Waterspout: Pengaruh Perubahan Iklim Terhadap Fenomena Alam

Fenomena alam waterspout adalah salah satu jenis fenomena meteorologis yang menarik perhatian banyak orang, terutama ketika terjadi di perairan yang dekat dengan daratan. Baru-baru ini, waterspout dilaporkan terjadi di perairan selatan Bandara Yogyakarta International Airport (YIA), yang menambah daftar kejadian alam yang sering kali menjadi sorotan. Lalu, apa sebenarnya waterspout?

waterspout

Fenomena alam waterspout adalah salah satu jenis fenomena meteorologis yang menarik perhatian banyak orang, terutama ketika terjadi di perairan yang dekat dengan daratan. Baru-baru ini, waterspout dilaporkan terjadi di perairan selatan Bandara Yogyakarta International Airport (YIA), yang menambah daftar kejadian alam yang sering kali menjadi sorotan. Lalu, apa sebenarnya waterspout?

Pengertian Waterspout

Waterspout adalah fenomena meteorologis yang sering kali dikaitkan dengan tornado yang terjadi di atas perairan. Meskipun tampak mirip dengan tornado di daratan, waterspout memiliki karakteristik dan proses terbentuk yang berbeda. Jurnal berjudul “A Simple Theory for Waterspouts“, menjelaskan teori di balik fenomena ini, yang mengkaji berbagai aspek yang mempengaruhi pembentukan dan perilaku waterspout.

Sumber: id.pinterest.com

Waterspout adalah puting beliung yang terbentuk di permukaan air, baik itu di laut, danau, atau sungai. Waterspout biasanya memiliki bentuk seperti corong yang terhubung antara permukaan air dan awan cumulus atau cumulonimbus yang berada di atasnya. Fenomena ini dapat terjadi dalam berbagai ukuran, mulai dari waterspout kecil yang hanya berlangsung beberapa menit, hingga yang lebih besar dengan durasi yang lebih lama. Secara umum, waterspout dibedakan menjadi dua jenis utama: tornadic waterspouts dan non-tornadic waterspouts.

Tornadic Waterspout vs Non-Tornadic Waterspout

Tornadic waterspouts terbentuk melalui proses yang mirip dengan tornado di daratan. Mereka dipicu oleh interaksi antara kondisi atmosfer yang tidak stabil, suhu permukaan air yang lebih hangat, serta perubahan kecepatan dan arah angin yang cukup signifikan di ketinggian tertentu. Dalam banyak kasus, fenomena ini terjadi ketika awan cumulonimbus berkembang di atas perairan hangat, menghasilkan konveksi yang kuat.
Sebaliknya, non-tornadic waterspouts biasanya lebih kecil dan tidak terkait langsung dengan kondisi atmosfer yang sangat tidak stabil. Mereka terbentuk dari pertemuan udara dingin dengan perairan yang lebih hangat, menghasilkan peningkatan kelembaban yang cepat. Proses ini menciptakan kondensasi yang menghasilkan kolom udara berputar yang lebih lemah daripada tornado.

Proses Pembentukan Waterspout

Pembentukan waterspout terjadi ketika kondisi atmosfer tertentu mendukung pembentukan kolom udara yang berputar di atas permukaan air. Menurut kajian jurnal oleh Renno dan Bluestain, proses pembentukan waterspout sangat bergantung pada adanya instabilitas atmosfer, suhu permukaan air yang lebih tinggi, dan konvergensi angin pada permukaan air. Ketika angin permukaan bertemu dengan angin yang lebih tinggi di atmosfer, perbedaan kecepatan dan arah angin menciptakan gesekan yang menghasilkan rotasi.

Selain itu, pengaruh suhu permukaan air juga memainkan peran penting dalam pembentukan waterspout. Perairan yang lebih hangat memicu peningkatan uap air yang terkondensasi menjadi awan, menciptakan massa udara yang lebih dingin dan padat di sekitar pusat putaran. Proses ini meningkatkan kekuatan rotasi dan mengarah pada pembentukan kolom udara berputar yang lebih intens.

Dalam kasus waterspout yang terjadi di selatan Bandara YIA, fenomena waterspout dipicu oleh adanya pertemuan antara massa udara hangat dari laut dengan massa udara dingin dari daratan. Keberadaan awan cumulonimbus yang cukup kuat juga berkontribusi pada pembentukan waterspout tersebut.

