Siringmakar 17: “Tips dan Trik Publikasi Ilmiah di Jurnal Ber-impact Tinggi”

  Pemateri : Bimastyaji Surya Ramadan (Alumni S2 Teknik Lingkungan ITB, Dosen Institut Teknologi Yogyakarta) Moderator : Wayan Dadang   […]

 

Pemateri : Bimastyaji Surya Ramadan (Alumni S2 Teknik Lingkungan ITB, Dosen Institut Teknologi Yogyakarta)

Moderator : Wayan Dadang

 

Pendahuluan

Jumlah publikasi ilmiah di Indonesia semakin baik. Per April 2018, jumlah publikasi ilmiah Indonesia  berada di peringkat dua dan berhasil menggeser Singapura. Prestasi ini harus dipertahankan dan semoga juga berbanding lurus dengan kualitasnya.

 

Diskusi

Assalamualaikum Wr Wb.

Artikel ilmiah memiliki ciri khas utama yaitu adanya proses peer-review / penilaian sejawat / penilaian oleh para ahli di bidang tertentu. Selain itu, pengambilan informasi, diskusi, dan penulisannya mengambil referensi dari artikel-artikel ilmiah yang bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya. Beberapa artikel yang diketahui adalah makalah riset, short communication, artikel review dan masih banyak lagi. Pembagiannya bisa dilihat di slide berikut.

Gambar 1. Jenis-jenis Publikasi Ilmiah [Bimastyaji, 2018]

Perbedaan beberapa jenis publikasi ilmiah itu adalah:

  1. Pada kemudahan aksesnya, dan
  2. Kedalaman materi yang dibahas.

Secondary literature merupakan kumpulan / kesimpulan suatu topik penelitian tertentu dari primary literature. Tertiary literature merupakan literatur terakhir yang lebih menekankan pada ketenaran dan kurang saintifik jika dibanding jenis lainnya. Grey literature adalah jenis publikasi yang memiliki akses terbatas.

Selain itu dikenal beberapa jenis lainnya seperti prosiding, pre-print, magazine, dan data in brief. Sering saya mendengar kesalahan persepsi dimana publish paper adalah publish jurnal, padahal jurnal adalah kumpulan dari paper-paper untuk topik yang serupa.

Warstek masuk ke dalam tertiary literature 🙂

Saya sendiri pernah beberapa kali menulis artikel review (4 artikel) dan artikel riset (3 artikel). Kebanyakan saya publish lewat konferensi dimana terdapat konferensi-konferensi yang menawarkan future publication-nya di sebuah jurnal termasuk Journal of Environmental Management yang tercantum di poster. Tujuan saya melakukan review adalah untuk belajar, sekaligus belajar untuk thesis (waktu itu) sehingga saya memiliki wawasan yang luas ketika sidang nantinya. Review paper sering digunakan seseorang untuk menangkap informasi secara cepat sebelum membaca artikel riset. Beberapa konferensi saya ikuti juga dengan tujuan untuk belajar dan menambah wawasan. Semoga apa yang saya lakukan ini juga dilakukan oleh rekan-rekan semua.

Gambar 2. Publikasi Ilmiah Pemateri [Bimastyaji, 2018]

Publikasi memiliki beberapa tahapan, dimana yang pertama adalah persiapan data. Kemudian data tersebut menentukan dimana kira-kira publikasi yang tepat. Setelahnya, baca dengan seksama aturan penulisan dan mulai menulis. Kesan pertama (judul dan abstrak) sangat penting untuk menjadikan artikel diterima. Setelah itu ada proses peer-review dan pengembalian manuskrip ke penulis. Penulis wajib menanggapi semua komentar reviewer dengan santun, baik dan lengkap. Jika ada revisi, maka perlu adanya literasi hingga artikel siap untuk diterbitkan.

