Untuk kedua kalinya dalam tahun 2018 ini, seorang warga di Indonesia telah ditelan utuh oleh seekor ular Phyton. Kali ini seorang wanita bernama Wa Tiba (54), warga Desa Persiapan Lawela, Kecamatan Lohia, Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara, tewas ditelan ular Phyton di kebunnya. Wa Tiba (54 tahun) meninggalkan rumahnya di pulau Muna untuk mengunjungi ladang jagungnya pada Kamis malam. Saat itu, Tiba mengaku, hendak melihat kebun jagungnya yang kerap dirusak babi hutan. Wa Tiba terakhir kali pamit berangkat ke kebunnya pada hari Kamis (14/6/2018) sekitar pukul 19.00 WITA. Ladang tersebut berjarak kurang lebih 8 km dari rumahnya, dikelilingi oleh tebing, gua dan sejumlah ular piton reticulated, ular terpanjang di dunia.
Ketika Wa Tiba belum kembali pada saat matahari terbit keesokan harinya, saudara perempuannya pergi ke ladang untuk mencarinya. Dia hanya menemukan jejak kaki, senter, parang, dan sandal milik Tiba. Pada pagi hari Jumat, sekitar 100 orang dari desa Persiapan Lawela menyisir ladang. Mereka menemukan ular itu beberapa belas meter dari barang-barang milik Tiba. Panjangnya 8 meter dengan perut sangat besar sehingga hampir tidak bisa bergerak. Warga membelah perut ular itu dan menemukan korban di dalam perut ular tersebut dalam keadaan sudah tidak bernyawa dalam kondisi masih menggunakan celana panjang dan kaus lengan panjang seperti pakaian yang ia kenakan terakhir. Kulit tubuh korban terlihat hitam. Warga tidak menyangka hal ini akan terjadi, karena ular biasanya memakan mamalia yang lebih kecil, bukan manusia. Namun demikian, hal ini sama seperti yang terjadi di pulau yang berdekatan tahun lalu, ketika tubuh seorang pria dikeluarkan dari python sepanjang 7 meter. Sebenarnya, bagaimanakah hal ini bisa terjadi? Bagaimana cara ular python memangsa korbannya?[1],[2],[3],[4]
Seperti yang telah disebutkan di atas, ular yang telah memangsa manusia tersebut adalah jenis Python reticulatus. Sebenarnya apa itu ular Python reticulatus? Dalam ilmu biologi, Python reticulatus merupakan jenis ular tidak berbisa yang hidup di beberapa negara, termasuk Indonesia. Taksonomi/klasifikasinya adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Kordata
Sub-Filu : Vertebrata
Kelas : Reptilia
Ordo : Squamata
Subordo : Serpentes
Family : Boidae
Genus : Python
Spesies : Python reticulatus
Selain Python reticulatus, terdapat spesies Python yang lainnya seperti Python sebae, Python regius, Python anchiate, Python breitensteini, Python brongersmai, Python morulus, Python timorensis, Python curtus, Python natalensis. Jenis Python reticulatus ini termasuk jenis ular terbesar di dunia. Jenis ini banyak ditemukan di Asia Tenggara, antara lain Kepulauan Nicobar, Burma, Semenanjung Malaya, Thailand, Kamboja, Vietnam, Filipina, dan di seluruh Kepulauan Indonesia, terutama di pulau Kalimantan, Sulawesi, dan sampai dengan Seram dan Timar.
Serangan ular Phyton memang akurat dan sering berhasil. Ular harus bisa menilai jaraknya dari mangsanya. Ular Phyton menemukan mangsa dengan indera penciuman, peraba, dan perasa yang tajam serta berkamuflase untuk mendekati mangsanya. Selain itu, Phyton dapat mendeteksi panas tubuh mangsanya. Tujuan dari serangan ular pyhton adalah untuk menjangkarkan 80-110 giginya ke dalam tubuh mangsa sehingga Phyton dapat membentuk sebuah lilitan yang kemudian dapat ditarik/dicekikan dengan kuat di sekeliling tubuh mangsanya. Biasanya, ular Phyton melilitkan tubuhnya di bagian leher/dada/saluran pernafasan atas dan di saluran peredaran darah.
