Lompat ke konten

Penjabaran singkat Artemis: Misi pendaratan Bulan 2024

bulan pendaratan 2024

Setelah terakhir mengirim astronot tahun 1972, NASA kembali meluncurkan progam pendaratan bulan yang diumumkan 2019 kemarin. Progam ini dinamakan dengan Artemis. Lalu seperti apa misi itu berjalan? Dan apa yang akan membedakannya dengan Misi Apollo dulu?

JIka kita membuka kembali sejarah Apollo, faktor kuat yang mendorong Amerika menggelontorkan sekian miliar dollar untuk program tersebut adalah perang dingin dengan Uni Soviet. Motif politik dengan tambahan sedikit embel-embel batu dibawa pulang. Berbeda dengan pendahulunya, pendaratan bulan kali ini merupakan bagian kecil dari eksplorasi luar angkasa yang lebih masif. Bukan hanya meneliti bulan lalu pulang. Misi jangka panjangnya adalah membangun markas di bulan (settlement) dan menjadi perantara menuju tujuan selanjutnya, Mars. Moon2Mars adalah slogannya.

Apollo vs Artemis

Perbandingan antara Apollo dan Artemis (dalam mitologi Yunani, mereka saudara kembar) dapat dianalogikan seperti ini: bayangkan Anda adalah pelaut Eropa abad pertengahan. Anda berlayar ke barat dan menemukan sebuah pulau yang memiliki tanaman dengan buah yang menarik. Misi Apollo adalah membawa pulang beberapa buah pulau tersebut. Sementara Artemis adalah mencoba membangun permukiman kecil di pulau tersebut. Bukan hanya untuk tinggal dan meneliti lebih dalam buah-buahan tersebut. Namun juga sebagai ancang-ancang untuk menuju pulau-pulau yang lebih jauh dan lebih menantang, namun juga lebih menggoda untuk di jelajah.

Artemis direncakan meluncur dengan roket raksana SLS (Apollo menggunakan Saturn V) dan memiliki daya angkat hampir 4000 ton* ketika meluncur dan muatan melebihi 2700 ton (SLS Block 1). Roket ini diklaim sebagai roket terkuat yang pernah dibangun umat manusia. Untuk perbandingan saja, Falcon Heavy dengan tiga pendorongnya baru mampu mengangkat kurang dari 2300 ton, dan sudah digadangkan sebagai roket aktif terkuat saat ini.

Jika Apollo melakukan misi pendaratan dalam ‘sekali terbang’, dan dilakukan beberapa kali dengan seri yang berbeda serta misi beragam. Sementara pada Artemis ada tahap yang harus dilalui sebelum benar-benar mendaratkan manusia, disebut pre-staging. Salah satu rangkaian pre-staging ini adalah pembangunan Gateway, stasiun bulan berpenghuni yang nantinya menjadi singgahan astronot sebelum mendarat ke bulan.

Gateway, ISS versi Bulan

Gateway berfungsi sebagai sarana komunikasi, laboraturium, dan singgahan untuk misi bulan lainnya seperti rover. Gateway layaknya ISS di versi bulan. Memiliki di orbit mengelilingi bulan, dan pembangunannya pun merupakan hasil kerja sama internasional. Namun pembangunannya diperkirakan akan membutuhkan waktu sampai 2029. Artinya, misi pendaratan bulan akan berlangsung walaupun semua bagian Gateway belum lengkap/belum terpasang. Bagian prioritas untuk dibangun terlebih dahulu jelas yang fungsional untuk pendaratan bulan.

(Baca: India Meluncurkan Wahana Antariksa Chandrayaan-2 Menuju Bulan)

Kapan misi Artemis akan berjalan? Karena misi ini berjalan dalam seri yang panjang, tidak ada satu episode selesai. Peluncuran pertama adalah 2020 sebagai tes fasilitas dan sistem (Artemis 1). Kemudian tahun 2022 misi dengan membawa berawak pertama (Artemis 2), dan 2024 adalah pendaratannya jika semua berjalan lancar (Artemis 3). Apakah hanya dalam tiga kali saja? Jelas tidak. Masing-masing tahapan (Artemis 1 sampai Artemis 3) terdiri atas beberapa peluncuran: kru dan kargo. Jika merupakan crew mission, maka yang menempel diatas roket adalah Orion Spacecraft. Namun jika kargo, maka hanya muatan biasa ditutup fairing. Bagian-bagian Gateway sudah jelas dibawa oleh kargo.

Pendaratan bulan dilakukan pada Artemis 3, tapi tak berarti disitu adalah akhir dari program Artemis. Jika dihitung sampai pembangunan Gateway, maka Artemis-7 masuk hitungan. Hanya saja yang sering didiskusikan dan diangkat ke media adakah Artemis-1 sampai Artemis-3. Dan tidak banyak informasi yang diperoleh selain tiga misi tersebut.