Gambar 3. Proses Publikasi [Bimastyaji, 2018]

Conference / seminar ilmiah digunakan untuk menjangkau lebih banyak masukan dan kolaborasi. Beberapa konferensi dapat mengusahakan publikasi di Jurnal ada pula yang potensi publikasi di Prosiding. Pilihan prosiding maupun jurnal  ini tergantung dari masing-masing individu. Dalam dunia akademis, penerbitan artikel ilmiah di Prosiding memiliki nilai Kum yang lebih kecil daripada di jurnal. Hati-hati dengan Jurnal / prosiding abal-abal / predatory journal. Cek disini sebelum melakukan submission: https://predatoryjournals.com/journals/.

Proses dari submit – publikasi bisa memakan waktu paling cepat 3 bulan sampai 1 tahun tergantung proses review. Untuk early publication hasil riset, bisa menggunakan pre-print server. Menurut saya, menulis tidak memerlukan persiapan yang matang. Asalkan ada niat, pasti ada jalan. Langsung eksekusi supaya tahu harus bertindak seperti apa.

Jika dalam bentuk Review, maka persiapkan literatur yang mendukung diskusi yang mendalam (>70 lebih baik). Jika dalam bentuk research paper, maka harus dipersiapkan data-data berupa tabel/ gambar/ grafik yang jelas (>30 literatur lebih baik). Perlu juga identifikasi 2-3 penemuan penting dari penelitianmu. Fokus pada kebaruan (novelty) dan originalitas.

Gunakan bahasa yang baik dan benar, dan berkolaborasilah karena itu penting!. Ajak beberapa penulis dari berbagai bidang ilmu untuk ikut menjadi penulis atau reviewer agar penyajian artikel lebih sempurna.

Langkah-langkah dalam menulis artikel ilmiah bisa dilihat dari gambar di bawah ini. Biasanya, penulisan artikel dimulai dari mengumpulkan data, membuat ilustrasi dalam bentuk gambar maupun tabel kemudian baru menuliskan metodenya. Kemudian ditulis bagaimana hasilnya dan didiskusikan secara saintifik. Setelah itu ditarik sebuah kesimpulan. Pendahuluan / latar belakang ditulis setelahnya. Pendahuluan berisi tentang pengembangan, originalitas dan kebaruan. Setelahnya, baru dibuat abstrak, judul, keywords beserta highlights untuk mempertegas identitas artikel yang dibuat. Penulisan referensi dilakukan secara manual, untuk menghindari adanya typo dan kesalahan format penulisan.

Dari diskusi ini ada beberapa saran yang ingin saya sampaikan yaitu:

  1. Buat beberapa akun seperti Researchgate, Orcid, Google scholar dan Linkedin untuk meningkatkan kredibilitas;
  2. Kalau belum punya data penelitian, buat review paper dulu (secondary literature);
  3. Jangan pernah berhenti mencoba, meskipun ditolak editor berkali-kali. Dibuat sistem berjenjang dari jurnal yang berkualitas tinggi ke rendah;
  4. Berkolaborasi dengan peneliti-peneliti yang sudah pernah publikasi akan mempermudah proses penulisan; dan
  5. Niatkan untuk beribadah, berbagi ilmu, dan belajar. Learning by doing / practicing, dan jangan lupa untuk berdoa.

Akhir kata, apabila ada kekurangan saya mohon maaf dan bila ingin berdiskusi lebih lanjut, mau menuangkan uneg-uneg nya dipersilahkan, saya jawab semampunya, ya, hehe. Terima kasih ^^

“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat, dari hati yang tidak khusyu’, dari jiwa yang tidak pernah puas, dan dari doa yang tidak dikabulkan”(HR. Muslim).

Maaf kalau terlalu cepat, hehe, bisa dibaca-baca dulu.

Wassalamualaikum wr. wb.

 

Sesi Tanya Jawab (Q&A)

  1. Niken
    Q. :
    Hal apa yang pertama kali harus disiapkan dalam hal publikasi selain jurnal, tips dan trik apa serta jurnal seperti apa yang nantinya bisa terindeks dan terpublish?

