Ditulis oleh Rista Fitria Anggraini* Pendingin evaporasi.
Jika kita pergi ke pasar di pagi hari atau mendatangi tukang sayur yang setiap pagi lewat di depan rumah kita, rasanya hampir tidak pernah kita tidak menjumpai buah dan sayur yang dijajakan disana. Indonesia sebagai negara tropis memang tidak pernah kehabisan potensi buah dan sayur. Menurut BPS tahun 2019, produksi buah di Indonesia mencapai 23.876.346 ton sedangkan produksi sayur mencapai 46.548.488 ton. Produksi buah terbesar masih didominasi oleh pisang, jeruk keprok, mangga, dan nanas, sedangkan untuk sayur didominasi oleh jamur, cabai rawit, bawang merah, dan tomat.
Meski demikian, nyatanya potensi yang besar ini tak serta merta membuat petani kita sejahtera. Beberapa waktu yang lalu kita mendengar berita harga tomat turun drastis. Beberapa petani bahkan sampai membuang tomat yang telah dibesarkannya dengan susah payah karena harganya yang tidak masuk akal. Hal ini tentu membuat kita miris, jumlah produksi yang besar harusnya berdampak pada peningkatan ekonomi petani. Petani tidak seharusnya terlalu dimainkan oleh kondisi pasar, akan tetapi bisa mengambil kontrol untuk menciptakan kestabilan harga di pasar.
Berbicara mengenai kestabilan harga, tentu banyak pihak yang bisa mengambil peran, salah satunya para ilmuwan dan teknolog di bidang pasca panen yang sudah banyak mendapat teori dan melakukan penelitian untuk meningkatkan dan menjaga kualitas komoditas hasil pertanian. Beberapa buah dan sayur tropis memang tergolong buah yang mudah rusak, sehingga diperlukan hilirisasi teknologi. Ya, teknologi sudah seharusnya bukan menjadi “barang mewah” bagi para petani kita, melainkan “rekan kerja” yang bisa membantu dan meningkatkan kesejahteraannya.
Salah satu teknologi yang murah dan mudah diaplikasikan untuk petani adalah teknologi pendingin evaporasi. Teknologi ini sebenarnya bukan teknologi baru dan tergolong semi konvensional, akan tetapi cukup membantu petani untuk penanganan awal pasca panen mereka. Dibandingkan pendingin modern seperti refrigerator atau cold storage tentu teknologi ini jauh lebih murah dan terjangkau bagi petani kecil. Pada umumnya teknologi ini memanfaatkan sifat termodinamika udara dan kecenderungan sistem untuk menuju kesetimbangan. Untuk membuat alat ini cukup dibutuhkan kipas untuk mengalirkan udara kering (udara dari lingkungan), spons/ bagian yang selalu basah untuk memacu perubahan bentuk gas menjadi air (kondensasi), stok air, dan pompa untuk mengalirkan air menuju spons, serta ruangan untuk memasukkan bahan pangan.
Saat udara kering dialirkan ke dalam alat oleh kipas dan mengenai permukaan spons yang basah, maka secara otomatis air yang ada di spons tersebut akan berubah menjadi uap. Perubahan air menjadi uap membutuhkan sebuah energi (kalor), dimana energi tersebut diambil dari panas yang ada di dalam bahan. Akibatnya, suhu di dalam bahan akan mengalami penurunan, sehingga terjadi proses pendinginan secara otomatis. Di samping suhu yang turun, kelembapan udara yang ada di dalam bahan pangan tersebut akan naik (ruangan menjadi lembab). Hal tersebut memberikan keuntungan ganda, yaitu memperpanjang umur simpan serta mampu menjaga kesegaran buah dan sayur. Menurut beberapa penelitian, efektivitas alat ini mencapai 55-77%.
Evaporative cooling saat ini tidak hanya berkembang untuk pengawetan makanan akan tetapi juga untuk mendinginkan ruangan, greenhouse, dll. Tidak seperti kulkas yang membutuhkan daya besar untuk mengatur tekanan dalam refrigerant, pendingin evaporative hanya membutuhkan daya untuk memutar kipas dan menghidupkan pompa yang mengalirkan air. Tentu hal ini jauh lebih murah dan efektif. Pemasangan alatnya pun juga tidak membutuhkan alat alat yang rumit, cukup dengan alat alat sederhana yang bisa ditemukan di sekitar kita.
Dua orang peneliti dari Nigeria dan Brazil mendesain sebuah mesin pendingin evaporative untuk 25 kg tomat dan wortel. Dengan volume penyimpanan total 0,075 m3, kecepatan aliran udara kering 4,3 m/s dan kapasitas penyimpanan air 62,5 m3 peneliti tersebut mampu memperpanjang umur simpan buah selama 14 hari lebih lama daripada penyimpanan suhu ruang biasa. Suhu di dalam ruangan turun menjadi 16-26oC dengan RH sekitar 33-88%. Hal yang menarik, mesin ini hanya membutuhkan daya sekitar 0,5 Watt (Mogaji dan Fapetu 2011).
Mesin pendingin evaporatif sangat bisa untuk diperkenalkan dan diaplikasikan kepada petani. Meski demikian, ada beberapa faktor yang harus diperhatikan untuk mencapai efektifitas mesin antara lain suhu dan RH lingkungan serta bahan yang dipakai. Bahan yang dipakai untuk badan mesin harus mampu menyerap panas dari lingkungan dengan baik (isolator yang baik) karena jika tidak maka mesin akan bocor dan tidak bisa menghasilkan pendinginan yang efektif. Seringkali digunakan tiga jenis bahan berlapis yaitu steel galvanis, polysterene foam, dan stainless steel. Di samping itu, suhu dan RH lingkungan harus diperhatikan. Semakin tinggi suhu dan semakin rendah RH (udara lingkungan panas dan kering) maka alat ini bekerja dengan semakin baik, akan tetapi apabila suhunya rendah dan RH nya tinggi sulit untuk mencapai suhu pendinginan yang diharapkan. Sebagai negara tropis dengan intensitas matahari yang tinggi, tentu saja teknologi ini sangat mungkin untuk diterapkan khususnya pada musim kemarau. Sekali lagi, petani adalah tulang punggung ketahanan pangan sebuah negara, maka mewujudkan petani yang berdaya harus selalu menjadi cita cita kita bersama.
*Rista Fitria Anggraini adalah mahasiswa program magister Ilmu Pangan Institut Pertanian Bogor. Email : anggrainirista@apps.ipb.ac.id
Pustaka :
- Babaremu KO, Omodara MA, Fayomi OSI, Okokpujie IP, Oluwafemi JO. 2018. Design and optimization of an active evaporative cooling system. Int. J. Mech. Eng. Technol. 9(10):1051–1061.
- Boukhanouf R, Alharbi A, Ibrahim HG. 2013. Investigation of a Sub-Wet Bulb Temperature Evaporative Cooler for Buildings. :70–79.
- Mogaji TS, Fapetu OP. 2011. Development of an evaporative cooling system for the preservation of fresh vegetables. African J. Food Sci. 5(4):255–266.
Saya suka mampir kesini. Pertama kali ke website ini saat saya mencari artikel terkait keamanan penggunaan ozon sebagai alat sterilisasi buah atau makanan. Terima kasih sudah memberikan saya info yang legit. Semangat terus untuk berbagi ilmunya yang bermanfaat seperti saya yang awam ini:)