Artemis 1 yang peluncuran pertama akan dilakukan tahun ini dengan SLS dan Orion Spacecraft tak berawak, bertujuan melakukan pengujian kapabilitas sistem dan demonstrasi eksperimen teknologi. Misi akan berjalan selama tiga minggu, dan kemudian Orion akan kembali ke bumi. Dan ketika terjun melalui atmosfer pun masih ada pengujian yang dilangsungkan, yakni keselamatan seperti penahan panas dan parasut.

Bukan hanya konteks misi yang membedakan Artemis satu dengan yang lain. Roket SLS yang digunakan pun berbeda serinya. Artemis 1 menggunakan SLS Block 1, Artemis-2 menggunakan SLS Blok 1B, dan Artemis-2 menggunakan SLS Block 2. Dan dapat ditebak, SLS Block 2 pasti memiliki kekuatan lebih besar. Daya angkat mencapai 5300 ribu ton, sementara seperti yang disebut sebelumnya, SLS Block 1 baru mencapai hampir 4000 ton

.SLS adalah roket yang akan digunakan NASA dalam program Artemis termasuk pendaratan bulan 2024

Gambar 1. Konfigurasi SLS (sumber: NASA)

Salah satu puncak dari rangkaian misi Artemis adalah penelitian kutub selatan bulan. Dan disanalah dimana astronot mendarat kelak. Faktor kenapa kutub menjadi objektif adalah kandungan oksigen dari bekuannya. Oksigen tersebut adalah unsur yang dibutuhkan dalam pembakaran. Dalam kasus ini, berguna untuk material bahan bakar roket. Bukan untuk roket kembali ke bumi, namun untuk ke Mars. Benar, dalam beberapa dekade akan dibangun stasiun pengisian bahan bakar roket di bulan!

(Baca: Perubahan Tubuh Saat Hidup di Luar Angkasa)

Alasan kenapa oksigen itu sangat dibutuhkan adalah masalah teknis dari roket yang membawa muatan sangat banyak ke Mars. Karena ke eksplorasi Mars tidak hanya membawa rover atau lander, tapi juga astronot berserta bangunan tempat tinggal (habitation), logistik berbulan-bulan bahkan setahun (sekali perjalanan ke Mars dengan teknologi saat ini membutuhkan setidaknya waktu tiga bulan). Dengan membawa muatan yang sangat banyak, bahan bakar banyak dikonsumsi ketika berangkat dari bumi ke luar angkasa, atau untuk kabur dari gravitasi bumi dengan escape velocity. Semakin banyak muatan roket, semakin banyak bahan bakar yang dibutuhkan, dan menyebabkan semakin banyak lagi beban yang ditanggung roket. Stasiun pengisian bahan bakar roket akan sangat berguna mengurangi beban angkut dari bumi, sehingga perjalanan menjadi lebih efisien, dan tidak perlu membangun mega roket yang kekuatannya berkali-lipat SLS. Bahan bakar tersebut juga bukan hanya dibutuhkan untuk memompa roket dari bulan ke Mars, namun juga dari Mars ke bumi. Jangan lupa bahwa Mars juga memilki gravitas, dan membawa roket kembali ke Bumi walau sudah dikurangi beban yang ditingalkan di Mars, tetap saja berat dan membutuhkan energi yang besar. Dengan menambang oksigen di Bulan (bahkan mungkin asteroid atau komet jika kita memilki misi yang lebih jauh) kita sudah menambah usaha mewujudkan mimpi kita menjadi multi-planet species. Tunggu sebenar lagi, Mars!

Kembali menilik ke misi pendaratan Apollo 11 oleh Neil Amstrong. Kata-kata terkenalnya ketika menapakan kaki ke objek luar bumi waktu itu dan disiarkan langsung, “one small step for man, one giant leap for mankind”. Pendaratan bulan, eksplorasi Mars, dan semua perintilannya, bukanlah soal NASA, Amerika, SpaceX, atau negara lain yang terlibat. Tapi kemanusiaan. Terlepas dari banyaknya uang triliunan dolar yang dipakai, mungkin kita berpikir sebaiknya uang itu dipakai untuk menanggulangi kelaparan di bumi. Tidak ada salahnya berpikir seperti itu, tapi ingat, manusia di bumi dengan semua kompleksitasnya layaknya lingkaran besar. Memberi makan adalah memperbaiki pinggiran lingkaran. Sementara menaikan derajat umat manusia, mengembangkan teknologi yang bermanfaat, memandang kembali makna keberadaan kita di alam semesta, adalah memperbaiki pusat dari lingkaran itu sendiri, dan merubah keseluruhan dari lingkaran tersebut.

Daftar pustaka:

NASA, “Around the Moon with NASA’s First Launch of SLS with Orion”. https://www.nasa.gov/feature/around-the-moon-with-nasa-s-first-launch-of-sls-with-orion (diakses Mei 2020)

Patel, Neel V. “Here’s how we could mine the moon for rocket fuel”. https://www.technologyreview.com/2020/05/19/1001857/how-moon-lunar-mining-water-ice-rocket-fuel/ (diakses Mei 2020)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *