Dunia hewan sering kali membuat kita terperangah dengan berbagai perilaku yang, jika dilihat sekilas, tampak “sadis” atau mengerikan. Namun, di balik itu semua, biasanya tersimpan penjelasan biologis yang menarik dan penting untuk dipelajari. Salah satu contoh yang cukup ekstrem datang dari seekor ular kecil asal Asia yang dikenal dengan nama ular kukri (dari genus Oligodon).
Ular ini baru-baru ini menarik perhatian para peneliti karena memperlihatkan teknik berburu yang tidak biasa, bahkan belum pernah tercatat sebelumnya dalam literatur sains. Alih-alih menelan mangsanya bulat-bulat seperti kebanyakan ular, kukri menggunakan gigi-giginya yang tajam dan melengkung ke belakang untuk membelah perut seekor kodok, lalu memasukkan kepalanya ke dalam rongga perut tersebut. Dari situ, ular ini mulai melahap organ-organ dalam sang kodok, seperti hati, paru-paru, atau usus, satu per satu.
Sekilas, cara berburu ini terlihat sangat kejam. Tetapi bagi ahli biologi, fenomena semacam ini adalah jendela baru untuk memahami bagaimana spesies hewan bisa beradaptasi dengan lingkungannya, mencari cara-cara unik untuk bertahan hidup, dan menempati “niche” atau peran tertentu dalam ekosistem.
Perilaku ular kukri ini tidak seharusnya kita pandang hanya sebagai tontonan mengerikan di alam liar. Justru, fenomena tersebut menjadi temuan baru dalam cabang ilmu biologi yang mempelajari perilaku predator, bagaimana hewan pemangsa mencari, menangkap, dan mengonsumsi mangsanya. Dari sudut pandang ilmiah, apa yang dilakukan ular ini membuka jendela pemahaman baru tentang kaitan erat antara bentuk tubuh (anatomi), strategi makan, dan kemampuan beradaptasi terhadap pertahanan mangsa.
Dalam kasus ini, anatomi gigi kukri yang panjang, tajam, dan melengkung ke belakang ternyata memungkinkan ular tersebut membelah tubuh mangsanya, sesuatu yang jarang ditemukan pada ular lain. Strategi makannya pun unik: alih-alih menelan mangsa utuh, ia memilih langsung mengonsumsi organ-organ penting di dalam tubuh kodok. Hal ini memberi keuntungan, karena organ seperti hati atau jantung kaya nutrisi dan bisa segera dimakan tanpa harus berhadapan dengan bagian tubuh lain yang sulit dicerna.
Selain itu, perilaku ini juga memberi wawasan tentang adaptasi terhadap racun mangsa. Banyak spesies kodok memiliki kulit atau kelenjar beracun sebagai mekanisme pertahanan diri. Dengan menembus langsung ke organ dalam, ular kukri bisa meminimalisasi kontak dengan racun tersebut, sekaligus memastikan ia tetap mendapatkan sumber energi yang aman.
Dengan kata lain, apa yang tampak brutal ini sesungguhnya adalah bukti kecerdikan evolusi, bagaimana spesies predator dan mangsanya saling berlomba menciptakan strategi bertahan hidup di alam.
Mengenal Ular Kukri
Ular kukri mendapatkan namanya dari bentuk giginya yang menyerupai pisau melengkung khas Nepal, kukri. Panjang tubuhnya hanya sekitar 60–115 cm, relatif kecil dibandingkan ular predator lain seperti piton atau kobra. Namun, gigi besar di bagian rahang belakang menjadi senjata utama yang memungkinkan mereka melakukan teknik makan yang sangat tidak biasa.
Berbeda dari ular pada umumnya yang menelan mangsanya utuh, ular kukri mampu “menggergaji” tubuh mangsa hingga terbuka, lalu memasukkan kepalanya untuk mengakses organ-organ vital di dalam rongga perut.
Baca juga artikel tentang: Ternyata Ular Bisa Mendengarkan Banyak Hal
Perilaku yang Terekam di Alam Liar
Pada 2020, peneliti di Thailand mendokumentasikan ular kukri saat memangsa kodok bintik hitam Asia (Duttaphrynus melanostictus). Kodok ini terkenal beracun, kulitnya mengandung sekresi berbahaya yang biasanya membuat predator berpikir dua kali.
Namun, ular kukri justru menunjukkan strategi yang tidak terduga:
- Ia menebas perut kodok dengan gerakan kepala maju-mundur, memanfaatkan gigi melengkungnya seperti pisau.
