Snowball Earth: Zaman Es Terbesar Bumi Kita Mungkin Tidak Hanya Punya Satu Penyebab

Ilmuwan berpendapat bahwa perubahan besar pada posisi benua dan aktivitas vulkanik yang menghasilkan gas-gas rumah kaca seperti karbon dioksida berperan besar dalam menciptakan keadaan es ini. Namun, ada pula pendapat lain yang mengemukakan bahwa benturan dengan sebuah asteroid mungkin menjadi kunci penyebabnya.

Dalam sejarah Bumi terdapat sebuah periode panjang di mana planet kita hampir seluruhnya tertutup oleh lapisan es tebal. Periode ini dikenal sebagai “Snowball Earth”, atau “Bumi Bola Salju”. Para ilmuwan meyakini bahwa untuk mencapai kondisi tersebut, Bumi menerima dua dampak besar yang menyebabkan efek domino pada lingkungan global. Dalam kurun waktu lebih dari 50 juta tahun, Bumi mengalami kondisi ekstrem yang tidak hanya memengaruhi iklim global, tetapi juga mengubah secara dramatis permukaan dan atmosfer planet kita.

Ketika kita membicarakan “Snowball Earth”, kita sedang mengulik masa lalu Bumi yang gelap, di mana seluruh permukaan planet bumi hampir terperangkap dalam es. Para ilmuwan telah menyoroti bahwa ada kemungkinan Bumi mengalami dua pukulan besar yang menyebabkan perubahan dramatis ini. Sebuah tim ilmuwan berpendapat bahwa perubahan besar pada posisi benua dan aktivitas vulkanik yang menghasilkan gas-gas rumah kaca seperti karbon dioksida berperan besar dalam menciptakan keadaan es ini. Namun, ada pula pendapat lain yang mengemukakan bahwa benturan dengan sebuah asteroid mungkin menjadi kunci penyebabnya. Meskipun begitu, pada saat ini, bukti yang cukup untuk mendukung klaim ini masih kurang.

Masa-masa yang kita sebut sebagai Snowball Earth membuat zaman es terbaru kita terlihat seperti kedinginan yang sepele. Bayangkan saja, gletser-gletser raksasa yang biasanya kita asosiasikan dengan Kutub Utara dan Selatan, ada di khatulistiwa! Bahkan, ada satu periode di mana dinginnya diperkirakan berlangsung selama sekitar 57 juta tahun. Tidak sulit untuk memahami betapa sulitnya bagi kehidupan untuk bertahan dalam kondisi seperti itu.

Selama para ilmuwan merenungkan pertanyaan tentang bagaimana kehidupan bisa bertahan dalam kondisi Snowball Earth, ada yang juga penasaran tentang bagaimana peristiwa sedemikian bisa terjadi. Perubahan pada orbit Bumi atau faktor-faktor eksternal lainnya mungkin tidak cukup untuk menjelaskan fenomena ini. Namun, ada satu hal yang cukup mencolok dalam peristiwa besar tersebut dan glaciation yang terjadi belakangan ini, yaitu tingkat karbon dioksida yang rendah.

Sebagai bahan bakar utama untuk perubahan suhu di Bumi, tingkat karbon dioksida yang rendah selama masa Snowball Earth tidak bisa diabaikan. Namun, pertanyaan yang muncul kemudian adalah mengapa tingkat karbon dioksida bisa menjadi sangat rendah.

Dr. Adriana Dutkiewicz dari Universitas Sydney bersama timnya memiliki teori tentang penyebab rendahnya tingkat karbon dioksida. Mereka menelusuri bahwa rendahnya emisi karbon dioksida vulkanik pada masa itu, dibantu oleh proses pengikisan batuan vulkanik yang besar di wilayah Kanada, mungkin menjadi faktor penentu.

Bagaimana lipatan es laut terjadi selama sepuluh tahun setelah skenario pemanasan global sebesar 200 gigaton. Dari kiri ke kanan, setiap kolom menunjukkan bagaimana es laut bereaksi dalam simulasi yang menggambarkan kondisi pra-revolusi industri (PI), zaman es terakhir (LGM), empat kali lipat kadar karbon dioksida (4 × CO2), dan sekitar 720 juta tahun yang lalu (750 ppm karbon dioksida), secara berturut-turut.

Referensi :

Minmin Fu, Dorian S. Abbot, Christian Koeberl, Alexey Fedorov. Impact-induced initiation of Snowball Earth: A model study. Science Advances, 2024 10 (6) DOI: 10.1126/sciadv.adk5489

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *