, Ibu Hj. Airin Rachmi Diany, SH., MH, mengingat beliau sangat peduli terhadap lingkungan dan kesejahteraan kesehatan masyarakatnya.
(Foto kiri) Penyerahan Buku Tabungan & Timbangan oleh Dinas Lingkungan Hidup (Foto kanan) Penimbangan PertamaWujudnya RW BERSERI di lingkungan RW 03 Benda Baru yang merupakan daerah pemukiman padat dengan jumlah penduduk ±1500 jiwa berupa penghijauan, komitmen warga untuk meningkatkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan mempertahankan lingkungan sekitar agar tetap bersih dan berdirinya bank sampah, memiliki tujuan dan manfaat. Diantaranya adalah menumbuhkan dan meningkatkan kesadaran serta tanggung jawab dalam menciptakan lingkungan bersih dan sehat. Sistem pemanfaatan sampah dengan bank sampah juga mengajarkan banyak hal, dari kebersihan lingkungan, interaksi antar warga, kebiasaan menabung hingga cara menghargai sesuatu yang dianggap tak berguna lagi. Selain itu, juga memberikan sumbangsih yang besar dalam mendukung program Dinas Kesehatan Tangsel dalam mewujudkan “Kota Sehat Tangsel”.
Komitmen MasyarakatRW 03 Benda Baru sudah dibenahi, kini kita sulit menemukan sampah-sampah seperti botol dan lain lain sepanjang memasuki kawasan RW BERSERI (Bersih, Sehat, dan Mandiri) RW 03 Benda Baru, Pamulang, Tangerang Selatan. Jika ada sampah yang tergeletak di jalan pasti akan dipungut oleh warga. Sebab, sampah telah menjadi barang-barang berharga di RW 03 Benda Baru, Pamulang, Tangerang Selatan. Jadi, silahkan berkunjung ke RW 03 Benda Baru yang bersih dan asri.
(Foto kiri) Kegiatan-kegiatan yang dimuat dalam media cetak (Foto kanan) Kegiatan pemilahan sampah di Bank Sampah BERSERI mingguan setelah peresmianWarung Sains Teknologi (Warstek) adalah media SAINS POPULER yang dibuat untuk seluruh masyarakat Indonesia baik kalangan akademisi, masyarakat sipil, atau industri.