- Setelah terbuka, ular memasukkan kepalanya ke rongga perut, lalu menyantap organ-organ vital seperti hati, jantung, paru-paru, dan usus.
- Dalam salah satu pengamatan, proses ini berlangsung hampir tiga jam, sementara kodok masih dalam keadaan hidup.
Dalam kasus lain, ular kukri memangsa kodok muda secara utuh tanpa perlu membelah tubuhnya terlebih dahulu. Variasi ini menunjukkan bahwa ular kukri menyesuaikan strategi makan tergantung pada ukuran dan tingkat racun mangsa.
Mengapa Perilaku Ini Terjadi?
Bagi ilmuwan, pertanyaan terbesarnya adalah: apa keuntungan biologis dari teknik ekstrem ini? Beberapa hipotesis diajukan:
- Strategi Menghindari Racun
Kodok bintik hitam menghasilkan racun pada kulitnya. Dengan hanya memakan organ-organ dalam, ular kukri bisa mengurangi paparan racun yang mungkin terkonsentrasi di bagian kulit atau kelenjar racun. - Efisiensi Energi
Organ dalam kaya nutrisi, terutama hati dan jantung yang penuh protein dan lemak. Dengan langsung menargetkan organ vital, ular mendapatkan energi maksimum dengan usaha minimal. - Adaptasi Evolusioner
Ular kukri memiliki kelenjar Duvernoy yang menghasilkan sekresi seperti antikoagulan, mencegah darah mangsa membeku. Adaptasi ini mungkin mendukung strategi makan jangka panjang, di mana ular bisa melahap organ satu per satu tanpa khawatir prosesnya terganggu.
Hingga kini, tidak ada catatan ular lain yang secara konsisten memakan organ mangsanya dari dalam tubuh yang masih hidup. Dokumentasi ini membuka jendela baru dalam memahami fleksibilitas perilaku makan predator.
Studi tentang Evolusi dan Adaptasi
Kasus ini menunjukkan bahwa evolusi predator tidak hanya mengandalkan kekuatan fisik atau racun, tetapi juga strategi perilaku yang canggih. Ular kukri membuktikan bahwa “akal biologis” bisa sama pentingnya dengan senjata tradisional predator.
Implikasi Ekologi
Memahami strategi makan unik ini membantu kita memahami interaksi predator–mangsa dalam ekosistem Asia Tenggara. Bila ular kukri benar-benar bergantung pada kodok beracun sebagai sumber makanan, ini bisa berpengaruh pada keseimbangan populasi amfibi di wilayah tersebut.
Pelajaran untuk Ilmu dan Manusia
Fenomena ini mungkin tampak mengerikan bagi mata manusia, tetapi dalam perspektif sains, ada banyak pelajaran yang bisa kita ambil:
- Tentang adaptasi: Alam selalu menemukan cara untuk menghadapi tantangan, bahkan menghadapi mangsa yang beracun sekalipun.
- Tentang keterbatasan pengetahuan kita: Meski ular sudah lama diteliti, perilaku seperti ini baru saja tercatat, mengingatkan kita bahwa masih banyak misteri di alam liar.
- Tentang relevansi bagi manusia: Studi racun dan adaptasi predator bisa membantu ilmu kedokteran, misalnya dalam pengembangan obat berbasis senyawa biologis dari ular.
Ular kukri mengajarkan kita bahwa strategi bertahan hidup di alam liar bisa sangat mengejutkan dan tak terduga. Dengan memanfaatkan anatomi uniknya, gigi melengkung dan sekresi kelenjar khusus. Ular kecil ini berhasil mengatasi mangsa beracun dengan cara yang ekstrem: membelah perut dan menyantap organ satu per satu.
Bagi sains, ini bukan sekadar catatan perilaku langka, melainkan bukti betapa kaya dan inovatifnya adaptasi evolusi. Dan bagi kita, pengamatan ini mengingatkan bahwa di balik keindahan hutan tropis, ada drama kehidupan liar yang penuh misteri dan kecerdikan.
Baca juga artikel tentang: Deforestasi Mengintai Kesehatan Masyarakat: Antara Lingkungan dan Penyakit Menular
REFERENSI:
Jiang, Ke dkk. 2025. Description of a New Species of Kukri Snake (Serpentes: Colubridae: Oligodon) from Xizang, China. Asian Herpetological Research 16 (1), 36-48.
Pauwels, Olivier SG dkk. 2025. Oligodon cicadophagus, a new kukri snake from southern peninsular Thailand (Squamata: Colubridae). Zootaxa 5569 (2), 345-364.