    A. : Banyak membaca tentang topik yang sesuai dengan minat mbak niken.. ^^ untuk berlatih, bisa coba publish di warstek hehehe. kalau tips dan trik-nya supaya artikelnya bisa masuk ke jurnal yang terindeks itu ya banyak relasi, terutama yang memahami soal bidang mbak niken. Atau coba tulis dulu artikelnya, nanti dilempar ke orang-orang terdekat dan kolaborasi.
  2.    Ahmad ikhwan
    Q.1 Bagaimana contoh prosiding abal-abal yang dimaksud?

    A.1 Terima kasih mas ahmad, ada beberapa penyelenggara yang hanya mengejar keuntungan. Dalam hal ini, mereka tidak menggunakan proses peer-review yang benar. Ciri nya proses review yang cenderung sangat cepat, bisa jadi cuma 1 hari. Bahkan ada sekelompok orang yang memiliki pandangan negatif terhadap dunia publikasi akademis terkait hal ini. Menurut saya pribadi, khusus untuk konferensi, ikut yang penyelenggaranya adalah universitas atau institut, itu lebih aman. Kalau yang menyelenggarakan swasta, patut dipertanyakan.
    Q.2 Mengapa dalam penulisan artikel hal pertama yang  dilakukan adalah mengumpulkan data?. Dan mengapa bukan penulisan metode terlebih dahulu yang kita kerjakan?
    A.2 Sebenarnya ini bisa berjalan beriringan mas ahmad, disitu saya mengambil referensi dari website elsevier. Kalau saya pribadi ya mas, saya kumpulkan data dulu, baru setelah itu sambil jalan menuliskan metodenya. Ini yang saya maksud bukan membuat proposal penelitian ya, tetapi menulis artikel ilmiah. Anyway, kembali lagi itu tergantung dari mas ahmad nyaman nya seperti apa 🙂
  3.  Adri
    Q.1 
    Apakah Jurnal Review dapat di-publish ketika kita belum banyak (expert) di bidang yang kita review?

    A.1 Terima kasih mas adri… Kalau mas melihat profil google scholar saya, pertanyaan ini langsung terjawab, hehehe, saya bahkan ketika publish di JEMA, belum punya record penelitian serupa, jadi jawabannya tidak harus. Yang penting adalah apa yang kamu submit mas adri. Kalau itu sesuai kebutuhan reviewer, inshaaAllah bisa.
    Q.2 Apa yang menentukan seseorang dapat mem-publish paper nya di jurnal yang bereputasi dengan yang kurang bereputasi?, dan apa indikatornya kak?
    A.2 Saat ini, indikator bereputasi atau tidak itu bisa dilihat dari scopus (meskipun ada banyak juga orang yang tidak setuju dengan ini). Ketika mas cek scopus.com, mas bisa download excel yang isinya tentang pemeringkatan jurnal-jurnal. Kalau di Indonesia, reputable atau tidak ini bisa dilihat dari sinta (sains and technology index, kalau gak salah) hehe. Kalau suatu jurnal sudah masuk sinta atau scopus, jelas itu dianggap bereputasi.
    Q. 3 Mohon pencerahan, mas. Ada asumsi bahwa jurnal review itu dilakukan jika kita diundang, atau mungkin invited author mas yang mampu publish disitu, dan biasanya expert di bidangnya ditandai dengan beberapa jurnal yang berkorelasi dengan paper-nya. Apakah ada tips and trik kataegori jurnal yg bisa non-expert untuk publish mas?, karena ada beda Jurnal Review dengan Meringkas Jurnal begitu katanya, Mas.
    A.3 Hehe, iya mas. Saya kemarin dapat komen seperti ini persis. “Review” itu bukan berarti meringkas, tapi mendiskusikan suatu topik tertentu dan menemukan arti dari suatu fenomena. Nah, itu tergantung isi dari artikel review Mas Adri. Kalau Mas Adri cuma meringkas saja jelas pasti langsung tertolak. Saya rasa beberapa reviewer dan editor jurnal bereputasi itu fair, mas. Tidak memandang siapa yang membuat, tetapi apa yang dibuat. Saya berkali-kali disebut PhD (padahal masih MT, haha) dan mereka pun memahami. Yang jadi soal bukan background mas, tetapi apa yang mas submit. Ketika submit pun reviewer tidak melihat status mas saat itu, yang dilihat adalah yang mas buat, bagaimana cara membuat discussion yang baik? itu dengan cara membandingkan berbagai macam temuan, misal gini:artikel A menyatakan pH suatu larutan 7artikel B menyatakan pH suatu larutan 8artikel C menyatakan pH larutan 7

