Saat malam tiba, bintang-bintang mulai terlihat di langit Bumi, bertebaran di segala penjuru arah dengan warna yang berbeda beda. Jika kita melihat melalui teleskop, ada bintang berwarna biru, putih, kuning, bahkan merah. Tapi, tahukah kamu mengapa warna bintang berbeda-beda?
Bintang adalah benda langit yang dapat memancarkan cahaya sendiri yang disebabkan oleh reaksi fusi nuklir yang menghasilkan energi yang terjadi pada intinya. Pancaran cahaya bintang sedikit mirip seperti bara yang menyala pada sebuah api unggun. Sama seperti api di Bumi, api berwarna merah bersuhu lebih rendah daripada bara berwarna biru.
Pada dasarnya, bintang yang berwarna merah lebih dingin (atau lebih tepatnya bersuhu lebih rendah) daripada bintang yang berwarna biru. Hanya dengan meneliti warna dari cahaya yang berasal dari bintang, dan menerapkan sedikit perhitungan fisika, kita dapat memperkirakan suhu permukaan bintang tersebut.
Para astronom lebih suka mengklasifikasikan berbagai hal. Pada akhir abad 19, para astronom di Universitas Harvard mengembangkan sebuah sistem untuk mengklasifikasikan bintang-bintang yang tidak sesuai dengan warna, namun dengan kekuatan di mana gas hidrogen menyerap cahaya pada panjang gelombang tertentu.

Kelas bintang ini diberi label A sampai N untuk mengetahui kekuatan penyerapan hidrogen. Tapi, kemudian disederhanakan menjadi O, B, A, F, G, K, dan M (agar lebih mudah menghafalnya, ingat ini: Oh Be A Fine Girl Kiss Me). Klasifikasi ini disebut Klasifikasi spektrum Harvard, yang masih digunakan sampai sekarang. Lantas apa hubungannya dengan warna bintang?
Para ilmuwan astronomi dan fisika terus belajar tentang struktur atom dan spektrum cahaya bintang. Dalam proses ini, mereka telah menemukan bahwa sistem klasifikasi Harvard sangat berguna untuk memahami suhu atmosfer bintang. Seiring pengamatan lebih lanjut, astronom menemukan bahwa bintang tipe O adalah yang paling panas, diikuti oleh tipe B yang juga sangat panas, dan seterusnya hingga mencapai tipe M yang paling dingin. Dalam sistem ini, mereka juga memvalidasi bahwa bintang paling panas cenderung berwarna biru, bintang dengan suhu menengah cenderung berwarna putih, dan bintang-bintang yang lebih dingin memiliki warna merah.
Bintang berwarna biru adalah bintang dengan suhu atmosfer yang paling panas dan memiliki massa yang paling besar, menyebabkan cahaya mereka tampak sangat terang. Meskipun demikian, komposisi bintang tetap relatif sama, dengan sekitar 75% hidrogen, 24% helium, dan beberapa unsur lainnya. Meskipun mereka memiliki komposisi yang mirip, namun bintang biru memiliki aktivitas yang lebih dahsyat dan kemampuan untuk memancarkan cahaya yang lebih tinggi daripada bintang lainnya.

Warna biru pada bintang dapat disebabkan oleh temperatur yang sangat tinggi di bintang berwarna biru tersebut. Temperatur ekstrem ini menghasilkan pelepasan energi besar ke luar angkasa, yang pada akhirnya akan “membakar” bintang itu sendiri. Oleh karena itu, bintang biru umumnya memiliki umur yang relatif pendek.
Para ilmuwan menjelaskan bahwa semua bintang yang bisa kita lihat sekarang berada dalam fase awal evolusi mereka. Pada fase ini, bintang-bintang ini mengalami transformasi hidrogen menjadi helium melalui reaksi fusi nuklir. Lamanya fase ini tergantung pada massa bintang. Karena itu, bintang-bintang biru “membakar” diri mereka lebih cepat daripada bintang lain. Energi yang dipancarkan oleh bintang biru diperkirakan 60.000 kali lebih besar daripada matahari.
Ada tiga bintang biru yang paling terkenal di alam semesta. Pertama, Regulus yang terletak di rasi bintang Leo. Kedua, Spica yang terletak di rasi bintang Virgo. Yang ketiga, Rigel yang merupakan yang paling terang dan berada di rasi bintang Orion. Bintang Regulus terletak sekitar 79 tahun cahaya dari bumi, sedangkan Spica berjarak sekitar 250 tahun cahaya, dan Rigel berjarak sekitar 860 tahun cahaya dari Bumi. Selain 3 bintang tersebut, terdapat bintang lainnya yang cukup terkenal di alam semesta.

Dengan pemahaman tentang warna-warna bintang, kita menyadari bahwa bintang-bintang di langit malam memiliki karakteristik yang berbeda dalam hal warna dan temperatur masing-masing. Bintang juga dapat dikelompokkan menjadi beberapa kategori yang memudahkan para astronom dan ilmuwan dalam melakukan penelitian. Tentu saja, akan ada banyak penemuan-penemuan menarik tentang bintang yang akan dieksplorasi, berkat kemajuan teknologi dan pengetahuan astronomi yang terus berkembang.
REFERENSI:
- Szebehely, V. G. (Ed.). (2012). Stability of the Solar System and its minor natural and artificial bodies (Vol. 154). Springer Science & Business Media.
- “Most Milky Way Stars Are Single” (Siaran pers). Harvard-Smithsonian Center for Astrophysics. January 30, 2006. Diakses tanggal 27 Januari
- “What is a galaxy? How many stars in a galaxy / the Universe?”. Royal Greenwich Observatory. Diakses tanggal 27 Januari 2024