Setelah ular melilitkan tubuhnya, mangsa akan terbunuh karena kesulitan bernafas, bukan karena ular dapat mematahkan tulang mangsanya. Terdapat survei herpetologis teks yang menemukan bahwa 22 ilmuwan menyatakan mangsa yang dibunuh oleh Phyton mati karena mekanisme suffocation, yaitu penutupan saluran pernafasan bagian atas/kehabisan oksigen. Sementara lima lainnya menyatakan bahwa mangsa dibunuh dengan kombinasi suffocation dan mekanisme gangguan sirkulasi darah yang mengakibatkan kematian. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa sebelum ditelan, kemungkinan besar penyebab utama kematian mangsa adalah kesulitan bernafas serta berhentinya aliran darah ke jantung dan otak. Kematian itu terjadi dalam kurun waktu antara 45 hingga 180 detik. Mangsa yang telah mati kemudian ditelan secara utuh mulai dari kepala terlebih dahulu. Python dapat menelan mangsa yang lebih besar, bahkan manusia, karena fisiologi rahang bawahnya tidak langsung melekat pada tengkoraknya, sehingga memungkinkannya untuk membuka rahangnya lebih lebar, atau secara sederhana dapat dikatakan rahang bawah python terlepas dari rahang atasnya. ular akan menelan tubuh mangsa sampai benar-benar berada di dalam perut selama sekitar satu jam. Mangsa tidak dikunyah terlebih dahulu tapi akan dicerna oleh cairan yang sangat asam di dalam lambung ular.
Ular dapat menyerang manusia karena tiga alasan. Pertama, hanya melindungi diri mereka karena manusia adalah pemangsa utama ular. Ular sering berkamuflase (warna sama dengan lingkungan dan bergerak sangat tenang) sehingga manusia bisa dekat dengan ular dan sama sekali tidak menyadari kehadirannya. Ini bisa menyebabkan ular merasa terancam (misalnya, terinjak) dan terluka sebelum manusia bahkan tahu ular ada di sana. Alasan kedua adalah makanan. Seekor ular lapar mungkin menganggap manusia sebagai makanan, tapi manusia bukanlah mangsa utama ular raksasa. Minat ular memakan manusia mungkin dipicu oleh bau alami dari mangsa normal ular yang ada pada manusia, atau bisa jadi karena kelaparan ekstrim. Alasan ketiga adalah salah mengira manusia lebih tipikal mangsa. Jadi, seseorang dengan aroma binatang lain di kulitnya sangat berisiko diserang.
Jika manusia telah terlanjur dililit oleh Phyton, salah satu cara untuk melepaskan lilitannya adalah dimulai dari ekor. Cara yang lain adalah apabila ada tangan yang masih bebas atau lepas, dapat menusuk ular Phyton di bagian hidungnya dengan benda tajam/batang lidi/ranting atau benda lain. Hal ini disebabkan karena ular Phyton sensitif di bagian wajah. Apabila bertemu dengan ular Phyton, jangan melakukan tindakan yang mengganggu atau membuatnya terancam, dan segera hubungi petugas yang berwenang, karena walaupun tidak berbisa, ular Phyton masuk dalam kategori satwa berbahaya.[5],[6],[7],[8]
Referensi
[1] Tribunnews. 2018. Wa Tiba Tewas Dimakan Piton, Pakar Reptil Yakini Inilah Penyebab Korbannya Tak Bisa Loloskan Diri. http://jatim.tribunnews.com/2018/06/18/wa-tiba-tewas-dimakan-piton-pakar-reptil-yakini-inilah-penyebab-korbannya-tak-bisa-loloskan-diri?page=all&_ga=2.165484159.1552441352.1530101128-1770038131.1502183033 (Diakses 27 Juni 2018)
[2] Jakarta Post. 2018. 8-meter python slain after swallowing woman in Southeast Sulawesi. http://www.thejakartapost.com/news/2018/06/16/8-meter-python-slain-after-swallowing-woman-in-southeast-sulawesi.html (Diakses 27 Juni 2018)
[3] Washington Post. 2018. A woman went to check her corn — and was swallowed by a python. https://www.washingtonpost.com/news/worldviews/wp/2018/06/16/a-woman-went-to-check-her-corn-and-was-swallowed-by-a-python/?noredirect=on&utm_term=.d6433e6c8ec2 (Diakses 27 Juni 2018)
[4] Kompas. 2018. Kronologi Peristiwa Wanita Ditelan Ular Sanca hingga Ditemukan Tewas di Perut Ular. https://regional.kompas.com/read/2018/06/16/13595831/kronologi-peristiwa-wanita-ditelan-ular-sanca-hingga-ditemukan-tewas-di. (Diakses 27 Juni 2018)
[5] Murphy, J.C. and R. W. Henderson. 1997. Tales of giant snakes: a historical natural history of anacondas and pythons. Florida: Krieger Publishing Company.
[6] Auliya, M,.A, P.A. Mausfeld, A. N. Schmitz, dan W.O. Böhme. 2002. Review of the reticulated python (Python reticulatus Schneider, 1801) with the description of new subspecies from Indonesia. Naturwissenschaften. 89(5):201-213.
[7] Rossman, S. 2017.Pythons can kill a human in minutes and swallow them in an hour https://www.usatoday.com/story/news/nation-now/2017/03/30/pythons-can-kill-human-minutes-and-swallow-them-hour/99824246/. (Diakses 27 Juni 2018)
[8] Jordan, R. 2017. Begini Cara Lepaskan Diri dari Lilitan Ular Piton. https://news.detik.com/berita/3461233/begini-cara-lepaskan-diri-dari-lilitan-ular-piton. (Diakses 27 Juni 2018)