    Mengapa ini terjadi?, bagaimana bisa terjadi?, kondisi itu dijelaskan sampai pada suatu kesimpulan bahwa kondisi X akan mempengaruhi pH larutan.
    Q. : Terimakasih jawabannya, kak, karena saya punya pengalaman mereka minta minimal beberapa paper kita yang mendukung untuk tulisan review kita sehingga mereka approve bahwa kita berkompetensi untuk menulis jurnal review. Tapi mungkin beda jurnal beda ketentuan kali ya, kak. But, terima kasih atas jawabannya, kak.
    A. : Untuk jurnal-jurnal dengan reputasi yang baik, saya rasa semua akan berpikir hal yang sama mas. Iya mas, sebenarnya untung-untungan dapet editor yang baik juga sih. Pengalaman saya submit di 2 jurnal, tidak ada yang mempermasalahkan soal itu. Tetapi, untuk ngakalin, bisa menggaet / kolaborasi dengan pembimbing atau orang-orang yang sudah banyak publish. Jangan menyerah, mas, hahaha.

  4. Dadang Aryanda
    Q. 1 Saya sedang menulis paper tapi menggunakan data dari penelitian orang lain. Dari paper lain dan skripsi. Apakah bisa saya gunakan?

    A.1  Wah, mas dadang, Terimakasih. Bisa banget, mas. Etikanya sih mas harus bilang ke orangnya, tidak asal ambil. Tetapi saat ini ada namanya reuse data, pernah dengar?, jadi memang ada sekelompok orang yang dengan sukarela memberikan datanya untuk dianalisis. Ini bisa dicari di datacite.org dan zenodo kalau saya gak salah ingat. Kalau kasusnya data ini sudah pernah dipublikasi, tergantung juga datanya seperti apa. kalau cuma data sekunder mungkin masih ditoleransi.
    Q.2  Apakah pemilihan judul mempengaruhi diterima tidaknya tulisan kita?
    A.2 Sangat berpengaruh mas, karena judul seperti click bait ya, tapi harus yang ilmiah, jangan terlalu panjang, tapi juga jangan terlalu pendek.
    Q.3 Apakah background penulis kedua dan ketiga bisa mempengaruhi diterima tidaknya tulisan kita?
    A.3 Seperti pertanyaan mas Adri, menurut saya tergantung isi tulisan dulu, mas. Tapi kalau ketemu editor yang agak rese, mungkin jadi agak repot. Nah peran penulis kedua dan ketiga disini bisa lebih banyak sebagai pemerkuat argumen. Atau penulis kedua dan ketiga yang berpengalaman itu digunakan sebagai corresponding author-nya.
  5. Zynopsicha
    Q. 
    Bagaimana tips memilih jurnal yang tepat untuk submit paper? Apakah hanya bisa dengan mengikuti paper-paper sejenis paper saya yg sudah dipublish di jurnal tertentu?

