Pemerintah Indonesia masih mengejar target 20.000 MW untuk beroperasi pada tahun 2019. Sisanya (15.000 MW) akan diselesaikan pada tahun 2024 – 2025. Sejauh ini, pembangkit listrik yang telah dibangun banyak menggunakan bahan bakar fosil sebagai sumber energinya. Maka, pemerintah pun mulai melakukan peningkatan pengembangan dan penggunaan energi baru terbarukan (EBT) sebagai bagian dalam proyek 35.000 MW. EBT yang sedang ditingkatkan eksplorasi dan pemanfaatannya adalah energi panas bumi. Indonesia memiliki potensi panas bumi sebesar 29 GW atau setara dengan 40% potensi panas bumi dunia. Namun, energi panas bumi Indonesia baru dimanfaatkan sebesar 4,2% atau 1,2 GW[1]. Dalam Peraturan Menteri ESDM Nomor 02 Tahun 2010, Pemerintah mencanangkan untuk membangun pembangkit-pembangkit listrik baru yang didominasi oleh tenaga panas bumi. Pada tahun 2018, Indonesia akan menyambut 2 pembangkit listrik panas bumi (PLTP) baru yang berada di Tasikmalaya, Jawa Barat dan Mandailing Natal, Sumatera Utara.
PLTP baru yang berada di kabupaten Tasikmalaya adalah PLTP Karaha. Secara administratif, PLTP Karaha berada di 5 kabupaten, yaitu kabupaten Sumedang, Garut, Majalengka, Tasikmalaya dan Ciamis. Kapasitas PLTP Karaha adalah 30 MW yang digunakan untuk menerangi 33 ribu rumah[2]. PLTP Karaha akan segera beroperasi pada Februari tahun 2018. Proyek Karaha diharapkan dapat meningkatkan kehandalan transmisi Jawa-Bali dengan tambahan suplai listrik sebesar 227 GWh/tahun. Pemanfaatan panas bumi oleh PLTP Karaha akan menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 202 ribu ton CO2/tahun[2]. PLTP Karaha mempekerjakan sebanyak 2700 orang yang terdiri dari tenaga kerja lokal sebesar 98,1% (26,5% dari kabupaten Tasikmalaya dan Garut, 71,6% dari luar kabupaten Tasikmalaya dan Garut) dan tenaga kerja asing 1,9%. Nilai investasi proyek ini adalah Rp 2,5 triliun[3]. PLTP Karaha akan berkontribusi besar pada peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) melalui penyetoran bonus produksi sebesar 1,1 milyar yang akan didistribusikan ke 5 kabupaten. Proyek PLTP Karaha dibangun oleh PT. Pertamina Geothermal Energy (PGE).
Gambar 1. Kunjungan direktur panas bumi ke proyek PLTP Karaha
Selain itu, kabupaten Mandailing Natal, Sumatera Utara juga telah menyelesaikan proyek pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) Sorik Marapi. PLTP Sorik Marapi memiliki kapasitas produksi listrik sebesar 50 MW yang dapat melistriki 100 ribu rumah tangga[4]. Proyek ini terbagi menjadi dua tahap. PLTP Sorik Marapi tahap 1 dengan kapasitas 20 MW akan beroperasi pada bulan Maret 2018 dan PLTP Sorik Marapi tahap 2 dengan kapasitas 30 MW akan beroperasi pada bulan September 2018. PLTP Sorik Marapi akan dikembangkan hingga kapasitas total 240 MW pada tahun 2022. Proses pengeboran dan konstruksi PLTP Sorik Marapi telah menyerap tenaga kerja lokal sebanyak 3.382 orang. Pemerintah Mandailing Natal akan mendapatkan manfaat berupa bonus produksi sebesar Rp. 880 juta pada tahun 2018[5]. PLTP Sorik Marapi dibangun oleh PT. Sorik Marapi Geothermal Power (PT. SMGP).
Gambar 2. Proyek PLTP Sorik Marapi
Referensi
[1] Saptadji, Nenny. Sekilas Tentang Panas Bumi. Bandung : Institut Teknologi Bandung
[2] Lorinsa, Dian. 2018. PLTP Karaha Segera Beroperasi Akhir Februari 2018. http://ebtke.esdm.go.id/post/2018/02/04/1875/pltp.karaha.segera.beroperasi.akhir.februari.2018 (Diakses pada tanggal 13 Maret 2018)
[3] PT. Pertamina. 2018. PLTP Karaha Ditargetkan Beroperasi Penuh Akhir Februari 2018. http://www.pertamina.com/id/news-room/news-release/pltp-karaha-ditargetkan-beroperasi-penuh-akhir-februari-2018 (Diakses pada tanggal 13 Maret 2018)
[4] Lorinsa, Dian. 2018. PLTP Sorik Marapi Siap Pasok Listrik Wilayah Sumut. http://ebtke.esdm.go.id/post/2018/02/24/1891/pltp.sorik.merapi.siap.pasok.listrik.wilayah.sumut?lang=en (Diakses pada tanggal 13 Maret 2018)
[5] Muharti, Anovianti. 2018. PLTP Sorik Marapi Siap Pasok Listrik Wilayah Sumut. http://www.migasreview.com/post/1519623401/pltp-sorik-merapi-siap-pasok-listrik-wilayah-sumut.html (Diakses pada tanggal 13 Maret 2018)