Perbedaan dengan Tornado

Meskipun waterspout dan tornado memiliki kesamaan dalam bentuk dan mekanisme rotasi, terdapat perbedaan penting dalam lokasi terbentuknya dan karakteristik kekuatannya. Tornado di daratan biasanya lebih kuat, dengan angin yang dapat mencapai kecepatan lebih tinggi dan daya rusak yang lebih besar. Sebaliknya, waterspout yang terjadi di perairan cenderung memiliki intensitas yang lebih rendah, meskipun beberapa jenis waterspout besar dapat menimbulkan kerusakan.

Dampak dan Potensi Bahaya

Walaupun waterspout tidak sering menyebabkan kerusakan besar, fenomena ini tetap berbahaya, terutama bagi kapal-kapal kecil yang berada di perairan saat waterspout terbentuk. Sebuah waterspout yang bergerak mendekati pantai atau perairan yang lebih dangkal bisa menyebabkan gelombang besar dan arus yang kuat. Karena itu, pemahaman yang lebih baik mengenai mekanisme pembentukan dan perilaku waterspout sangat penting untuk mengurangi risiko yang timbul.

Waterspout dan Pengaruh Perubahan Iklim: Berdasarkan Kajian di Kepulauan Balearic (1989–2020)

Fenomena Waterspout sering terjadi di wilayah Mediterania, termasuk Kepulauan Balearic, Spanyol. Dalam kajian jurnal “Climatology of waterspouts in the Balearic Islands (1989–2020)”, terdapat analisis terkait pola distribusi dan faktor lingkungan yang memengaruhi pembentukan fenomena ini.

Distribusi Spasial dan Temporal

Kajian menunjukkan bahwa waterspout cenderung terkonsentrasi di dekat area pelabuhan dan zona berpenduduk padat, seperti pantai utara dan timur Mallorca, serta area pesisir di Menorca dan Ibiza. Waterspout paling sering terjadi selama musim gugur (65% dari total kejadian), dengan puncak di bulan September. Distribusi waktu juga mengungkap bahwa fenomena ini umumnya diamati pada pagi hari, antara pukul 08:00 hingga 10:00.

Faktor-faktor Pembentuk

Faktor yang sangat mempengaruhi waterspout di Kepulauan Balearic adalah suhu permukaan laut (SST), kondisi atmosfer, dan pola tekanan regional. Analisis menunjukkan bahwa sebagian besar waterspout terjadi ketika SST berada di antara 23°C dan 26°C, memperlihatkan hubungan kuat antara suhu hangat dan frekuensi fenomena ini. Selain itu, indeks Osilasi Mediterania Barat (WeMO) menunjukkan hubungan dengan nilai mendekati nol, yang memungkinkan terbentuknya aliran angin barat daya.

Perubahan Iklim dan Peningkatan Frekuensi

Kajian ini menggarisbawahi peningkatan jumlah waterspout yang tercatat selama tiga dekade terakhir, seiring dengan naiknya suhu permukaan laut di Mediterania. Meski belum terdapat pembuktian yang menyatakan hubungan kausal secara langsung, kenaikan SST akibat perubahan iklim global tampaknya memainkan peran dalam meningkatkan peluang terbentuknya waterspout. Dengan terus meningkatnya SST di masa depan, frekuensi waterspout kemungkinan akan mengalami kenaikan lebih lanjut.

Tindakan Penanggulangan

Fenomena waterspout memiliki potensi bahaya yang signifikan, termasuk risiko bagi pelayaran, wisata bahari, dan infrastruktur pantai. Oleh karena itu, prediksi yang lebih baik berdasarkan pola sinoptik dan kondisi SST menjadi sangat penting untuk mitigasi risiko. Di era perubahan iklim, penting untuk memberikan perhatian khusus pada wilayah seperti Mediterania, dimana pemanasan laut dapat memperburuk frekuensi dan intensitas fenomena ini.

Referensi

Hardiantoro, A. dan Nugroho, R. S. 2024. Fenomena Waterspout Terjadi di Perairan Selatan Bandara YIA, Ini Penyebab dan Dampaknya. Diakses pada 30 November 2024 dari https://www.kompas.com/tren/read/2024/11/25/083000665/fenomena-waterspout-terjadi-di-perairan-selatan-bandara-yia-ini-penyebab

Renno, N. O. and Bluestein, H. B. 2001. A Simple Theory for Waterspouts. Diakses pada 30 November 2024 dari https://journals.ametsoc.org/view/journals/atsc/58/8/1520-0469_2001_058_0927_astfw_2.0.co_2.xml

Vega, et al. 2022. Climatology of waterspouts in the Balearic Islands (1989–2020). Diakses pada 30 November 2024 dari https://link.springer.com/article/10.1007/s11069-022-05662-8

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top