    A. Caranya:
    – Dengan melihat referensi yang banyak kita pakai. Seperti saya waktu publish di JEMA, kebanyakan referensi     dari Journal of Hazardous Material, hehe;
    – Bisa dengan melihat paper2 sejenis;
    – Cek di scopus dan sinta, mana jurnal yang bereputasi mana yang tidak.
    Biasanya ada Call for Paper juga di jurnal-jurnal Indonesia, disitukan bisa kelihatan, topik yang mau kita submit masuk atau tidak.
  6. Citra
    Q.1 Bagaimana menjawab hasil peer-review yang agak “negatif” ?;

    A.1 Saya kasih contoh gambarnya ya… sebentar saya carikan 🙂
    Q.2 Boleh dibagi Mas kebanyakan tantangan dalam peer-review spesifik di metode apa?
    A.2 Kalau orang Indonesia, kendala utama di BAHASA! hahahaha. Padahal saya sudah pakai jasa proofreader sworn translator, tetap masih ada typo, eh maksudnya tantangan dalam peer-review itu kita sebagai peer-review atau bagaimana?
  7. Aristiany
    Q.1 
    Kak, kok ada jurnal yang palsu tapi dia bisa terbit?. Pernah dengar kalau jurnal asli itu harus ada ISBN gitu, dll?. Jurnal yang sudah terbit ‘kan banyak, gimana caranya kita tahu kalau penelitian kita itu ‘baru’ (belum pernah ada penelitian tersebut sebelumnya).

    A.2 Kak aristiany, pernah cek prosedur mendapatkan ISBN?, sejauh yang saya tahu sangat mudah, lho. Bisa online juga. Itu kasus di Indonesia, ya. Kalau kasus di luar negeri, jurnal abal-abal itu sangat banyak bertebaran, terutama dari negara timur tengah, hehe. Artikel maksudnya, ya? dengan kepo maksimal sih kak, hehe. Pertama cek nya ya dengan menuliskan judul penelitian kita di Google, itu paling mudah, kemudian cek di Science direct atau Pubmed atau yang lainnya, kalau dengan kata kunci yang sama tidak lagi ditemukan artikel serupa, ya berarti penelitian kakak bisa dibilang cukup baru. Apalagi beda negara, beda aturan.
  8. Ricka
    Q. Apakah tugas akhir sarjana (skripsi) yang sudah dipublikasi di salah satu prosiding Nasional, bisa didaftarkan untuk dipublikasi Internasional?

    A. Apakah semua data digunakan dalam prosiding itu?, kalau iya, berarti tidak bisa. Tapi kalau belum berarti masih memungkinkan, haha, sudah tuh.
  9. Deny
    Q. Apakah beda langkah penulisan pembuatan proposal penelitian dengan penulisan artikel ilmiah?, bagaimana membuat paper yang bagus agar bisa diterima di jurnal yang terindeks scopus, misal : IEEE. Apakah ada tips dan triknya?

    A. Eh, kalau artikel ilmiah ‘kan sudah ada data-data nya, mas deny. Hehe. Kalau proposal mah belum ada datanya. Selain seperti yang sudah saya share di PDF, dikuatkan di Judul dan Pendahuluannya (novelty, originalitas, tujuan dan masalah). Karena kemarin waktu saya submit, isinya masih berantakan tapi karena judul dan pendahuluannya menarik jadi lolos, hahaha. Eh tadi yang daftar scopus, daftar saja pakai Gmail. Akun scopus saya gmail kok, haha. Tapi itu cuma bisa akses terbatas. Kalau mau yang tidak terbatas, pakai wifi kampus yang berlangganan saja.

Penutup

Publikasi artikel ilmiah itu tidak ada bayarannya, bahkan menjadi reviewer pun sama, gratis, bahkan kadang untuk mengunduh pun bayar. Tapi akan jadi kebahagiaan kalau kita bisa berbagi ilmu ke sesama. Mungkin diluruskan niatnya saja, ya. Supaya berkembang ilmu pengetahuan kita, berkembang juga Indonesia yang masih kalah jumlah publikasinya dengan negara tetangga, hahaha..

Keep reading, Keep writing, and Keep sharing.

 

2 thoughts on “Siringmakar 17: “Tips dan Trik Publikasi Ilmiah di Jurnal Ber-impact Tinggi””

  1. apa yang saya lakukan jika pada ojs jurnal tertera peer review : last modified tgl 21-10-2020 dan editor decision : editor version 9-10-2020 dg paper saya yg terlihat tidak ada lagi perbaikan, dan tanpa ada sama sekali komentar dari editor?

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top